Austin-Sparks.net

Dia Yang Disebut Amin

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan sebagai Redaksi dalam majalah "A Witness and A Testimony" Juli-Agustus 1956, Jilid 34-4. Judul asli: "The Amen". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

“Inilah firman dari Amin” (Wahyu 3:14).

Pesan terakhir bagi Jemaat adalah dari Dia yang memilih untuk diri-Nya sendiri, dari berbagai banyak gelar dan sebutan-Nya, satu yang mewujudkan segala sesuatu yang afirmatif, positif, dan pasti.

“Amin” tidak hanya sebuah ejakulasi atau bentuk persetujuan, ini adalah gelar Ilahi, dan dalam gelar itu ada – seperti biasanya – sebuah karakter, sebuah definisi. Dalam Yesaya 65:16, “Allah yang setia” secara harfiah adalah “Allah yang Amin.” Ketika Yesus begitu sering berkata, “Sesungguhnya, sesungguhnya,” Ia menggunakan kata ini sendiri, “Amin, Amin,” dengan demikian menyampaikan makna bahwa siapa Dia dan apa yang dikatakan-Nya memiliki karakter kepastian yang mutlak, jaminan yang sempurna, dan sikap positif yang jelas.

Akhirnya Ia mengumpulkan segalanya ke dalam gelar pribadi – “Amin.” Ini, bersama dengan definisinya, “Saksi yang setia dan benar,” memberikan kepentingan kuat pada pesan dalam konteksnya, dan menjadi pesan itu sendiri. Dan berdiri, dengan begitu jelasnya, berlawanan dengan kondisi yang ada.

Meskipun tidak secara universal, namun cukup luas, penafsiran pesan-pesan kepada ketujuh Jemaat dianggap sebagai yang bersejarah dan bermasa depan: yaitu, bahwa pesan-pesan ini tidak hanya berhubungan dengan abad Kristen pertama, tetapi yang mencakupi seluruh dispensasi Jemaat dan mewakili masa-masa dan tahapan-tahapan dari kehidupan rohani Jemaat pada waktu-waktu tertentu. Dengan demikian, penafsiran seperti itu memberikan kepada “Laodikia” penerapan zaman-zaman akhir dan menggambarkan kondisi yang akan terdapatkan pada saat itu. Hal ini tidak diperlukan untuk menerima penafsiran seperti itu, karena apakah itu benar atau tidak begitu benar, pesan itu memegang ujian dan tantangan untuk seluruh zaman. Ini adalah hal yang penting untuk mendapatkan seluruh kepentingan tantangan ini, karena, tidak diragukan lagi, hal ini menunjukkan kecenderungan yang selalu hadir.

1. Reaksi Tuhan Terhadap Gerakan Reaksioner

Untuk sepenuhnya memahami makna dari pesan kepada “Laodikia”, kita harus kembali ke beberapa tahun lalu. Ada dua faktor yang harus dibawa ke hadapan.

(a) Hal ini pada umumnya telah diakui dan diketahui bahwa kedua surat besar Paulus yang disebut “kepada Jemaat di Efesus” dan “kepada Jemaat di Kolose” tidak memiliki sebutan tersebut yang dilampirkan pada mereka, melainkan mereka adalah surat-surat edaran untuk jemaat-jemaat di Asia (lihat, misalnya, Kolose 4:16). Jika hal ini demikian, seperti yang kami percaya adalah demikian, maka ini adalah dokumen-dokumen terbesar yang pernah dituliskan; dan wahyu terbesar yang pernah diberikan oleh Allah, sebagaimana yang tercantum dalam kedua surat itu, diberikan kepada ketujuh jemaat di Asia ini. Itu, setidaknya, menandakan kapasitas rohani dan kegairahan di pihak mereka, karena Tuhan tidak memberikan yang terpenuh dan terbaik-Nya di mana hanya ada kapasitas, hidup atau kerohanian yang sedikit. Mereka pastinya telah disetel untuk kunci sorgawi besar ini.

