Austin-Sparks.net

Berkelimpahan dalam Kasih

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan di dalam majalah "A Witness and A Testimony" Juli-Agustus 1948, Jilid 26-4. Judul asli: "Abounding in Love". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

“Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu” (1 Tesalonika 3:12).

“Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu” (2 Tesalonika 1:3).

“Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus …” (Efesus 1:15).

“Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita” (1 Yohanes 3:22-23).

“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” (1 Yohanes 4:7).

Kedatangan Tuhan Terkait dengan Kasih di dalam Orang Kudus

Ada sesuatu yang terletak di balik ayat-ayat tertentu ini dan yang memberi ayat-ayat ini kekuatan dan nilai dan penekanan yang sebenarnya. Hal yang ada di hadapan kita memiliki tempat yang menonjol di dalam surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika, dan surat-surat itu sendiri menempati tempat kepentingan rohani yang besar. Mereka adalah surat-surat tercatat yang pertama yang ditulis oleh Paulus, dan dalam urutan kronologis, surat-surat ini seharusnya datang tepat pada awal dari surat-suratnya, sebelum Roma dan semua yang lainnya; tapi, melihat bahwa mereka begitu sebagian besarnya sibuk dengan kedatangan Tuhan dan semua hal-hal yang berhubungan dengan itu, itu seolah-olah Roh Kudus berkata, “Ya, mereka datang pertama secara kronologis, tapi sebenarnya mereka milik ujung yang lain,” dan dengan begitu Ia menyebabkan surat-surat itu untuk dibawa keluar dari urutan kronologis mereka dan ditempatkan di yang terakhir dalam susunan surat-surat seperti yang kita miliki sekarang. Semua ini tentang kedatangan Tuhan adalah setelah ini dan ini dan ini sebagaimana yang diwakili oleh semua surat-surat lainnya. Jadi surat kepada jemaat di Tesalonika sesungguhnya adalah puncak dari segalanya dalam kedatangan Tuhan. Di dalam mereka, kita memiliki hal-hal yang terakhir: dan Roh Kudus telah menempatkan mereka di tempat benar mereka – di akhir dan dengan kepentingan yang akan kita tunjukkan dalam sekejap.

Kita melewati ke surat Yohanes, dan kita menemukan bahwa mereka juga sibuk dengan hal-hal terakhir. Ketika Yohanes menulis, setiap penulis Perjanjian Baru lainnya telah pergi untuk bersama-sama dengan Tuhan. Surat-nya adalah tulisan-tulisan terakhir dan mereka sibuk dengan hal-hal terakhir – kedatangan Tuhan, antikritus, dan sebagainya. Ia berkata “Waktu ini adalah waktu yang terakhir.” Di sini adalah sifat yang sama seperti di dalam “Tesalonika.”

Tapi dengan kedatangan Tuhan dalam pandangan, apa yang harus menjadi hal yang menjadi ciri umat Tuhan lebih dari apa pun? Apa puncak dari seluruh proses dan kemajuan hal-hal rohani? Apa masalah dari “Roma,” “Korintus,” “Galatia,” “Efesus,” “Filipi,” dan “Kolose”? Apa semua itu berjumlah pada? Saudara perhatikan di kedua tempat di mana hal-hal yang terakhir dan waktu-waktu yang terakhir paling ada dalam pandangan – “Tesalonika” dan “Yohanes” – penekanannya adalah pada kasih. Itu adalah hal yang mengesankan di sini. Kepada apa Tuhan akan datang? Apa yang telah menarik-Nya di setiap saat? Apa yang Ia senang untuk temukan dan datang kepada? “Beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan Tuhan: “Tuhan memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan Tuhan dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya.” Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman Tuhan semesta alam, pada hari yang Kusiapkan” (Maleakhi 3:16-17). Di sana saudara tampaknya memiliki sesuatu dari kedatangan Tuhan, seolah-olah Ia melihat sesuatu di sana dan berkata, “Itu adalah apa yang Aku cari dan di sana Aku bisa datang.”

Kasih dari Hati, bukan Pengetahuan Kepala, yang Menarik Tuhan

Sekarang, saya tidak menyisihkan kedatangan pribadi Tuhan. Kedatangan-Nya akan memiliki banyak aspek. Ini akan menjadi penghakiman, ini akan menjadi banyak hal; tetapi sebagai yang pusat dari semua itu, haruskah tidak ada sebuah magnet – sesuatu yang menarik Dia keluar? Apakah Ia akan datang hanya untuk menghakimi bangsa-bangsa, untuk menilai kejahatan, untuk menghakimi manusia dosa – apakah itu akan cukup bagi-Nya? Bukankah Ia akan lebih suka datang karena Ia telah menemukan sebuah harta, dan segala sesuatu yang lain dari penghakiman terikat dengan harta itu?

