Austin-Sparks.net

Menjadi-Murid

oleh T. Austin-Sparks

Diedit dan disediakan oleh Golden Candlestick Trust. Judul asli: "Discipleship". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

Bacaan: Filipi 3:1-16; Lukas 14:25-35; Matius 28:19.

“Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?”

Kalimat itu tampaknya seperti cara yang aneh untuk menyimpulkan kata-kata yang sangat kuat dan serius tentang menjadi-murid ini, namun tidak diragukan lagi ini adalah cara Tuhan menyimpulkan apa yang baru saja Ia katakan. Kata “memang” memiliki arti itu. Setelah kata-kata tantangan ini, kata-kata yang menyaring ini, Ia berkata, “Garam memang baik”; dan jadi Ia menghubungkan garam dengan menjadi-murid, dan memberi kita dalam satu kata itu, dan dalam apa yang kita ketahui tentang garam itu, gagasan-Nya tentang menjadi-murid: garam dan rasa-nya. Tuhan menghubungkan ini dengan sifat hubungan dengan diri-Nya sendiri.

Dalam ayat 25, kita membaca bahwa “Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus”, namun cukup jelas bahwa hal ini tidak memuaskan Dia. Hanya untuk memiliki banyak orang dalam semacam asosiasi dengan Dia tidak akan pernah memuaskan hati-Nya. Jadi Ia beralih kepada banyak orang ini, asosiasi hebat ini, dan Ia menantang mereka, dan menguji mereka, dan dengan cara yang sangat parah, dan Ia berkata bahwa kecuali hal-hal tertentu didapatkan, ini adalah hal yang mustahil untuk menjadi murid-Nya. Mungkin ada sebuah asosiasi, sejenis keterikatan; mungkin ada suatu bentuk mengikut, suatu minat, sebuah hubungan sentimental, suatu pengabdian yang diakui; bahkan mungkin ada pengambilan nama seorang pengikut Yesus Kristus; tapi Ia berkata bahwa satu-satunya hal yang benar-benar dapat dibenarkan adalah menjadi-murid. Satu-satunya hal yang benar-benar memuaskan hati-Nya, dan satu-satunya hal yang membuktikan hubungan sejati dengan diri-Nya sendiri adalah menjadi-murid. Apa yang Ia cari adalah murid-murid; bukan pengikut, tapi murid; bukan banyak orang, melainkan para murid. Berkaitan dengan kata itu, penunjukan itu, adalah segala sesuatu dari hubungan sejati dan hidup dengan diri-Nya sendiri, yang akan sesuai dengan realisasi akhir dan tujuan-Nya sendiri. Jadi Ia berbicara tentang rasa garam itu. Saya bertanya-tanya apakah ada semacam lirikan pada orang banyak dalam apa yang Ia katakan, dan Ia menganggap mereka sebagai massal, sebagai massa, tapi yang pada saat ini tanpa rasa yang sangat penting itu. Dan kemudian Ia berusaha untuk menyaring demi mendapatkan suatu perkumpulan yang diwakili oleh garam yang memiliki rasanya, sebab nilai garam yang sebenarnya adalah dalam rasa-nya.

Saudara lihat, keseluruhan paragraf ini berkaitan dengan nilai, hal yang efektif, hal yang mencapai, hal yang berjalan terus melalui.

Satu ilustrasi adalah tentang seorang laki-laki yang merenungkan membangun menara, dan pertanyaannya adalah apakah ia memiliki sumber daya untuk mencapai objek menara itu. Apakah tujuannya akan tercapai? Apakah hal itu dalam nilai, akan menjadi kenyataan yang nyata?

Satu ilustrasi lain adalah tentang seorang laki-laki yang merenungkan untuk pergi berperang. Pertanyaannya adalah apakah ia memiliki sumber daya untuk melakukan kampanye, masalah kemenangan terakhir. Apakah unsur ada di sana, yang benar-benar akan melakukan pekerjaannya, mencapai akhirnya, mencapai tujuan, dan akhirnya berdiri di tempat kemenangan mutlak?

