Austin-Sparks.net

Kerajaan Yang Tidak Tergoncangkan

oleh T. Austin-Sparks

Bab 8 - Pembentukan Anak-Anak (Selanjutnya)

Bacaan: Ibrani 12:9; 2:6, 10; 3:1; 4:12; 5:8, 12-14.

Ada beberapa kata dalam ayat-ayat ini yang harus kita perhatikan – pengajar, indera, pengalaman, perkembangan penuh, belajar. Semua kata-kata ini berkaitan dengan hubungan dalam arti keperanakkan, dan pelatihan dalam keperanakkan. Pemerintah penduduk bumi yang akan datang harus dengan anak-anak di dalam Anak, sehingga keperanakkan spiritual sangatlah penting untuk tujuan Allah di zaman mendatang, yang bukan hanya sekedar hubungan dengan Tuhan tapi dengan semua yang keperanakkan artikan sebagai suatu yang jauh lebih banyak daripada masa kanak-kanak.

1) Israel di padang gurun - Peringatan

Dengan ini, kita perhatikan, yang utama adalah bahwa berjalan terus yang Rasul bicarakan, dan yang ia desakkan, terkait dalam Surat Ibrani dengan Israel di padang gurun. Mereka diambil sebagai contoh tragis orang yang tidak berjalan terus. Melihat bahwa rasul menghubungkan ayat ini mengenai perkembangan penuh sebagai akhir dari berjalan terus, perkembangan penuh jelas sesuai dengan negri-negri yang mereka lewatkan, di mana mereka tidak berjalan terus. Padang gurun, oleh karena itu, sesuai dengan ketidakdewasaan, anak kecil; padang gurun oleh karena itu adalah tempat pelatihan anak-anak dalam hal keperanakkan.

Saya terkesan dengan fakta ini bahwa sehubungan dengan Israel di padang gurun kata-kata yang luar biasa dalam ayat 12 pasal 4 terdapatkan: “Firman Allah hidup dan kuat … menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh.” Saudara perhatikan konteks-nya. Israel di padang gurun dan apa yang mengarah ke itu: “… mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku”; “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Ku …”; “Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk ke tempat perhentian …”; dan seterusnya. Semua yang mengikuti kata itu dalam ayat 12. Di padang gurun Allah sedang berurusan dengan manusia batiniah dalam tipe; “Bapa roh kita”, bukan jiwa kita – dari jiwa kita dalam arti sekunder, tetapi yang terutama dari roh kita; dan dalam roh kitalah Roh Anak Allah berdiam. Allah bukan jiwa, dan oleh karena itu, dalam contoh pertama, hubungan tidak dapat terjalin dengan jiwa kita. Hubungan adalah roh dengan roh: “… apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.”

Allah mencari yang seperti itu untuk menyembah-Nya, yang menyembah-Nya dalam roh karena Dia adalah Roh. Allah adalah Roh; oleh karena itu kita pertama-tama harus menyembah dalam roh, bukan dalam jiwa. Di sini, pelatihan berhubungan dengan roh, dan jika saudara meminta penafsiran dan penjelasan spiritual akan kegagalan Israel untuk masuk ke negri-negri, masuk ke perkembangan penuh, dan binasa di padang gurun, ini karena mereka hidup dalam jiwa mereka dan bukan dalam roh mereka: yaitu, mereka hidup berdasarkan perasaan mereka, mereka hidup menurut penalaran luar mereka, mereka hidup berdasarkan apa yang mereka inginkan. Kehidupan batiniah tidak terkait dengan Allah dalam persatuan, sehingga hidup dalam jiwa mereka, mereka tidak tiba pada akhir yang ditetapkan Allah, Kerajaan, kepenuhan Kristus, negri-negri, yang merupakan tipe tujuan Allah yang kekal, perjanjian dengan umat-Nya.

