Austin-Sparks.net

Menyatakan Kemuliaan Allah

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan di dalam majalah "A Witness and A Testimony" Jan-Feb 1953, Jilid 31-1. Judul asli: "For the Glory of God". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

“Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” (Yohanes 11:4).

“Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” (Yohanes 11:44).

“Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.” (Yohanes 12:10-11).

Kita tahu dengan baik, tetapi mungkin ada baiknya jika kita mengingatkan diri kita sendiri, bahwa di dalam Injil ini, ada ditampilkan satu hal yang mengatur segala kepentingan dan kegiatan Allah – yaitu, kemuliaan-Nya, dan kemuliaan-Nya dalam muka Yesus Kristus: sehingga satu hal yang ada dalam pandangan, memberi arti kepada segala sesuatu, adalah kemuliaan Allah melalui Tuhan Yesus. Mari kita ingat hal itu, sebab jika kita melepaskan apa pun dari itu, kita kehilangan makna dan nilainya, dan mungkin kehilangan arah kita. Allah melakukan segalanya untuk kemuliaan-Nya, dan itu khususnya dalam kehidupan mereka yang adalah milik-Nya.

Kemuliaan Allah Terwujudkan di Balik Latar Belakang Penderitaan

Marilah kita sekarang datang pada bagian pertama dari ketiga bagian-bagian dalam ilustrasi yang luar biasa ini. “Kematian itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah.” Pernyataan itu adalah penjelasannya dan penafsirannya dari penyediaan yang sangat misterius, penyediaan yang mengangkat hal-hal, yang jika tidak, dapat dianggap sebagai kejadian umum di dalam kehidupan manusia kepada tingkat yang lain, dan membungkus mereka dengan keagungan, dengan kemuliaan. Ini bukanlah hal yang aneh bahwa seseorang harus jatuh sakit dan mati, dan secara harfiah, ada banyak hal yang terjadi begitu saja, yang merupakan jumlah dari kehidupan dan pengalaman manusia, semuanya dapat dianggap sebagai bagian umum, pengalaman sehari-hari; tetapi di sini ada sesuatu yang, dengan penerangan Tuhan, harus dilihat dengan cara lain – dan cara lain yang hampir mengejutkan kita. Ini adalah bahwa kedaulatan Allah, bergerak menuju tujuan besar kemuliaan-Nya sendiri di dalam Anak-Nya itu, bertindak untuk membuat seseorang jatuh sakit, untuk membawa penyakit kepada seseorang; dan penyediaan mundur dan membiarkan penyakit itu menjalani perjalanannya, sampai orang itu mati dan lebih dari mati, dan semua ciri-ciri dari tragedi manusiawi duniawi ada di sana, dukacita, kesedihan dan patah hati. Mereka semuanya ada di sana – namun Allah ada di dalam hal ini, tersangkut dan terlibat oleh tindakan-Nya sendiri dengan cara yang sangat luar biasa, dan diberitahukan bahwa hal ini ditentukan oleh Allah sendiri dengan objek yang luar biasa dalam pandangan, objek terbesar di dalam hati Allah – kemuliaan-Nya sendiri.

Sekarang saudara melihat kemungkinan yang luas dari pertimbangan seperti itu, dan jangkau penerapan yang luar biasa. Kita akan puas sekarang untuk mengambil fakta bahwa ketika Allah berusaha untuk memuliakan diri-Nya sendiri, untuk membawa Anak-Nya ke tempat pengakuan-Nya yang sah, Ketuhanan, hal-hal yang secara alami, kita anggap dan tafsirkan sebagai malapetaka dan peluang hidup manusia, kepada apa semuanya tunduk, mungkin adalah sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah, di bawah kendali Allah, untuk membawa sesuatu yang sangat besar untuk kemuliaan Allah, untuk kepuasan Allah.