Sebuah ilustrasi yang terkenal ditemukan dalam kehidupan Daud. Ketika ia diusir dari tempat yang sah-nya oleh perampas itu, untuk beberapa saat menjadi seorang pengasing dari kota dan takhta-nya, ia mengirim para imam dengan tabut kembali ke kota, untuk menetap di sana sebagai titik fokus untuk kasih sayang hatinya sementara ia berada dalam pengasingan (2 Samuel 15:25). Kita tahu dengan jelas bahwa aspek imam dari hal-hal di dalam Kitab Suci adalah aspek kasih, sebagaimana aspek kerajaan adalah aspek administrasi. Sekali lagi, kita menemukan aspek kasih datang masuk dengan Harun. Apa yang hampir adalah hal pertama yang dikatakan tentang Harun kepada Musa? – “apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya” (Keluaran 4:14). Ini adalah masalah hati yang membawa masuk imamat. Prinsip diperoleh di seluruh Kitab Suci. Ini adalah imam yang dalam kasih dan pengabdian-nya memegang umat Tuhan dalam hubungan hati dengan Tuhan; dan ketika Tuhan harus mengatakan hal yang paling sulit yang Ia pernah katakan kepada umat-Nya sendiri, itu adalah karena para imam pada saat itu sedang menjalankan suatu sistem tanpa hubungan hati yang tulus dengan diri-Nya sendiri. Ya, pengorbanan-pengorbanan dan pelayanan-pelayanan ada di sana, tapi “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku” (Yesaya 29:13). Ada segala pelayanan imam tanpa hati. Imam mewakili sisi hati hal-hal.

Sekarang hal tentang kasih ini adalah hal yang paling praktikal yang kita akan pernah dapat berhubungan dengan. Ini menimbulkan lebih banyak masalah daripada apa pun lainnya. Tapi mari kita melihat-nya pertama dalam terang kedatangan Tuhan. Jika Tuhan akan datang, apa yang akan Ia datang kepada? Saya tidak berpikir bahwa Ia akan datang karena ada orang yang memiliki banyak kebenaran dan banyak ketepatan dalam teknik mereka dan semua hal semacam itu. Jangan sampai kita mengabaikan nilai dan kepentingan besar dari terang dan kebenaran, tentang menjadi tepat sesuai dengan hukum dan prinsip-prinsip Allah; tetapi semua itu tidak akan pernah memuaskan hati-Nya. Apa yang Ia akan datang kepada akan menjadi itu, di mana Ia menemukan kepuasan hati-Nya oleh karena kasih. Paulus, dalam surat pertama kepada jemaat Tesalonika, berdoa bahwa kasih mereka pada satu sama lain dan untuk semua orang dapat meningkat. Dalam surat keduanya, ia tidak lagi berdoa bahwa hal itu mungkin begitu, ia mengucap syukur bahwa hal itu demikian; kasih mereka pada satu sama lain sungguh sangat berlimpah. Dan dalam konteks itu, ia membuka soal kedatangan Tuhan. Saya tidak berpikir bahwa kita sedang mempertegang penafsiran kita di sini. Roh Kudus begitu konsisten dalam pikiran-Nya. Kita bisa berbicara tentang kedatangan Tuhan ketika kita dapat mengatakan bahwa kasih kita berkelimpahan, meluber, tapi saya ingin tahu apakah kita bisa berbicara tentang kedatangan Tuhan dengan keyakinan hati yang nyata kecuali kondisi itu terdapatkan.