Jika kita hidup pada tingkat dan dasar kehidupan jiwa dan bukan hidup dalam roh bergabung dengan Allah, Roh Kudus, kita tidak akan membuat kemajuan spiritual, kita hanya akan berkeliling di padang gurun, kita tidak akan pernah melalui sampai tiba di akhir Allah, kita tidak akan pernah mencapai status keperanakkan, dan oleh karena itu, kita tidak akan pernah memiliki kuasa atas bumi berpenduduk yang akan datang yang sedang kita bicarakan.

Saya pikir ini adalah ringkasan yang sangat benar mengenai situasi itu, sehingga apa yang Allah inginkan tidak hanya sekedar memiliki sejumlah orang yang keluar dari Mesir atau keluar dari dunia, disebut sebagai umat-Nya; bukan hanya atas dasar darah penebusan, berkaitan dengan diri-Nya sebagai anak-anak-Nya, bukan dibebaskan, bahkan, dari kerajaan kegelapan. Hal ini tidak cukup bagi Allah, karena Israel keluar atas dasar itu, dan dalam hubungan itu, dan masih banyak lagi, mewakilkan seluruh arti dari keselamatan dalam tahap awal, namun mereka kehilangan objeknya. Allah tidak puas hanya dengan memiliki sejumlah orang yang telah diselamatkan dari dunia dan dari dosa, disebut sebagai umat-Nya. Dia adalah Bapa roh mereka untuk melatih mereka dalam keperanakkan untuk Kerajaan, kuasa yang merupakan perwujudan dari pikiran penuh-Nya sejak kekekalan.

2) Kebutuhan untuk meletakkan dasar

Yang kedua, hal yang berikut, adalah bahwa perkembangan penuh atau keperanakkan mensyaratkan bahwa dasar harus sepenuhnya dan setuntasnya diletakkan. Itu adalah kata dalam bagian dari apa yang pasal 5 ayat 11 sampai pasal 6 katakan. Saudara tidak akan pernah bisa melalui sampai keperanakkan kecuali dasar saudara telah didirikan. Semua yang dikatakan di sini tentang keperluan untuk diajar ketika ditinjau dari sudut waktu, mereka sudah seharusnya menjadi pengajar, berkaitan dengan hal mengenai dasar. Dasar telah disajikan; mereka telah diajarkan dasar-dasar itu, tetapi mereka masih sibuk dengan dasar-dasar dalam arti bahwa itu bukanlah sesuatu yang telah ternyatakan; mereka tidak menetap, dan oleh karena itu mereka tidak dapat berjalan terus. Jadi dorongan datang: “Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih pada perkembangannya yang penuh.” Untuk perkembangan penuh, atau untuk keperanakkan, dasar harus telah setuntasnya diletakkan. Lalu Rasul menyajikan dasar itu dan menyebutnya asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus.

Asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus

Biarkan hal itu mengatur. Banyak komentator mengatakan bahwa enam hal berikut ini adalah tata cara Yahudi, tapi di sini dikatakan “asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus”, dan mereka adalah:

a) Pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia

Dalam kasus orang percaya Ibrani, ini adalah pertobatan dari agama Yahudi sebagai suatu sistem mati, perbuatan-perbuatan yang sia-sia. Seperti yang telah kita katakan, kepentingan dari pelestarian ilahi surat ini setelah surat ini memenuhi tujuan langsung-nya kepada Israel, berarti bahwa surat ini adalah pesan bagi Jemaat, karena jika tanggal penulisannya benar maka tujuan-nya terpenuhi hanya dua tahun semenjak penulisan surat ini. Surat ini ditulis dengan melihat dalam pandangan, kehancuran Yerusalem dan bait-bait dan sistem orang Yahudi yang semakin mendekat, demi membawa orang-orang percaya Yahudi melekat pada hal-hal sorgawi dan terlepas dari hal-hal duniawi. Goncangan itu muncul tidak lama setelah surat ini ditulis. Tapi surat ini telah menetap selama berabad-abad dan bergenerasi-generasi, dan sekarang penuh dengan hidup, yang mengartikan bahwa Tuhan bermaksud surat ini untuk diterapkan kepada Jemaat serta agama Yahudi, dan untuk berkata bahwa Kekristenan dapat menjadi sistem mati, Kekristenan dapat menurun ke dalam kematian rohani, dan bahwa ada panggilan, oleh karena itu, kepada orang-orang percaya untuk bertobat dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia; yaitu, bukan hanya bertobat dari dosa-dosa mereka sebagai orang tidak percaya, tetapi mengubah sikap mereka, menolak agama mati.