Sekarang, teman-teman, ini adalah sesuatu yang harus saudara dan saya upayakan dengan cukup rajin untuk menyesuaikan diri. Marilah kita memperluas dan memperbesar penerapannya dari sekedar kesakitan atau penyakit manusia, bahkan jika itu berujung pada kematian. Marilah kita melihat dalam terang ini, mungkin kesulitan dan kesengsaraan dan penderitaan seumur hidup, mungkin sesuatu yang telah datang kepada kita, yang untuknya kita telah lebih dari tiga kali memohon kepada Tuhan sehingga hal itu dapat disingkirkan, dan Tuhan telah pada dasarnya berfirman, ‘Tidak’: tidak ada penyingkiran; ini adalah sesuatu yang kita telah dipanggil untuk alami dan tanggung. Ini mungkin sesuatu dalam hidup kita secara keseluruhan, atau ini mungkin suatu peristiwa dalam hidup kita yang sangat tertekan. Oh, lihatlah, apa pun itu mungkin dalam kasus saudara yang saudara ingin singkirkan, yang kepadanya, saudara akan mengambil sikap yang diambil Maria dan Marta – Ini adalah sebuah tragedi, ini adalah suatu kemalangan, ini adalah kesulitan besar, ini adalah kesedihan yang luar biasa, ini semuanya melawan kita, semuanya bertentangan dengan kebaikan kita dan berkat kita dan sukacita kita. Firman Allah membuatnya jelas pada lebih dari satu tempat bahwa ada kedaulatan di balik kehidupan umat-Nya sendiri, “yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”, yang mungkin tidak hanya membiarkan hal itu terjadi, tetapi yang benar-benar mentahbiskannya, dan membuat hal itu sendiri, yang ditahbiskan oleh kehendak Allah, menjadi sarana yang dengannya sesuatu harus datang dari hidup kita sangat banyaknya untuk kemuliaan Allah. Saya tahu bahwa ini tidak mudah untuk mengambil sikap seperti itu terhadap hal-hal ketika saudara berada di dalamnya – itu adalah hal yang paling sulit; tetapi di sini ada sesuatu yang konkret sebagai suatu pernyataan, dan dikatakan secara umumnya kepada kita, “bagi mereka yang mengasihi Allah … yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28): ‘Engkau, yang mengasihi Tuhan, ada beberapa kemungkinan yang luar biasa untuk menyatakan kemuliaan Tuhan, kepuasan Tuhan, terbungkus dalam apa yang engkau anggap sebagai masalah, penderitaan, kemalangan, kemunduran, tragedi, jika bukan bencana, penyediaan yang aneh dan misterius yang telah membalikkan harapan dan pengharapan-mu – semua itu dan banyak lagi. Itu mungkin sesuatu yang tidak hanya diizinkan oleh Tuhan untuk terjadi, tetapi yang telah Ia atur sendiri.’ Pada akhirnya, tentu saja, kita menyadarinya dan mengakuinya, dan kita tidak akan menyesal bahwa kita telah melalui hal itu. Saya tidak berpikir Maria dan Marta menyesal setelah itu bahwa mereka mengalaminya. Saya pikir ada keuntungan yang luar biasa di sana, tetapi intinya adalah bahwa di dalam kehidupan mereka yang mengasihi Tuhan ada di dalam penderitaan sesuatu untuk kemuliaan Allah, dan jika hati kita tertuju pada kemuliaan-Nya, kita akan berbaginya. “Jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” (Roma 8:17).

Itu hanyalah pesan singkat pertama tapi yang cukup nyata bagi kita, dan itu harus diterima oleh kita masing-masing sesuai dengan rahasia kepahitan dan kesedihan hati kita sendiri. Saudara tahu Tuhan telah memperlakukan saudara dengan cara yang aneh, mengganggu semua rencana saudara, menangguhkan semua harapan saudara, membalikkan semua harapan saudara, membuat segalanya berhenti, apa pun itu. Sekarang “penyakit itu tidak akan membawa kematian.” Jika Kristus, Kebangkitan dan Hidup, terlibat di dalamnya, ini adalah untuk hidup; ini tidak bisa untuk kematian, melainkan untuk menyatakan kemuliaan Allah.