Apakah laki-laki ini akan memiliki menaranya? Apakah laki-laki yang lain ini akan memiliki kemenangannya? Semuanya ditentukan oleh unsur keefektifan yang nyata, dan unsur itu, kata Tuhan pada dasarnya, ditemukan dalam menjadi-murid yang sejati. Dan menjadi-murid sejati yang efektif, mencapai akhirnya, melewati, menuntut segalanya; ini akan menghabiskan biaya segalanya. “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya …” Ini bisa berarti bapa, ibu, istri, anak-anak, saudara laki-laki, saudara perempuan, dan hidupnya sendiri juga. Saudara lihat, Tuhan sangat teliti, komprehensif, drastis, sebab Ia berkata kecuali hubungan dengan diri-Nya sendiri menghadapi ujian semacam itu, dan berada atas dasar yang sedemikian menyeluruhnya bahwa Ia adalah lebih dari segalanya, kita tidak akan bisa melewatinya. Jika kita memiliki sesuatu yang lain – bapa, ibu, dan seterusnya, dan hidup kita sendiri – sesuatu yang kita melekat pada yang bisa dengan cara apa pun datang di antara diri kita sendiri dan diri-Nya, kita tidak akan bisa melewatinya. Jika memang demikian, tidak peduli apa itu, tidak hanya dalam hubungan yang hidup kita tapi juga dalam kepentingan hidup kita, ambisi dan sebagainya; sehingga jika muncul pertanyaan mengenai apa yang akan menjadi, Tuhan, kehendak Tuhan, jalan Tuhan untuk hidup kita, rencana Tuhan untuk hidup kita, atau ini; jika harus ada dasar apa pun di mana kita akan ditahan, ditarik oleh hal lain ini, maka kita tidak memiliki keefektifan-nya, kita tidak akan bisa melewatinya.

Tuhan tidak selalu menekan hal ini secara kenyataannya dan secara harfiah sampai pada kesimpulannya, tetapi apa yang Ia tuntut, dan apa yang Ia uji kepada kita, adalah keseluruhan penangkapan kita akan nilai-Nya sendiri. Artinya, Ia berusaha untuk menemukan di dalam kita dengan cara ini atau dengan cara itu, apakah kita telah menyadari bahwa pengetahuan tentang Dia jauh lebih penting daripada hal lain apa pun yang dapat datang masuk ke dalam hidup kita, bahwa Ia benar-benar mewakili lebih dari segalanya. Ini adalah sesuatu yang harus ditetapkan, dan Ia berkata bahwa, “Jika tidak demikian, engkau tidak dapat menjadi murid-Ku!” Tapi di sini adalah rahasia keefektifan, menjadi-murid, (yang dalam sifat dan makna yang sejatinya adalah keseluruhan bagi Tuhan), ini adalah bahwa Tuhan memiliki tempat secara terunggul di dalam hati kita.

Dapatkan laki-laki atau perempuan mana pun di sana; jika Tuhan bisa mendapatkan salah satu dari kita di sana, di mana itu terbukti menjadi keadaan kita, maka hidup seperti itu akan terhitung; hidup seperti itu akan nyata, akan ada sesuatu yang bisa dicapai dalam hidup itu. Itulah masalahnya di sini. Bisakah orang ini menunjukkan prestasi, apakah itu dalam pembangunan atau peperangan? Apakah hal ini dapat tercapai, terpenuhi, selesai, ditetapkan, tujuan hidup dibulatkan? Rahasia keefektifan, pencapaian, adalah keseluruhan-nya Tuhan dalam hidup kita, dan keseluruhan-nya hidup kita untuk Tuhan.