Tentu saja, ini mencakup segala sesuatu yang saudara dapat panggil dengan nama itu. Ada perbuatan-perbuatan sia-sia orang berdosa yang berburuh untuk roti yang binasa, bekerja untuk barang-barang dunia ini, dan kemuliaan, dan kesenangan: perbuatan sia-sia. Tapi hal ini mencapai juga kepada orang Kristen, yang hanya sekedar bekerja dalam Kekristenan tradisional yang mati, dan panggilan-nya adalah untuk bertobat.

b) Kepercayaan kepada Allah

Saya pikir kita tidak perlu menetap dengan masing-masing ayat tersebut. Satu atau dua mungkin memerlukan sedikit komentar lebih lanjut.

c) Ajaran tentang pelbagai pembaptisan

Saudara melihat bahwa kata ini ada dalam bentuk jamak, dan kata yang perlu ditekankan adalah kata “ajaran.” Apa yang rasul katakan di sini, seperti yang saya pahami, adalah ini, bahwa saudara harus memahami arti dari pelbagai pembaptisan: yaitu, pembaptisan Yohanes, dan pembaptisan Kristus. Dan jika saudara ingin hal ini dijelaskan, saudara hanya perlu masukkan pada titik ini, paragraf dari Kisah Para Rasul 19:1-7. Orang-orang ini dibaptis dua kali, dan atas dasar memiliki dua pembaptisan yang dijelaskan kepada mereka. Mereka diajarkan perbedaan-nya. Sekarang, saya tidak mengatakan bahwa saudara harus dibaptis dua kali, saya hanya mengatakan bahwa ini adalah arti dari ayat ini seperti yang saya pahami.

Mungkin beberapa dari orang-orang ini mengatakan, Oh, kami dibaptis dengan pembaptisan Yohanes; ini sudah cukup baik! Dan kemudian, mereka diberitahu bahwa ini saja tidak cukup; bahwa pembaptisan Yohanes adalah satu hal, tetapi pembaptisan ke dalam Kristus adalah pembaptisan ke dalam kematian-Nya, ke dalam penguburan-Nya, ke dalam kebangkitan-Nya. Pembaptisan Kristus adalah identifikasi dengan Kristus, bukan Yohanes. Ada dua jenis baptisan yang berbeda. Mereka masih jelas berputar-putar pada pertanyaan ini, berkeliling di padang gurun ini, dan tidak mencapai ke mana-mana. Sekarang, kata rasul, kau harus menegakkan dan menetapkan asas-asas pertama Kristus sekali untuk selama-lamanya.