Kasih Tidak Tersinggung oleh Penampilan

“Berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain.” Kasih bagi mereka yang adalah dari kelompok kita sendiri mungkin tidak begitu sulit. Tapi Firman menambahkan “dan terhadap semua orang.” Itu masuk lebih dalam. Saya telah akhir-akhir ini merasa lebih dalam dan lebih kuat daripada sebelumnya kekuatan dari kata-kata yang sangat akrab ini – “Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun” (1 Korintus 8:1), dan kata-kata lain seperti “menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih” (Efesus 4:16). Jika kita akan terpengaruh oleh apa yang hadir dalam orang lain, semua sifat-sifat dalam orang-orang Kristen itu dan dalam pekerjaan dan kegiatan Kristen yang bertentangan dengan kita, kita akan menutup dan mengundurkan diri dalam hati dan tidak ada yang akan dilakukan dengan cara saling menolong dan membangun. Berulang kali muncul pertanyaan-pertanyaan yang sangat praktikal – karena ini atau itu yang kita temukan dalam orang lain apakah ada yang bisa dilakukan, apakah ada yang mungkin? Dan sangat sering, dalam kesadaran yang akut akan begitu banyak yang muncul di permukaan, kita telah memberontak melawannya; dan kemudian, pergi ke hadapan Tuhan tentang hal itu dan menghadapi-nya dengan-Nya, kita telah dimampukan untuk berjalan terus, dan sesuatu telah terjadi dan Tuhan telah menempa, dan kita telah dikejutkan, dan ditegur karena ketersinggungan awal kita. Kita harus melihat melalui semua itu sampai ke hati, dan diingatkan setiap kali bahwa Tuhan memandang pada hati. Kita melihat pada semua ini yang sebagian besarnya merupakan hasil dari kebodohan, kurangnya pengajaran yang tepat dan sebagainya, dan hal ini dapat menyinggung kita. Tapi Tuhan memandang pada hati; Ia melihat jika ada sesuatu yang jauh di bawah semua renungan-renungan ini, jika ada kasih hati yang nyata bagi diri-Nya, dan Ia tahu jika ini benar-benar adalah usaha untuk mengungkapkan kasih itu. Mungkin ada kesalahpahaman, mungkin ada ketidaktahuan, mungkin ada penyebab-penyebab lain, tapi ini yang menyinggung kita adalah, pada bagian mereka yang bersangkutan, cara mereka menunjukkan kasih mereka kepada Tuhan, dan kita tidak boleh menyimpang – kita harus mendekati mereka dan menemukan kemungkinan apa yang ada bagi Tuhan. Ia akan berjalan terus, Ia tidak menyerah; Ia mempergunakan semua yang Ia mungkin dapatkan dari sedikit pun kasih hati bagi diri-Nya dan bagi semua orang. Tantangan ini sangatlah praktikal dan mencari bagi kita. Jika kita dipengaruhi oleh apa yang kita temukan, oleh apa yang kita lihat dan dengar, oleh seluruh dunia indera itu – saya berbicara dalam alam Kristen sekarang – kita akan kecewa, menyerah, dan memutuskan bahwa tidak ada apa pun yang mungkin. “Kasih membangun”; saudara temukan bahwa ada sesuatu yang mungkin, ada beberapa pembangunan yang mungkin, lebih sering daripada apa yang saudara akan benar-benar percaya atau bayangkan, jika saja saudara mengambil garis kasih – bukan garis kritik dan penghakiman yang mengucil, tapi garis kasih. Jika ada kemungkinan sama sekali untuk Tuhan, itu adalah satu-satunya cara untuk menemukan itu, dan saudara harus melakukan banyak penggalian ke dalam, dan menerapkan diri saudara sendiri pada itu dengan tujuan yang nyata, untuk mengetahui apakah, setelah semuanya, ada pengabdian hati yang tulus dan murni kepada Tuhan di balik semua yang lain dan terbungkus di dalamnya. Dan “semua” itu, mencakupi banyak yang saya tidak akan berusaha untuk jelaskan dengan lebih dalam. Jika saudara menemukan kasih hati yang tulus itu, saudara telah menemukan dasar kemungkinan saudara; dan bagi kita, teman-teman, ini adalah bisnis kita, suatu bisnis yang harus dengan tekun dikejar. Ini bukanlah soal sentimental sama sekali, tetapi bisnis rohani yang secara intens nyata.

Kasih Tidak Tersinggung Karena Kekurangan

Sekian banyak untuk renungan-renungan; ada juga apa yang kita mungkin sebut kekurangan. Kita dapat mengatakan tentang orang lain bahwa kita tidak menemukan di dalam mereka pengetahuan atau kebenaran atau ajaran atau pemahaman; kita temukan, seperti yang kita rasakan, tidak ada apa-apa yang dapat dikerjakan. Kita tergoda untuk mengatakan “mereka tidak tahu, mereka belum melihat”; oh, dosa dari sebuah kalimat seperti itu ketika kalimat itu digunakan sebagaimana beberapa orang menggunakannya! “Sungguh kasihan,” mereka berkata, dalam efek-nya; “Mereka tidak melihat aspek pengajaran yang telah kita lihat ini”; dan mereka melewati mereka karena mereka belum melihat! Saya katakan, itu dapat menjadi hal yang bengis karena itu mungkin dapat merampok Tuhan dari kemungkinan apa pun sama sekali. Mungkin benar bahwa sedikit atau tidak ada apa pun yang dipahami dari apa yang kita kenali; mereka mungkin tidak tahu apa-apa tentang aspek kebenaran ini atau itu. Tapi apakah ada beberapa hubungan hati dengan Tuhan, bahkan dengan pemahaman rohani dan pencerahan dan instruksi yang paling minimal? Karena tidak ada dari semua itu yang kita merasa begitu diperlukan, apakah kita akan meninggalkan anak-anak Allah yang seperti itu? Ini adalah hal yang saya rasa kita harus benar-benar terjaga, dan jika perlu, untuk melakukan penyesuaian.

