Austin-Sparks.net

Kebahagiaan Seseorang Yang Tidak Menjadi Kecewa

oleh T. Austin-Sparks

Ditranskripsi dari pesan yang diberikan oleh T. Austin-Sparks pada bulan Mei, tahun 1959. Bentuk lisan-nya telah dipertahankan kata demi kata. Kata-kata yang tidak terdengar jelas telah diapit [persegi] kurung. Judul asli: "The Blessedness of the Unoffended". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

Bacaan: 2 Raja-Raja 2:1-15

Kembali ke Injil oleh Matius, pasal 11 dan ayat 2:

“Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya: “Engkaulah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” Yesus menjawab mereka: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir; orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi tersandung oleh karena Aku.”

Dalam surat kepada orang Ibrani, pasal 10 ayat 35:

“Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”

Untuk kembali ke versi lama dari Matius 11:06: “Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” Kebahagiaan seseorang yang tidak menjadi kecewa. Saudara akan tahu bahwa kata “mengecewa” atau “kecewa” sering kali digunakan dalam koneksi yang berbeda dalam Perjanjian Baru, yang hanyalah berarti “batu sandungan”. Secara harfiah: “Berbahagialah orang yang tidak menjadikan Aku batu sandungan” atau “yang tidak akan tersandung karena Aku”. Kata ini berubah menjadi kata “keberanian” dalam edisi yang Direvisi dan kita akan melihat mengapa hal ini demikian dalam beberapa saat.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa firman Allah telah memperhitungkan kemungkinan kita untuk menjadi kecewa dengan-Nya. Tidak dikatakan di mana pun bahwa kemungkinan itu tidak akan pernah terjadi dan tidak akan pernah muncul. Tuhan tidak pernah katakan di mana pun bahwa tidak akan pernah ada kesempatan bagi kita untuk menjadi kecewa dengan-Nya. Dia TELAH mengindikasikan bahwa akan ada BANYAK kesempatan untuk menjadi tersandung karena Dia, jatuh karena Dia, turun karena Dia – jika saudara lebih suka: hancur karena Dia. Akan ada banyak kesempatan atau peluang untuk menjadi demikian. Dia tidak pernah mengatakan bahwa hal ini tidak akan pernah terjadi. Sebaiknya kita menyadari hal ini.

Pencobaan tidak pernah berbuat dosa. Kita semua tergoda dalam hal ini seperti dalam banyak cara lain. Dan seperti yang saudara tahu, godaan hanyalah kata lain dari kata uji coba, sehingga di beberapa tempat, kata ini diterjemahkan dengan kata “percobaan”. Dan tidak ada yang salah dengan percobaan, dengan diuji coba, jika saudara lebih suka, dengan dicobai. Dan akan selalu ada banyak kesempatan untuk tergoda untuk menjadi kecewa dengan Tuhan.

Tuhan tidak mengirim kata teguran kepada Yohanes Pembaptis di penjara ketika ia semakin mendekati untuk menjadi kecewa dengan Tuhan karena keadaannya. Tuhan tidak bertindak keras terhadap Yohanes karena pertanyaannya. Dia mungkin, jika Dia orang lain, berkata, “Tapi Yohanes, bukankah engkau sendiri yang menunjukkan Aku sebagai Anak Domba Allah? Bukankah kau sendiri yang menyatakan Aku sebagai Dia, Mesias? Bukankah kau sendiri yang telah berkhotbah tentang Aku kepada orang banyak? Bukankah kau sendiri yang telah membuat pernyataan dan penegasan terkuat tentang semua yang kau percaya tentang Aku? Dan sekarang di sini kau mengajukan pertanyaan paling mendasar tentang Aku. Yohanes, apa yang telah terjadi dengan-mu?” Tidak, tidak seperti itu. Tuhan tahu apa kita ini, bahwa kita ini debu. Dan Tuhan, saya katakan, telah memperhitungkan kemungkinan yang selalu ada ini, dalam kelemahan kita, untuk menjadi kecewa dengan-Nya. Tapi Dia juga melampirkan dengan hal ini berkat tertentu jika kita tidak hancur oleh Batu Sandungan akan cara-Nya dengan kita, “DAN berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” Ada kemungkinan itu, dan sekarang kita amati alasan kemungkinan itu.