Saya kira perbedaan antara pembaptisan Yohanes dan Kristus tidak banyak mempermasalahkan saudara, tetapi saudara juga mungkin sama terikat dengan pertanyaan tentang baptisan, dan Tuhan akan berkata bahwa saudara harus menetapkan hal itu sebelum saudara dapat mengetahui kebebasan. Saudara mungkin berpikir bahwa saudara sedang berjalan terus, tetapi saudara tidak; saudara mungkin berlanjut selama lima-puluh tahun dan pada akhir waktu itu, saudara harus kembali dan menetapkan pertanyaan itu. Tuhan tidak pernah menyerah. Tuhan tidak pernah meninggalkan titik itu, dan, terkadang dengan penghinaan, harus ada pengakuan dari mereka yang telah berlangsung bertahun-tahun, bahwa mereka telah membiarkan hal-hal pertama terlantarkan, dan dari sudut pandang Tuhan keperanakkan tidak tiba. Hasilnya adalah bahwa kita memiliki banyak orang seperti orang Ibrani ini yang setelah bertahun-tahun telah disebut dengan nama Tuhan, dan sudah seharusnya menjadi pengajar, masih tetap seperti anak kecil yang perlu diberi makan, masih tidak dapat mengambil tanggung jawab spiritual, masih harus mendapatkan segala sesuatu dari luar bukan dari dalam. Mengapa hal ini demikian? Dasar-nya tidak pernah ditetapkan; mereka tidak pernah benar-benar berjalan terus. Keperanakkan menuntut bahwa setiap asas-asas pertama Kristus harus menjadi sesuatu yang telah ditetapkan dalam hidup.

d) Penumpangan tangan

Satu kata dalam hubungan ini yang saya anggap perlu. Jika saudara melihat hal ini dalam Perjanjian Baru, saya pikir, saudara akan tiba ke salah satu dari dua kesimpulan. Entah ada sesuatu yang didelegasikan oleh Tuhan kepada orang-orang tertentu pada waktu tertentu, bahwa dengan penumpangan tangan ada sesuatu yang disampaikan dan sesuatu terjadi, tetapi hal ini menetap dengan mereka dan menjadi milik saat-saat pertama itu, hal ini tidak ada hubungannya dengan sekarang; saudara harus mengambil pandangan demikian, dan kesulitan saudara akan muncul ketika saudara menemukan bahwa hal ini bukan selalu rasul yang melakukannya; kadang-kadang seseorang lain seperti Ananias yang menumpangkan tangannya di atas Paulus sehingga ia dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh, sehingga saudara tidak dapat berkata bahwa penumpangan tangan adalah hal apostolik. Atau saudara harus mengambil pandangan lain, bahwa ini adalah hal yang representatif yang mengandung suatu prinsip, prinsip yang adalah kesatuan umat Tuhan di dalam dan di bawah naungan satu urapan Roh Kudus. Dan oleh karena itu, tindakan penumpangan tangan bukanlah hal yang resmi tetapi hanyalah tindakan representatif, yang menegakkan satu prinsip bahwa mereka yang telah menerima Tuhan dan yang telah dibaptis ke dalam Kristus adalah anggota dari satu Tubuh, dan bahwa Roh Kudus-lah yang membentuk Tubuh itu dan yang merupakan kesatuannya, dan oleh karena itu, ketika prinsip-nya ditetapkan dalam tindakan representatif, Roh Kudus menjadi saksi kebenaran bahwa Kristus adalah satu dengan dan ada di dalam semua anggota-Nya: Tubuh adalah satu.

Kitab Kisah Para Rasul adalah kitab asas-asas dasar. Ini tidaklah diperlukan bahwa di seluruh dispensasi harus ada perwujudan atau pengesahan ilahi dan sorgawi yang sama. Bahkan dalam kitab Kisah Para Rasul, hal ini tidak selalu demikian. Tidak pada setiap kesempatan kita membaca bahwa, penuh dengan Roh, mereka berkata-kata dengan bahasa roh, tapi di sini Roh Kudus, dalam meletakkan dasar dispensasi, memberikan bukti yang jelas bahwa ini adalah kebenaran, dan kita dipanggil untuk menerima kebenaran dalam iman, bukan hanya menuntut bukti. Sehingga penumpangan tangan, di satu sisi, hanyalah tindakan representatif di mana kesaksian pada kenyataan bahwa Tubuh Kristus adalah satu terdapatkan, semua yang ada di dalam Kristus adalah anggota Kristus dan anggota satu sama lain, dan bahwa di bawah satu urapan yang ada pada Kepala bagi semua anggota, dan Roh Kudus menegaskan hal ini. Sehingga semuanya menjadi berhubungan dengan-Nya, dan terkait dalam Tubuh-Nya. Hidup adalah hal yang berkaitan; pelayanan adalah hal yang berkaitan: karena mereka menumpangkan tangan sehubungan dengan pelayanan. Tidak ada seorang pun yang memiliki pelayanan terpisah, tetapi ini adalah pelayanan seluruh Tubuh, dan mungkin ada nilai dalam mempertimbangkan hal itu, bahwa ini bukanlah pelayanan saya, ini adalah pelayanan seluruh Tubuh Kristus; yaitu, Tubuh mengekspresikan diri-Nya dan tujuan-Nya melalui pelayanan yang saya penuhi. Ini adalah hal yang berkaitan, dan ada nilai-nilai spiritual dalam hal ini karena Roh Kudus berkemah di atas dasar itu.