(b) Hal kedua adalah pernyataan mengerikan dari Paulus itu pada akhir hidupnya tentang jemaat-jemaat ini: “Semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku” (2 Timotius 1:15). Hal ini pada umumnya ditanggapi untuk mengartikan berpaling secara ajaran; reaksi yang merugikan terhadap Paulus dan ajarannya; dan itu pastinya ditanggung oleh hal-hal yang dikatakan setidaknya kepada lima dari ketujuh jemaat, dan dengan surat-surat Paulus kepada Timotius, yang memiliki tanggung jawab di Efesus.

Jika hal ini benar, maka pesan-pesannya, dan pesan kepada Laodikia khususnya, melambangkan reaksi Tuhan terhadap gerakan reaksioner itu. Seolah-olah Tuhan berkata (dan di sini adalah pesan untuk seluruh zaman): “Aku telah memberikan-mu wahyu penuh pikiran-Ku mengenai diri-Ku sendiri dan Jemaat; engkau memiliki deposito besar itu, tetapi engkau telah berpaling dari padanya. Engkau dapat berpaling dari pada utusan-Ku, tetapi engkau tidak dapat lolos baik dari pesan-nya atau dari Dia yang mengutus-nya. Inilah firman dari (bukan Paulus, tetapi) “Amin, Saksi yang setia dan benar” – dari Dia yang tidak dapat diubah, tidak berubah dan tidak terkalahkan.”

Jemaat sungguh bertanggung jawab atas apa yang telah Tuhan berikan kepada-Nya, dan akan dihakimi dengan sesuai.

2. Tuduhan yang Inklusif

“Tidak dingin dan tidak panas”

Betapa perlunya bagi kita untuk menilai dengan benar apa arti dari perkataan ini. Tentunya hal-hal yang Laodikia banggakan tidak datang kepada mereka tanpa semangat atau kegiatan penuh energi dari pihak mereka! Hal-hal ini tidak hanya jatuh ke pangkuan tanpa pemikiran dan perhatian. Mungkinkah tidak ada banyak hal di sana yang pada hari ini akan dianggap sebagai tanda-tanda dari jemaat yang kuat, penuh energi, aktif dan “hidup”? – memang, sebuah jemaat yang sangat makmur?

Hal ini tergantung pada sudut pandang dan standar yang mengatur – apakah itu sesuai dengan dunia atau dengan Tuhan sorgawi!

Di sini adalah kondisi yang, dari satu sudut pandang, didefinisikan sebagai “kaya, dan tidak kekurangan apa-apa.” Dari sudut pandang Tuhan, ini dinilai sebagai kerohanian yang biasa-biasa saja, dan kebanggaan itu sendiri mengandung unsur-unsur kerohanian yang biasa-biasa saja itu. Kepuasan rohani yang memadai, ketiadaan-nya rasa kebutuhan dan keinginan yang mendalam dan kuat untuk apa yang masih belum pernah tercapai, adalah unsur-unsur tersebut, dan adalah gejala kecacatan rohani.

Tuhan berkata: “Berbahagialah orang yang lapar dan haus …” (Matius 5:6).

Paulus berkata: “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini, tetapi ini yang kulakukan – aku berlari-lari kepada tujuan …” (Filipi 3:12-14).

Apakah ini tidak mungkin untuk menjadi sangat aktif, penuh energi, dan bersemangat dalam pekerjaan baik, namun menjadi sangat kekurangan dalam kerohanian?

Lihatlah kembali pada kedua surat besar Paulus itu. Kekayaan seperti apa, kepenuhan seperti apa, kuasa seperti apa, hidup seperti apa, terang seperti apa! Ini adalah standar Tuhan. Apakah Jemaat – atau jemaat apa pun – berdiam dalam kebaikan ini? Kita harus kembali pada itu saat ini.

Tapi itu tidak semuanya, maupun yang terburuk tentang “Laodikia.”

“Engkau tidak tahu …”

“Melarat” – “Malang” – “Miskin” – “Buta” – “Telanjang”

Bisakah semua ini menjadi kenyataan pada satu waktu dan dari satu objek, namun – namun – “tidak tahu”? Hal ini hampir tidak mungkin benar di yang alami, tapi di sini terdapatkan sesuatu yang lebih buruk dari yang alami.