Saya membaca cerita lama tentang Elia dan Elisa hanya untuk satu tujuan saja, hanya untuk memahami satu hal yang begitu umum dalam pengalaman kita. Ini bukanlah suatu pemikiran baru, hal ini telah sering kali disebutkan di sini, tapi perhatikanlah lagi. Bukankah ceritanya sangat aneh? Perilaku Elia yang aneh. SUNGGUH tampaknya bahwa Elia sedang berusaha untuk menyingkirkan Elisa, jika saudara lebih suka: untuk menolaknya. Berkali-kali ia berkata, “Kau tetaplah di sini, Tuhan telah mengutusku pergi ke sana sini. Kau tetaplah di sini.” Di permukaan tampaknya seolah-olah ia telah ditolak, disingkirkan, tidak diinginkan; sekedar tidak diinginkan. Dan Elisa, seandainya ia seperti beberapa dari kita dan berkata, “Oh ya sudah, jika kau tidak mau aku, ya sudah! Aku akan tetap di sini. Aku tidak akan pergi lebih jauh. Sudah cukup jelas bahwa kau tidak memiliki tempat bagiku lagi, tidak ada ruang bagiku, aku tidak dihitung, tidak dianggap … Baiklah, ya sudah, maaf tapi …” Saudara lihat inilah [langgaran], inilah yang disebut menjadi kecewa. Bukankah sering kali hal ini kelihatan demikian dengan Tuhan? Sering kali jalan Tuhan dengan kita BISA ditafsirkan dengan cara itu, Tuhan tampaknya tidak menginginkan kita, Dia tidak lagi berminat pada kita, memang sepertinya Dia sedang menurunkan kita ke tempat orang yang ditolak. Tampaknya Dia siap untuk pergi tanpa kita. Kita tidak diinginkan – inilah jumlahnya – kita tidak diinginkan, Tuhan tidak menginginkan kita! Pernahkah saudara menafsirkan jalan-Nya seperti itu? Ini adalah satu bentuk kekecewaan atau tersandung pada Tuhan, bukankah ini demikian? Kehancuran oleh keanehan dari yang tampaknya seperti kesediaan Tuhan untuk hidup tanpa kita, untuk berlanjut tanpa kita, untuk menyingkirkan kita.

Tentu saja ini bukanlah semua dari kisah Elia dan Elisa atau Elisa dan Elia, kita akan mengamatinya sekali lagi dalam beberapa saat, tapi ada satu cara di mana kita bisa kecewa dengan Tuhan: seperti yang tampaknya kehilangan atau kekurangan minat dan kepedulian Dia pada kita, KEPEDULIAN NYATA untuk memiliki kita. Tapi jika kita tahu kebenaran tentang Elia, ia jauh lebih peduli untuk memiliki Elisa daripada menyingkirkannya. Tapi ia menginginkan Elisa dengan syarat-syarat tertentu, dengan syarat seorang manusia yang telah menunjukkan bahwa tidak ada yang penting lainnya dalam hidup selain persekutuan dengan Tuhan-Nya. Dari hal ini, ia tidak rela disingkirkan, bahkan oleh Tuhan sendiri. Jika saudara ingin menerjemahkan hal ini ke dalam hubungan dengan Tuhan, semuanya berjumlah begini: “Tuhan, Kau mungkin merasa bahwa Kau dapat hidup tanpa aku tapi aku tidak dapat hidup tanpa-Mu dan aku tidak akan hidup tanpa-Mu. Kau memulai bisnis ini dan Kau hanya harus meneruskan pekerjaan ini sampai akhir, aku tidak akan melepaskannya.” Bukankah ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi Tuhan berhubungan dengan seorang hamba yang akan menjadi berguna bagi-Nya? Dia telah membuktikan bahwa Tuhan-nya adalah seluruh hidupnya; ia tidak dapat disingkirkan. Renungkanlah hal ini.