Jika saya tidak mengatakan apa-apa lagi, itu akan cukup bagi kita untuk memikirkannya. Bagaimanapun, keefektifan adalah hal yang diperhitungkan, bukankah demikian? Ini bukan nama, bukan jabatan. Sebutkan itu garam, tapi itu bukan garam sampai ia terbukti memiliki sengatan untuk melakukan pekerjaan itu. Ini bukan namanya, bukan massalnya, bukan asosiasinya, bukan penampilannya; ini adalah apakah ada unsur itu di sana yang terhitung, yang efektif, yang datang melalui, yang melakukan pekerjaannya, yang mendaftarkan dirinya sendiri. Itu adalah garam yang sejati, itu adalah garam dengan rasa-nya.

Apa itu menjadi-murid? “… Ia tidak dapat menjadi murid-Ku”. Menjadi murid adalah untuk datang di bawah disiplin. Ketika kita menggunakan kata “disiplin” itu dalam bahasa Inggris moderen kita, biasanya kita berpikir tentang ditangani dengan berat, ditangani dengan sangat parah, namun ini memiliki makna yang lebih luas daripada itu, dan makna yang lebih lengkapnya hanyalah untuk diajarkan, diinstruksikan; ini adalah belajar. Semuanya dikumpulkan ke dalam firman Tuhan yang lain itu: “Pikul-lah kuk yang Ku-pasang dan belajarlah pada-Ku …” (Matius 11:29). Itu adalah persatuan dengan Kristus untuk tujuan belajar Kristus. Itu adalah menjadi-murid. Keefektifan, kata Tuhan, adalah sesuai dengan pengetahuan kita tentang Dia, pengetahuan yang hidup kita tentang Dia.

Di sini kita memiliki murid yang luar biasa ini, Paulus. Apakah pernah ada orang yang lebih dekat terpasang kuk-nya dengan Tuhan-nya? Dengarkan dia berbicara sebagai seorang murid: “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya … yang kukehendaki ialah mengenal Dia.” Itu adalah menjadi-murid. Sungguh sangat mengesankan bahwa ketika Paulus menulis kata-kata itu, pelayanan publik-nya di dunia ini sedang berada di akhir. Ia ada dipenjara. Itu adalah “Paulus yang sudah menjadi tua”, yang saat itu akan menulis dalam surat lain, “Aku telah mencapai garis akhir … saat kematianku sudah dekat” (2 Timotius 4:6, 7). Dan laki-laki yang dipenjara itu, yang tahu bahwa waktunya tidak jauh lagi, mungkin beberapa hari atau minggu, atau sedikit lebih banyak – mungkin satu atau dua tahun, tapi itu saja – berseru demikian: “yang kukehendaki ialah mengenal Dia …”; “pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya”. Hanya untuk sesaat ini cobalah memahami apa yang harus diimplikasikan oleh kata-kata itu. Saudara tidak sedang berhadapan dengan orang biasa. Ia adalah seorang laki-laki yang memulai perjalanannya dengan melihat Yesus yang dimuliakan, dan kemudian di jalan, lebih dari sekali, ia memiliki penyataan sorgawi, pernah diangkat ke sorga dan ditunjukkan hal-hal yang tak terkatakan. Tuhan telah mengatakan kepadanya pada awalnya bahwa Ia akan menampakkan diri-Nya kepadanya tentang hal-hal untuk pelayanannya.