Apa unsur-unsur kerohanian yang biasa-biasa saja ini? Ini adalah ketidak-pekaan rohani.

Salah satu tanda yang paling nyata dari hidup yang diatur oleh Roh Kudus adalah kepekaan rohani. Hidup seperti itu terikat dengan sempurnanya pada gerakan-gerakan lembut Roh, dan banyak menderita ketika Roh bersedih hati. Tapi di sini adalah keadaan di mana Tuhan berkata semuanya tidak selaras, namun tidak ada rasa perselisihan.

Lihat kembali pada surat-surat yang disebutkan. Kekayaan seperti apa, penglihatan seperti apa, pakaian seperti apa, kecantikan seperti apa, kemuliaan seperti apa! Semua ini Tuhan telah sediakan, telah berikan; tapi betapa menyedihkannya ketiadaan rasa kehilangan ini – akan kemiskinan, ketelanjangan, kebutaan – yang ada di dalam Jemaat.

3. Tantangan-nya

“Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli …” “Relakanlah hatimu … bertobatlah …”

Di sini bukanlah membeli keselamatan – yaitu “tanpa uang dan, tanpa harga” – tapi ini adalah “kerelaan” yang menolak yang biasa-biasa saja, kepuasan dan suam-suam kuku, dalam pencarian berkobar-kobar, untuk apa kita diselamatkan. Penangkapan palsu bahkan akan hal yang begitu besar seperti keselamatan dapat menyebabkan kerugian tak terhitung. Untuk membuat keselamatan awal sebagai akhir dalam dirinya sendiri dan untuk beristirahat di atasnya seolah-olah keselamatan itu adalah segalanya yang penting, merupakan suatu penangkapan yang begitu palsu.

Eksposisi terbaik dari tantangan dan nasihat ini ditemukan dalam kata-kata Paulus sendiri dalam Filipi, di mana ia menunjukkan bagaimana ia akan “membeli … emas dan pakaian putih … dan minyak untuk melumas mata.” Mereka adalah kata-kata seorang laki-laki yang benar-benar diselamatkan, dan seorang yang memiliki jaminan penuh keselamatan.

“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus … Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.” (Filipi 3:7,8,12). Itulah siapa yang akan Tuhan beri sebutan sang “Pemenang”.

Kita dipimpin, kemudian, pada –

4. Masalah Terakhir

Tuhan yang bangkit, setelah menunjukkan itu, dengan berbagai banyak macam hal apa pun, yang manusia pikir menandakan pentingnya dan keberhasilan dalam jemaat, ini adalah hal yang sangat mungkin bagi diri-Nya untuk berada di luar, Ia kemudian mengungkapkan “panggilan sorgawi”; “hadiah”; objek dari “penangkapan”.

“Bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku”

Sebuah serikat pemerintahan dengan Kristus di zaman yang akan datang! Tidak hanya sebagai seorang warga negeri sorgawi; tentu saja tidak menjadi salah satu dari mereka, kepada siapa Paulus menulis surat kepada jemaat di Korintus, mereka yang “diselamatkan; tetapi seperti dari dalam api” – segala yang lain hilang; melainkan dipanggil ke tempat tertinggi yang Sorga mampu berikan pada orang percaya – “di atas takhta-Ku.” Untuk ini, mungkin ada kebutuhan untuk “teguran” dan “hajaran”. Ini akan menjadi umat yang disiplin, ditegur, yang akan “memperoleh” sampai kepenuhan ini.

Jadi kita melihat perbedaan besar yang mungkin di antara orang Kristen, dan mendengar Tuhan kita berkata: “Jangan menjadi puas dengan apa pun yang kurang dari segala apa pun, di mana Aku telah memanggil engkau, dan apa yang telah Aku jadikan mungkin. Jadilah seumat dari yang “Amin” – sangat positif, menyeluruh, dan lepas.”

Alternatifnya sangatlah jelas: “Memuntahkan”, atau “Kududuk-kan … di atas takhta-Ku.”

“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh …”


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.