Kasih Memandang Pada Hati

Kasih – bukan kehadiran banyak pemahaman dan pengajaran dan kebenaran, bukan ketidak-adaan-nya segala macam hal-hal – adalah hal yang mengatur dengan Tuhan. Ini tidak berarti bahwa Ia sendiri di dalam hati-Nya menerima hal-hal yang salah, tapi Ia melihat melalui mereka, Ia melihat dengan beda dari diri kita sendiri. Ada dua pernyataan tentang Daud di dalam Kitab Suci – yang terbuat dari dua sudut pandang yang berbeda. Berbicara tentang Daud, Tuhan berkata kepada Samuel, “Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati” (1 Samuel 16:7). Itu berarti bahwa Tuhan melihat dalam hati Daud dan adalah satu yang menguntungkan. Tapi ketika Daud pergi untuk membawa roti untuk saudara-saudaranya di dalam tentara, kakaknya yang tertua memandangnya sambil berkata, “Mengapa engkau datang? … Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu …” (1 Samuel 17:28). Di sini kita mendapatkan pandangan Tuhan dan pandangan manusia. Kita harus sangat berhati-hati tentang sudut pandang dari mana kita melihat pada orang-orang sebelum kita menilai mereka dengan tanda-tanda lahiriah.

Saudara dapat melihat bahwa tidak ada harapan membangun kecuali ada kasih – dan kasih untuk semua orang. Saudara dan saya harus sangat prihatin dengan masalah membangun ini. Oh, Allah tahu berapa banyak peningkatan dan pembangunan rohani yang diperlukan! Ini adalah situasi yang melumpuhkan yang menghadapi kita jika kita melihat pada keterbatasan kita sendiri. Saya yakin bahwa tidak ada yang akan dilakukan kecuali kita memiliki hati yang sangat besar untuk melihat melewati dan ke dalam dan melalui dan melampaui, menolak untuk dipegang oleh apa yang mencolok di hadapan kita, memukul kita dan menyakiti kita, dan mencapai melalui pada itu yang adalah benar di dalam hati.

Kasih Membangun

Dalam terang kedatangan Tuhan, ini adalah hal yang sangat penting untuk diajarkan dengan baik dan untuk memiliki semua cahaya yang Tuhan dapat berikan kepada kita, tapi jangan pernah biarkan kita berpikir untuk satu saat pun bahwa terang dan kebenaran dan pengajaran yang pastinya adalah faktor pembangunan, sebab ada banyak orang yang memiliki sejumlah besar kebenaran dan kasih yang tidaklah sangat besar secara rohani; mereka sangat kecil, menyusut dan tertutup. Ini adalah kasih yang membangun. Selain itu, itu membuat perbedaan dalam mereka yang melakukannya, itu membawa mereka ke dalam peristirahatan. Kebenaran sendiri dapat membawa tampilan tegang ke wajah dan mata. Kasih harus membawa ke wajah beberapa saran tentang kekuatan tenteram dan kepercayaan tenang. Lihat kembali ayat-ayat penutupan Roma 8 itu – “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? … tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang.” Lihatlah pada hal-hal dalam pertanyaan – hal utama sejauh mana hidup kita bersangkutan. Tidak, tidak ada hal-hal ini yang akan dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Nah, mari kita duduk di kursi kasih-Nya dan beristirahat, dan kemudian mulai bekerja. Saudara tidak dapat bekerja kecuali saudara memiliki latar belakang peristirahatan, dan peristirahatan tidak muncul terlebih dahulu dari kebenaran. Peristirahatan berasal dari kasih, kasih Allah. Apa pun lainnya yang Ia berikan kepada kita dan tambahkan pada kita, semoga Tuhan membuat kita sebuah umat yang ditandai dengan amat oleh kasih terhadap yang lain dan terhadap semua orang.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.