Kami tidak akan masuk sepenuhnya ke dalam arti dari satu Tubuh, dan kami juga tidak akan masuk ke berbagai macam makna dari penumpangan tangan, tapi di sini adalah alternatif-nya. Saya tidak melihat jalan lain dalam hal ini. Saya hanya melihat yang apostolik, bahwa ini adalah satu hal yang rasul-rasul telah didelegasikan untuk laksanakan dan mereka memiliki kekuatan khusus dari Tuhan dan hal ini terikat dengan mereka dan berakhir dengan mereka. Tapi ada kesulitan, salah satunya adalah bahwa bukan selalu rasul yang didelegasikan, dan banyak kesulitan lainnya. Saya tidak percaya bahwa Tuhan pernah resmi dalam setiap janji-Nya tapi selalu spiritual, dan apa yang spiritual adalah kekal. Kita harus meninggalkan sistem peresmian ini yang ada di dalam organisasi Kristen ke dalam dunia di mana semua hal adalah spiritual. Jika saudara dapat menemukan alternatif ketiga, saya akan sangat senang untuk memiliki kesempatan setidaknya untuk mengamati-nya, membuka hati saya pada kemungkinan bahwa hal itu benar, tetapi saya belum menemukan-nya, dan jadi saya datang untuk beristirahat pada yang hal yang kedua dari dua hal ini, dan saya temukan bahwa hal ini bekerja. Penumpangan tangan adalah kesaksian akan kesatuan, identifikasi, tidak hanya dengan Kristus, melainkan juga dalam Kristus. Arti dari tindakan ini adalah bahwa kita satu dalam Kristus, di bawah satu Roh, satu pengurapan yang mencakup Kepala dan semua anggota-nya.

Ini adalah sesuatu yang harus ditetapkan, dan, seperti semua hal lain, berhubungan dengan keperanakkan. Dan bukankah semua ini dapat terlihat dengan seluruh kebenaran akan keperanakkan, bahwa keperanakkan adalah masalah Tubuh? Ini adalah anak-anak dalam Anak di sisi representatif pribadi Tuhan, bukan sebagai Ketuhanan, sebagai Anak Allah dalam arti ke-ilahi-an awal itu, tapi di sisi representatif pribadi-Nya, yang Sulung di antara banyak saudara. Keperanakkan adalah perkataan yang inklusif dan merangkul, membawa anak-anak, sehingga pada akhirnya apa yang akan diperoleh adalah anak korporasi besar di bawah kepemimpinan daulat Tuhan Yesus untuk memerintah di jaman yang akan datang. “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi …”. Kesatuan ini di dalam Tubuh, kesatuan ini di dalam Roh, sangat penting terikat dengan seluruh pertanyaan akan keperanakkan dan tujuan-nya.

e) Kebangkitan orang-orang mati

Kita tidak akan menetap dengan hal itu.

f) Hukuman kekal

Saudara tidak memerlukan saya untuk berkomentar akan hal ini. Kedua hal yang telah kita tangani dengan lebih lengkap adalah hal yang umum-nya paling tidak dipahami dan diterima.