Telah ada penyataan yang sangat besar tentang Tuhan Yesus, mungkin sedemikian besarnya yang orang lain tidak pernah dapatkan, dan pada akhirnya satu-satunya gairahnya adalah untuk mengenal Dia. Saya tunduk kepada saudara bahwa ini menyiratkan bahwa Paulus menyadari bahwa ada sesuatu di dalam Tuhan Yesus yang berharga seperti itu, dan bermakna seperti itu, bahwa Tuhan Yesus mewakili sesuatu mengenai pemikiran Allah yang lebih berharga dari pada semua yang dunia ini dapat berikan paling tidak untuk tahu. Oh, kekayaan seperti apa yang ada di dalam Tuhan Yesus jika hal itu benar, betapa kepenuhan apa yang harus-nya Ia menjadi, apa yang harus ditandakan oleh-Nya, apa yang harus dimaksudkan oleh-Nya! Dan ini adalah untuk mempelajari makna Yesus, isi Yesus, pikiran Allah di dalam Dia, tujuan Allah di dalam Dia, apa yang dimaksudkan dari Dia. Tidak, bukan hanya apa yang telah Ia lakukan. Ini bukan sekarang alam besar keselamatan kita itu. Paulus mengetahui itu. Artinya, keselamatan dasar tentang dosa dan penebusan. Dan ini bukan sekarang hanyalah masalah pengudusan seperti dalam kehidupan ini. Ia melihat bahwa ada di dalam Tuhan Yesus seluruh alamiah kepenuhan ilahi, dan bahwa kepenuhan itu harus diketahui, dan sebagaimana kepenuhan itu diketahui, kehidupan ini diperbesar, diperkaya, dan diperkuat, dan menjadi efektif dan berbuah. Ia mengejar rasa pengetahuan tentang Kristus.

Kita tahu betul bahwa dalam simbolisme Alkitab, garam berarti apa yang mendaftarkan dirinya sendiri melawan korupsi dan kematian. Saudara ingat anak-anak para nabi, yang datang kepada Elisa mengenai perairan Yerikho dan kutukan yang bertumpu pada perairan itu. Ada kematian yang belum waktunya di mana-mana karena unsur kematian yang ada di perairan itu, dan Elisa berkata, “Ambillah sebuah pinggan baru bagiku!” Ia menaruh garam ke dalam pinggan itu, dan garam itu memenuhi kekuatan kematian dan korupsi, dan mengatasinya, menyingkirkannya, dan hidup adalah hasilnya – hidup dan buah. Itu adalah rasanya. Rasa pengetahuan tentang Kristus adalah pengetahuan yang hidup akan Tuhan Yesus. Ini adalah pengetahuan yang hidup. Jadi Paulus berkata, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia, dan kuasa kebangkitan-Nya …”. Ini adalah pengetahuan dan hidup. Itu adalah menjadi-murid.

Saudara lihat bahwa kita sudah sangat dekat dengan intinya. Tantangannya adalah ini: Apa nilai dari semua pengetahuan kita? Kita memiliki pengetahuan yang besar. Betapa besarnya jumlah yang kita dengar! Betapa banyaknya informasi yang diberikan kepada kita! Betapa banyaknya yang kita tahu! Apakah kita berasumsi bahwa, karena kita memiliki semua pengetahuan itu, kita benar-benar berhubungan secara hidup dengan Tuhan Yesus? Ujiannya adalah: Apa nilai dari pengetahuan kita? Apakah ada sengatan di dalamnya? Apakah ada unsur yang hidup di dalamnya? Apakah ada keefektifan di dalamnya? Apakah ini sebuah pengetahuan yang pergi melalui sampai pencapaian-nya, untuk mencapai akhir? Apakah itu, dalam sepatah kata, pengetahuan yang hidup? “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau”. Apakah pengetahuan saya tentang Dia hidup? Apakah hidup sepadan dengan pengetahuan itu, sebanding dengan pengetahuan? Deritalah interogasi itu. Ini bukan penghakiman. Ini hanya mencari bahwa saudara dan saya tidak akan menjadi orang banyak, melainkan menjadi murid.

Jika kita menyerahkan diri kita ke dalam tangan-Nya dan memiliki transaksi yang sangat pasti dengan Dia, dan berkata, “Sekarang, Tuhan, aku ingin, dan aku percaya kepada-Mu, bahwa nilai sebenarnya, rasa-nya, hidup-nya, keefektifannya, akan dibawa sejalan dengan pengetahuan-ku; bahwa Engkau akan membuat semua pengetahuannya menjadi pengetahuan yang hidup, pengetahuan eksperimental, pengetahuan yang efektif.” Jika saudara melakukan itu, Tuhan akan mengambil saudara pada perkataan saudara, dan Tuhan akan bekerja sesuai dengan itu; tapi izinkan saya memperingatkan saudara tentang apa yang dapat saudara harapkan. Saudara bisa mengharapkan salib, sebab itu ada di sini tepat di jantung-nya, dan bagaimana salib beroperasi. Kita bisa memiliki gagasan romantis tentang salib, memikul salib, gagasan romantis tentang menyerahkan hidup kita. Salib akan beroperasi tepat dengan cara itu dengan masing-masing dari kita yang paling dikenal oleh Tuhan dalam kebijaksanaan dan pemahaman-Nya tentang kita, dengan cara itu yang akan mencari tahu apakah itu akan menjadi Dia atau hidup kita sendiri. Ini turun ke aplikasi praktikal yang sangat sederhana.