Kemuliaan yang Terwujud Dibatasi oleh Sentuhan Bumi

Bagian kedua – “Kata Yesus … bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” Jangan lupa bahwa kemuliaan Allah masih memerintah, meskipun kemuliaan itu mungkin sebagiannya tertahan. Kemuliaan Allah ditemukan dalam hidup Allah yang tidak diciptakan, atau hidup kebangkitan Kristus, hidup Seorang yang adalah Kebangkitan dan Hidup. Kemuliaan melekat dalam kehidupan kekal Ilahi itu. Lazarus telah sampai pada titik di mana ia memiliki hidup itu, itu ada di dalam dia, ia telah datang keluar dalam kuasa hidup kebangkitan itu, tetapi itu ada dalam batasan; oleh karena itu, kemuliaannya berada dalam batasan, dan perwujudan penuh dari niat Ilahi, tampilan penuh kemuliaan, menuntut bahwa hidup itu harus dilepaskan, harus dibebaskan. Dari apa? Kita katakan, Kain Kapan. Apa kain kapan itu? Nah, “Sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kejadian 3:19). Kain kapan hanyalah ‘sentuhan bumi’. Itu adalah kalimat yang sangat sangat lengkap. Itu adalah semacam hubungan dengan ibu Pertiwi lama, ini adalah beberapa ikatan yang masih tersisa dengan ciptaan terkutuk itu di mana tidak ada yang bisa menembus tepat menuju kepenuhan. Di sini adalah pertanyaan tentang kepenuhan hidup, kebebasan penuh dan kemuliaan penuh yang dihasilkan; dan, di alam mana pun di mana kutukan masih bersemayam, kita tahu bahwa tanda kutukan adalah bahwa segala sesuatu berjalan begitu jauh dan kemudian memudar, lenyap, tidak ada yang benar-benar mencapai kepenuhan.

Berikut ini adalah Lazarus; ia sudah berjalan sejauh ini tapi apa gunanya laki-laki yang tangan dan kaki-nya terikat ini? Meskipun ia memiliki hidup, ia tidak dapat melakukan banyak hal, ia tidak dapat berguna. Ia tidak akan berjalan-jalan dan menampilkan kemuliaan Allah sebagai mayat hidup, selalu berbicara tentang kuburan – satu-satunya kesaksiannya adalah, meskipun ia memiliki hidup, kuburan. Ia berbicara tentang kuburan, membawa tanda kuburan padanya sepanjang waktu – ada sentuhan bumi. Saudara melihat kelengkapan penerapannya. Kita harus belajar di bawah instruksi Roh Kudus apa dan di mana sentuhan bumi itu dalam kasus kita. Ini mungkin beberapa ambisi, ambisi alami, keinginan pribadi, sesuatu yang diri kita sendiri inginkan untuk kepuasan diri kita sendiri. Ini mungkin adalah salah satu dari seribu hal yang masih merupakan sentuhan bumi, yang berarti bahwa kita belum sepenuhnya dibebaskan untuk Allah, kita tidak benar-benar bebas untuk Tuhan, masih ada beberapa dasar kontroversi, masih ada beberapa dasar tawar-menawar dengan Tuhan – Jika Engkau mau melakukan ini, maka aku akan … Masih ada sentuhan bumi di suatu tempat, sedikit keduniawian – oh, apa pun yang menyentuh alam bumi itu; dan oleh karena itu, meskipun kita mungkin memiliki kehidupan yang luar biasa ini dan telah mendengar panggilan Anak Allah, kita masih berada dalam keterbatasan, masih dalam kesempitan, masih terikat, masih belum sepenuhnya bebas dan dibebaskan sehingga kemuliaan Allah harus dilayani dalam kepenuhan. “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi”; putuskan hubungan bumi.