Intinya adalah ini, bahwa hal-hal ini, yang adalah dasar, berada di garis langsung akhir Allah, dan mereka merupakan dasar pelatihan keperanakkan, dan sampai kita sudah jelas di sini dan sudah menetap di sini, kita tidak bisa berjalan terus, dan sehingga dorongan-nya adalah, “Marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus …”; kita seharusnya telah menetapkan hal ini.

Kami akan terus berbicara tentang hal ini kepada mereka yang membutuhkan-nya, tetapi bagi kita pada tahap ini marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus ini dan beralih kepada perkembangannya yang penuh, karena hal-hal ini terkait dengan keadaan spiritual yang hidup, dan sampai hal ini ditetapkan, rasul berkata di sini bahwa keadaan seperti anak kecil dan kekurangan kapasitas menetap.

Sekarang, berlanjut dari situ ke keperanakkan, “Makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”

Saya sangat-sangat tergoda untuk memasukkan ke dalam sini sesuatu yang saya takut cukup banyak orang mungkin tidak dapat mengerti, dan saya tidak ingin membingungkan siapapun, tapi hal ini mungkin akan membantu untuk beberapa orang, dan jika saudara tidak dapat memahaminya, jangan khawatir. Kalimat itu, “yang baik dan yang jahat”, membawa kita jauh kembali ke Kejadian 2:17 dan 3:5 dan 7.

Pertama, mari kita perhatikan bahwa ini bukanlah dua kategori, hal-hal yang baik dan hal-hal yang jahat. Ini bukan apa yang dimaksudkan di sini. Jika kita kembali ke bagian ini di Kejadian, “pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”, dalam hasilnya yang berarti kejahatan dari hal yang benar. Apa yang benar menjadi jahat karena motif yang mengatur. Hal ini baik, tetapi hal ini menjadi jahat karena cara bagaimana hal ini diambil untuk dipegang. Pertama-tama, jiwa mengambil alih kuasa atas roh, jiwa mendengarkan logika dari Iblis, jiwa mengalah pada bujukan musuh dan jiwa bertindak atas dasar logika dan emosi. Itulah jiwa. Sehingga mereka pergi keluar dalam jiwa mereka. Jika mereka tetap dalam roh dan bertindak sesuai dengan roh, mereka tidak akan pernah melakukan apa yang mereka lakukan, namun hal ini akan terjadi dalam kemurnian sempurna: tidak akan ada kejahatan di dalamnya. Itu adalah penunggang-balikkan tatanan Allah. Itu adalah jiwa, dan tubuh, dan roh, bukan roh, jiwa dan tubuh. Sifat manusia telah dikacaukan; ia menganggu keseimbangan konstitusi-nya, sehingga baik dan jahat bukanlah satu set hal-hal jahat dan satu set hal-hal baik; melainkan kejahatan dari hal baik, hal baik dijadikan jahat karena motif. “Firman Allah … menusuk …”. Dan apa yang dilakukannya? Nah, lihat lagi pada apa yang dilakukannya, “… sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita …” (Ibrani 4:12). Pertimbangan dan pikiran hati inilah yang membawa Israel binasa di padang gurun, jiwa. Untuk berada di padang gurun tidaklah salah, sebagai anak kecil tidaklah salah, untuk tidak berada di negri-negri pada saat itu tidaklah salah, tapi untuk hidup dalam jiwa dan bukan dalam roh sehingga mereka tetap di mana mereka tidak seharusnya menetap adalah salah.

Sekarang, jiwa menang atas roh, dan datanglah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Dengan hasil apa? Kebinasaan! Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat menyebabkan kebinasaan. Allah tidak pernah bermaksud demikian. Apakah saudara berpikir bahwa Allah menanam pohon itu (mengambil gambar, jenis, simbol) tentang yang baik dan yang jahat demi mencapai kebinasaan? Apakah Ia menanamnya untuk menahan kebinasaan di atas kepala manusia? Kebinasaan bukanlah institusi dari Allah. Sekarang, jika kita dapat berbicara dalam istilah spiritual lebih langsung daripada dalam simbol, jika manusia telah patuh kepada Tuhan dalam roh, manusia akan menjadi pemilik pengetahuan yang hidup, pengetahuan tentang Allah yang akan menyebabkan hidup, karena di dalam roh-lah kita datang ke pengetahuan spiritual. Inilah titik di mana kita sedang menuju.