Tuhan mungkin tidak akan bertanya kepada saudara apakah saudara akan menyerahkan hidup saudara untuk ke luar negeri ke beberapa negeri asing dan menghabiskan dan dihabiskan untuk Dia. Beberapa dari saudara akan melompat pada gagasan seperti itu. Tidak akan ada banyak salib tentang itu. Tuhan tahu benar bahwa itu bukan ujian bagi saudara; ini mungkin ujian bagi beberapa orang, tapi mungkin saja ini hanyalah tepat di mana saudara berada bahwa dalam beberapa cara hal ini akan berhasil. Tidak ada gunanya mencoba memikirkan bagaimana jadinya, sebab jika saudara dapat melihatnya dengan jelas, tentu saja saudara akan siap untuk itu. Tuhan akan membawa saudara hanya pada suatu titik di mana ada segala kemungkinan untuk saudara berkata, “Kalau saja ini sesuatu yang lain kecuali itu! Tuhan dapat menyentuh seribu hal-hal, dan aku tidak akan memiliki pertanyaan tentang hal itu! Oh, kalau saja Ia meminta apa pun yang lain kecuali itu … kalau saja Tuhan memanggil-ku untuk mengambil jalan lain kecuali jalan itu!” Ya, hanya pada satu hal itu masalahnya sedang beristirahat. Pertanyaannya adalah Tuhan, atau hal itu? Tapi saudara lihat, satu hal itu mampu mengumpulkan segalanya. Semua hal lainnya tidak ada apa-apanya jika kita ditahan di sana. Semua kehidupan ditangguhkan pada satu titik. Kesetiaan diperlukan, sebab Tuhan sangat setia dengan orang-orang ini. Ia tidak membiarkan mereka untuk masuk ke sorga yang salah, ke dunia yang salah. Ia berkata, pada dasarnya, “Aku telah berkata kepadamu, Aku telah memperingatkan engkau, jika engkau benar-benar akan berjalan melalui bersama-Ku sampai akhir, ini akan menjadi segalanya”, dan segala sesuatu bagi saudara mungkin bergantung pada satu hal. Ah, ya, tapi jika Tuhan bisa membawa kita ke tempat di mana kita berkata, “… segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya”, maka akan ada pelayanan akan hidup, keefektifan, yang dapat terlihat jelas. Hidup itu akan menjadi salah satu yang memiliki pencapaian mulia pada akhirnya.

Jangan mendapatkan penglihatan prestasi, jangan mulai membangun istana di awan-awan tentang prestasi. Ini hanya berarti bahwa hidup itu terhitung, bahwa unsur perkasa dari hidup Allah sendiri yang tidak dapat dihancurkan, yang kekal, akan terhitung. Apa lagi yang kita inginkan? Bukan hal-hal di sini, bukan popularitas, bukan menjadi terkenal, tidak untuk diperhitungkan di dunia ini, tidak untuk memiliki sebuah nama; tetapi bahwa sekarang dan sesudahnya, dan melalui keabadian, akan ada apa yang merupakan kenyataan akan Kristus, hidup itu, yang menetap, buah dari kebangkitan-Nya, apa yang sekarang berdiam di dalam oleh hidup-Nya yang tidak dapat dihancurkan. Itu akan menjadi kekuatan, itu akan menjadi kemenangan; keefektifan; pengetahuan yang hidup akan Tuhan.