Saya tahu, tentu saja, bahwa ada pekerjaan dispensasional dari hal ini dan bahwa kain kapan ini secara dispensasional berbicara tentang hukum, hukum bangsa Yahudi, sebab di sinilah, tepat di tengah-tengah agama Yahudi, bahwa kesaksian itu diberikan. Ini adalah Galatia. Seluruh surat kepada jemaat di Galatia ada dalam kata-kata “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” Singkirkan legalisme hukum dan biarkan laki-laki yang dibangkitkan ini pergi bebas. Tetapi ada penafsiran rohani, dan ini lebih luas. Ada penerapan yang lebih luas ini, dan prinsipnya universal – sentuhlah bumi, dan hidup-mu ditahan, kemuliaan Allah terbatas. Apa sentuhan bumi saudara? Nah, mari kita tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita bebas? Apakah kita benar-benar hidup dalam kepenuhan hidup ini dan keefektifan hidup ini dalam pelayanan? Jika tidak, mengapa tidak? Apakah kita masih berpegang pada sesuatu untuk diri kita sendiri, masih berpegang pada sesuatu yang dilarang oleh Allah, yang tidak dapat hidup? Itu adalah sentuhan kematian karena itu adalah sentuhan bumi. Kata-katanya adalah: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.”

Pertentangan Iblis terhadap Perwujudan Kemuliaan

Dan bagian ketiga – “Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, SEBAB karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.” Apa pun yang ada di jalan penuh kemuliaan Allah, dilepaskan untuk tujuan Ilahi sehingga Allah dapat dimuliakan di dalamnya, menjadi objek kejahatan Iblis. Itu adalah kebenaran ketiga, yang mungkin tidak perlu kita tekankan, sebab kita mengetahuinya dengan baik, bahwa jika Allah melakukan sesuatu di dalam hidup kita yang darinya Ia mendapat kemuliaan bagi diri-Nya melalui Anak-Nya, ini tidak lama kemudian bahwa kebencian dan dendam dari musuh diarahkan kepada kita. Itu adalah bagian dari persekutuan kita dengan Tuhan. Jika mereka akan membunuh Yesus, mereka juga akan membunuh Lazarus, sebab keduanya ini adalah satu. Kita terikat dengan Tuhan dalam hal ini, dan kita akan menemukan bahwa jika Tuhan ingin mendapatkan kemuliaan di dalam dan melalui hidup kita, dan lebih banyak lagi kemuliaan, maka musuh akan menjadikan kita sasaran dari racunnya yang sebenarnya dan ia dan miliknya akan bermupakat untuk membunuh kita.

Tetapi seberapa jauh ia bisa pergi? Ia tidak dapat pergi lebih jauh, kapan pun, daripada yang Tuhan Kehidupan izinkan ia pergi, sebab sekarang Anak-Nya telah dipersembahkan di Tengkorak, dan bagi kita itu adalah hak istimewa kita, untuk tidak terbunuh, tetapi untuk menyerahkan nyawa kita atas kehendak bebas kita sendiri.

Nah, tiga hal – “tidak untuk membawa kematian, tetapi untuk menyatakan kemuliaan Allah.” Apa itu yang saudara dan saya geluti? Lihatlah di dalamnya kemungkinan kemuliaan Ilahi: Itu mungkin adalah sesuatu yang ditahbiskan oleh Allah – setragis-tragisnya kelihatannya bagi saudara – ditahbiskan oleh Allah untuk dalam jangka panjangnya menyatakan kemuliaan-Nya. Bebaskan diri saudara dari apa yang membatasi kemuliaan dan menggagalkan tujuan Allah dalam kesulitan dan pencobaan saudara – yaitu, setiap sentuhan bumi, kemelekatan pribadi apa pun; dan ingatlah bahwa, bahkan ketika saudara telah melakukannya, saudara tidak akan luput dari perhatian musuh – saudara akan menjadi objek pertimbangannya; dan jika iblis menganggap seseorang atau apapun layak dipertimbangkan, itu pastinya berharga bagi Tuhan.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.