Pengetahuan spiritual dalam roh dengan ketaatan melalui iman adalah keperanakkan, tetapi bergerak di dunia jiwa kita, kita kembali ke 1 Korintus 2: “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.” Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat ini adalah kebinasaan; kebinasaan datang dengan hal-hal baik yang menjadi jahat, karena pertimbangan dan pikiran hati, motif, elemen jiwa mengambil keunggulan, mengatur hidup. Dan sehingga saat jiwa menang atas roh, kebinasaan datang. Ini adalah satu jenis pengetahuan, namun satu pengetahuan yang manusia rela untuk tidak miliki hari ini, satu pengetahuan yang merupakan kutukan, satu pengetahuan yang adalah kebinasaan. Tuhan ingin kita menjadi orang yang berilmu, dan Dia akan menyebabkan kita untuk mengetahui yang baik dan yang jahat dalam arti lain, tapi Ia ingin kita tahu tentang yang baik dan yang jahat di dalam roh dan membedakan, membedakan antara dan menghindari dari semua yang kita dalam roh bedakan sebagai kejahatan dari hal yang baik.

Sekarang kalimat itu, “kejahatan dari hal yang baik” dapat merangkul banyak hal. Hal ini tidak hanya satu hal yang terdapatkan di dalam Kejadian: hal ini dapat merangkul banyak hal. Kami, orang percaya, selalu menghadapi pertanyaan ini sepanjang waktu. Ya, ini adalah hal yang ditunjuk Allah, hal ini ditetapkan oleh Allah, hal ini adalah hal yang baik. Ya, semuanya baik-baik saja jika saudara menyimpannya di dunia yang benar. Jika saudara, dalam jiwa, mulai memegang hal itu maka hal itu akan menjadi jahat. Manusia dalam jiwa hidup-nya sendiri telah mengambil hal-hal Allah, kebenaran Allah, pekerjaan Allah. Manusia datang dan mengambil segala macam hal yang telah Allah tetapkan dan lembagakan, dan hal yang berasal dari Allah menjadi jahat.

Lihat pekerjaan Allah. Lihatlah manusia mengerahkan dirinya dalam pekerjaan Allah, manusia masuk ke pandangan, mendapatkan nama untuk dirinya sendiri dalam pekerjaan Allah, manusia mengelola, mengatur, menjadi tuan atas warisan Allah. Ini adalah hal yang baik yang dijadikan jahat, dan saat saudara memperluas prinsip ini, saudara akan melihat bahwa hal ini mencakup banyak dasar. Sekarang, rasul mengatakan bahwa keperanakkan berarti membedakan antara yang baik dan yang jahat dalam arti seperti itu. Ya, yang berasal dari Allah, biarkan tetap Allah, dan jangan menempatkan tangan saudara di atasnya, jangan mulai mengambil genggam akan hal itu. Allah telah memulai sesuatu; jangan membawanya turun ke bumi dan memulai mengelolanya dan mengiklankannya. Biarkan hal itu tetap sebagai pekerjaan Roh Kudus Allah yang murni. Menjauhlah dari hal itu sejauh jiwamu bersangkutan. Inilah keperanakkan; inilah kedewasaan; inilah perkembangan rohani. Ketika ini mencapai kesempurnaan dalam kemuliaan, semuanya akan menjadi kemuliaan Allah, dan satu-satunya tempat yang kita miliki di dalamnya adalah bahwa kemuliaan-Nya bersandar pada kita, dan kita tidak memiliki kemuliaan kita sendiri. Inilah keperanakkan terwujudkan, tersempurnakan. Jiwa manusia sepanjang waktu mengarahkan diri manusia, dan membuat semua hal menjadi buruk; ia membawa namanya, dan jabatan-nya, dan gelarnya ke dalam pekerjaan Allah, berpikir bahwa semua ini akan menjamin keberhasilan pekerjaan Allah, dan ini adalah keseluruhan dunia kejiwaan yang dibawa masuk; dengan ini datang kebinasaan rohani.