Saudara memiliki Yohanes Pembaptis, dan di sini dia berada di penjara. Bagaimana Yohanes telah sepenuhnya melakukan semua untuk Tuhan! Bagaimana ia telah mencurahkan dirinya demi kepentingan Kristus! Bagaimana setianya: “Lihatlah Anak domba Allah! Lihatlah Anak domba Allah! Inilah Dia yang kumaksudkan ketika aku berkata, Dia, yang datang kemudian dari padaku, membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Di sinilah pengabdian; pengabdian kepada pelepasan diri sendiri, dan sekarang ia di penjara. Dia berada di penjara, pelayanan-nya terputus, popularitasnya dihentikan apabila tidak berakhir, dan di penjara. Tuhan tampaknya tidak melakukan apa pun mengenai hal ini. Apa pun tentang hal ini? Saya pikir ada sesuatu dalam hal ini, bahwa ketika Tuhan mengirim balasan kepada Yohanes, menceritakan semua hal indah yang Dia lakukan, dalam menyembuhkan segala macam penyakit, bahkan sampai membangkitkan orang mati; apakah Dia mengantisipasi bahwa jika Dia berhenti di sana Yohanes akan berkata “Ya, tapi mengapa Dia tidak melakukan sesuatu untukku? Akulah yang sendirian, melakukannya untuk semua orang, tetapi tidak untuk-ku! Banyak orang yang mendapatkan berkat-Nya dan kebaikan-Nya, tapi aku sendiri yang ditinggalkan!” Sebagaimana mudahnya untuk menjadi kecewa ketika kita tampaknya satu-satunya yang diabaikan! Dan pada saat itu, karena mungkin Tuhan mengantisipasikan bahwa demikianlah Yohanes mungkin akan bereaksi, Dia berkata, “Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku” – menyelimuti diri-Nya sendiri dan mungkin membantu Yohanes atas cara-Nya yang sulit; Tuhan yang tampaknya acuh tak acuh, dan yang tampaknya bersikap pilih kasih atau mengutamakan, atau pilih-pilih – bahwa Dia memberkati orang di sini, di sana, dan yang ini, yang itu – tetapi Dia mengabaikan aku; melupakan aku.

Atau ketika saudara tiba di surat kepada orang Ibrani: “Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya” – saya mungkin akan tetap pada kata “kepercayaan” ini untuk sesaat karena saudara lihat bahwa kata ini diterjemahkan dalam Versi Revisi ke kata “keberanian” sebab ini adalah kata yang sama seperti yang digunakan Petrus dan Yohanes dalam Kisah Para Rasul 4 ketika mereka berdiri di hadapan penguasa, dituntut dengan mengisi seluruh Yerusalem dengan doktrin mereka dan mereka tahu, mereka tahu dengan benar apa jenis tempat Yerusalem itu, apa yang mereka telah lakukan di Yerusalem kepada Tuhan Yesus – Roh ada di sana, untuk kehancuran mereka. Tapi mereka berdiri di hadapan penguasa yang sama dan dikatakan tentang para penguasa, “Ketika mereka melihat keberanian Petrus dan Yohanes” kata itu “keberanian” adalah kata yang sama seperti kata “kepercayaan” dalam Versi Authorized dan “keberanian” dalam Versi Revisi. Apakah itu? Keterusterangan mereka! Keseluruhan mereka! Ketidakhadiran akan ketidakpastian mereka! Di sini mereka, mereka tidak goyah, mereka tidak, seperti yang kita katakan, berbicara dengan lidah mereka di pipi karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi pada mereka jika mereka tidak sangat berhati-hati dengan apa yang mereka katakan; menjadi politik, diplomatik, dengan hati-hati memilih kata-kata mereka supaya jangan ada yang menjadi kecewa atau tersinggung, atau sangat berhati-hati karena mereka tidak begitu yakin akan dasar mereka. Kata “kepercayaan” atau “keberanian” di sini adalah ini: tidak satupun dari semua itu!

Mereka menaruh kedua kaki mereka kokoh di atasnya. Mereka berbicara dengan jaminan dan keyakinan, mereka terus terang, mereka tidak menahan apapun. Dan kepada orang Ibrani, kata-katanya adalah “Janganlah kamu melepaskan keterusteranganmu, kepastianmu, jaminanmu, kepercayaanmu; janganlah kamu lepaskan, karena besar upah yang menantinya.” Sekarang saudara melihat bahwa saudara harus membaca seluruh surat kepada orang Ibrani ini dalam terang kalimat itu saja, klausal itu saja. Konteks seluruh surat ini melawan banyak hal yang menggerogoti kepercayaan orang-orang Kristen ini. Ada, seperti yang kita tunjukkan baru-baru ini, penganiayaan. Penulis surat ini mengingatkan mereka tentang hari-hari awal mereka ketika, di awal mereka, mereka menderita kontradiksi yang begitu besar, mereka sangat menderita di awal karena iman mereka. Kemudian mereka yakin, berani, pasti, tetapi penderitaan meningkat, penganiayaan, kegiatan orang-orang Yahudi untuk merusak kepercayaan dan iman mereka dalam Tuhan Yesus, hari kembalinya Tuhan yang tertunda panjang yang telah diajarkan kepada mereka untuk mengharapkannya setiap saat … semuanya menggerogoti kepercayaan mereka.