Kita harus memiliki urusan kita sendiri dengan Tuhan. Pertanyaan bagi kita adalah, “segala yang ia miliki” untuk Tuhan. Saya tidak yakin bahwa ketika Paulus pertama kali melihat apa biayanya bahwa ia berjalan melaluinya dengan sangat mudah tanpa banyak kesulitan. Semuanya baik-baik saja untuk menuliskannya setelah itu seperti yang ada dalam surat kepada Jemaat di Filipi ini. Sementara ia melewatinya, tidak diragukan ia merasa jepitan-nya, ia merasakan salib itu, tapi saat ia melewatinya, saat ia tidak menahan apa pun, saat ia berkata pada setiap penuntutan baru, “Ya, Tuhan!” saat ia menanggapi, ada datang kepadanya, saat ia melanjutkan di jalan penolakan itu, sebuah pengetahuan akan Tuhan Yesus yang semakin meningkat, yang pada akhir hidupnya membuatnya menjadi mungkin bagi dia untuk berkata seperti ini: “Ya, sekarang aku menganggapnya rugi!” Ini adalah perbandingan, saudara lihat. Menurut standar dunia ini, ini bukan rugi, ini sangat mahal dengan dunia ini; semua hal yang ia sebutkan ini sangat berharga, sangat penting, tapi saat ia semakin maju (tidak semuanya sekaligus, tapi sedikit demi sedikit) untuk mengenal Dia, dan semakin pengetahuan itu tumbuh ia mengambil jalan penolakan untuk Tuhan-nya, kemudian hal-hal lainnya kehilangan nilai tertinggi mereka baginya, ia dapat melihat mereka dalam terang pengetahuan tentang Kristus yang transenden, yang mulia, yang luar biasa.

Ini bukan bahasa belaka. Ini mahal, dan saudara merasakannya, dan saudara menderita dalam biayanya, ini memotong sangat dalam; tetapi jika saudara tidak memiliki kontroversi dengan Tuhan, dan jika dalam konflik, dalam perjuangan, dalam rasa sakit, dalam penderitaan, saudara berkata, “Ya, Tuhan!” dan jika saudara melepaskan kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, jika ini bisa berhasil untuk kemuliaan-Mu, maka baiklah”, percayalah, saudara akan perlahan-lahan, (mungkin untuk saat ini tidak sadar atau tidak dapat dirasakan, namun demikian, pastinya) saudara akan datang ke tempat di mana saudara berkata, “Jika aku diminta sekarang untuk menukar pengetahuan-ku tentang Tuhan untuk hal-hal yang dulunya bagiku yang paling berharga, aku tidak akan pernah merenungkannya. Pengetahuan tentang Tuhan adalah lebih bagiku daripada segalanya!” Percayalah, tidak ada akhir untuk itu. Paulus datang ke tempat di mana tidak ada akhir untuk itu. Semua tahun-tahun-nya, dan semua pengetahuannya, dan semua pengalaman-nya di sini tidak mencegahnya untuk berkata pada akhirnya, “Saudara-saudara, bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini … kemuliaan dari pengetahuan tentang Kristus Yesus Tuhan-ku masih ada di hadapanku, masih di depanku … yang kukehendaki ialah mengenal Dia.”

Oh, bahwa Tuhan akan memberi kita penerangan lebih lanjut mengenai pentingnya Yesus Kristus, apa yang diwakili oleh-Nya. Ini bukanlah mengetahui tentang Dia, ini adalah mengenal Dia, belajar Kristus, dan dengan belajar, hidup mengambil rasa-nya. Percayalah, keefektifannya, keberhasilan hidup Kristen kita bergantung pada ukuran pengetahuan yang hidup akan Tuhan, bukan apa yang kita dengar dalam pertemuan, tapi apa yang dikerjakan di dalam kita dengan biaya. Itu yang diubah menjadi terhitung. Mari kita merasa puas setidaknya, dengan itu.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.