Ini adalah beberapa alasan untuk menjadi kecewa, dan saudara dapat menambahkan apa yang saudara inginkan pada daftar ini – mungkin temukan sesuatu dalam Firman Allah yang sesuai dengan apapun yang saudara ingin tambahkan – ada banyak alasan dan dasar untuk menjadi kecewa jika saudara akan menjadi demikian! Tapi, upah ilahi: “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi tersandung atau yang tidak tersandung, menjadi kecewa, dan menolak Aku.” Saya tanya saudara, apakah Elisa dibenarkan pada akhirnya ketika ia berpegang teguh kepadanya? Maafkan saya, hal ini tidak enak didengar, apakah ia dibenarkan untuk berpegang teguh, haruskah kita katakan, sampai akhir pahit? Tentu saja, tidak ada akhir yang pahit baginya!

Tentu saja Elisa entah bagaimana mengerti kira-kira apa yang akan terjadi, “Aku tahu itu” katanya, “Aku tahu, aku tahu, diamlah!” Tapi intinya adalah bahwa Elisa tidak akan melepaskan hal ini tanpa mendapatkan sesuatu dari semua ini untuk Allah; mendapatkan sesuatu dari semua ini untuk Allah! Dia adalah hamba Tuhan, dia adalah hamba Elia, dia harus melanjutkan kesaksian itu – tanggung jawab besar yang berat akan beristirahat di atasnya – oleh karena itu, karena alasan itu, dia dibawa ke cara pengujian ini. BISAKAH dia, bisakah dia disingkirkan? Dapatkah ia disingkirkan? Dan Elisa mengajarkan kita satu pelajaran, oh, supaya kita dapat mempelajarinya dan memiliki semangat yang sama; untuk berpegang teguh: “Janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya!” Elisa menemukan bahwa hal ini benar dan datang ke dalamnya.

Surat kepada orang Ibrani ini membawa ke pandangan sesuatu yang sangat besar di akhir jaman pengujian, bukankah ini demikian? “Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan …” MENERIMA kerajaan yang tidak tergoncangkan! Dan, apa yang saudara dan saya mungkin dambakan, sebanyak apa pun di hari-hari ini, adalah sesuatu yang besar dan tidak tergoncangkan dan yakin dan pasti – sang Batu. Kita digoncang, kita dilemparkan ke sana sini, semuanya seperti itu – sering kali bertanya-tanya di mana kita berada, “Menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan. Marilah kita berpegang teguh, marilah kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan. Janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu.”

Tentu saja kita tidak boleh berbicara tentang hal-hal dalam surat kepada orang Ibrani tanpa melihat seluruh konteks-nya, mengingatkan diri kita akan hal itu: kesulitan hampir tak terbatas bagi manusia seperti kita, menghidupi kehidupan sorgawi, dan berjalan dengan cara sorgawi di bumi ini. Hal ini sangat benar-benar bertentangan dengan sifat alami kita. Tidak ada APA PUN dalam diri kita secara alami yang membantu kita untuk berjalan jalan sorgawi, untuk memiliki segala sesuatu pada dasar sorgawi. Tidak ada apa pun sama sekali, semuanya berlawanan: untuk turun ke bumi, untuk memiliki apa yang bisa kita lihat, apa yang nyata, apa yang hadir. Seluruh kehidupan jiwa kita menginginkannya SEKARANG dan menginginkannya di dalam tangan kita; menginginkannya seperti apa yang bisa kita lihat! Oh, Jalan Sorgawi dari surat kepada orang Ibrani … hal ini sangat sulit tidak terkatakan bagi sifat alami, hal ini bertentangan dengan alam, dan kita temukan sepanjang jalan, hampir setiap hari bahwa kesulitan ini timbul dalam beberapa bentuk atau yang lainnya.

Namun, dengan semua itu, kita setuju dalam hati kita bahwa Sorgawi ADALAH yang nyata dan ini adalah SATU-SATUNYA obyek yang layak untuk hidup. Kami memiliki cukup pengalaman rohani untuk mengetahui bahwa Sorgawi adalah setelah semuanya, satu-satunya hal yang layak untuk hidup. “Janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena BESAR upah yang menantinya … sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang Dijanjikan itu.”


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.