Jika saudara tidak dapat mengikuti semua yang telah kita katakan, janganlah khawatir, tapi saya pikir ini adalah hal yang bernilai untuk mengenali persis bagaimana Roh Kudus bekerja sampai ke akar semua hal-hal. Roh Kudus mengilhami surat ini, dan Dia turun sampai ke akar hal-hal, dan di sanalah kita temukan nilai kekal dari semua yang ditulis oleh Allah, bahwa ini bukanlah untuk satu waktu saja. Ada prinsip di dalamnya yang berkisar di seluruh abad; hal ini adalah kekal. Di sini, di sebuah fragmen kecil dalam Ibrani, saudara di bawa kembali ke Kejadian, dan saudara menyentuh prinsip utama di mana hal baik dapat dijadikan jahat karena hal itu dipegang dengan jiwa manusia dan bukan dalam roh. Keperanakkan adalah memegang segala sesuatu dalam roh, dan bukan memegang hal-hal dalam jiwa.

3) Pelatihan daya dan pancaindera spiritual

Saudara akan ingat kalimat itu, “mempunyai pancaindera yang terlatih.” Pancaindera! Apakah saudara melihat kekuatan pancaindera sekarang? Ada fakultas untuk membedakan. Pancaindera ini adalah pancaindera yang diberikan kepada kita dengan kelahiran baru kita; karena dengan kelahiran baru, kita memiliki satu set pancaindera baru. Seperti dalam yang fisik, kelima pancaindera kita adalah penglihatan, pendengaran, rasa, sentuh dan penciuman – setiap bayi yang normal memiliki semua ini – sehingga dalam kelahiran baru, yang dilahirkan dari Roh, ada satu set fakultas spiritual baru atau pancaindera rohani; yaitu, fakultas untuk melihat hal-hal rohani yang manusia duniawi tidak dapat melihat; mendengar, “Siapa bertelinga …”; merasakan, menyentuh, mencium. Ini adalah hal yang sangat nyata dalam kehidupan rohani, tapi setiap bayi yang baru lahir yang benar-benar lahir dari Roh Kudus memiliki kemampuan ini, meskipun mereka belum benar-benar berfungsi. Dan ketika saudara menempatkan semua pancaindera bersama-sama, saudara dapat menjumlahkan mereka dalam dua kata, persepsi atau kecerdasan spiritual; yaitu, bahwa dengan apa yang kita tahu, sebagai yang berbeda dari studi, membuat diri kita menyadari hal-hal hanya dengan mempelajari keberadaan mereka, dan sebagai yang berbeda dari informasi, terdidik, menerimanya seperti dalam orang lain dan tidak dalam diri kita sendiri. Perbedaannya terletak di sana. Ada kata yang digunakan sangat banyak dalam Perjanjian Baru selain persepsi. Ini adalah membedakan. “Dia yang rohani membedakan …”.

Ini adalah hal yang mustahil untuk menempatkan terlalu banyak penekanan pada nilai dari penegasan spiritual, persepsi spiritual. Ini merupakan fakultas menyeluruh yang memiliki kepentingan mendasar, fakultas kecerdasan spiritual, persepsi, penegasan. Untuk menginginkan ini, umat Tuhan disimpan pada masa bayi, dan Jemaat disimpan pada masa bayi, dan Jemaat dan umat Tuhan oleh karena itu, menjadi mangsa segala macam hal. Mereka adalah mangsa apa pun yang disajikan kepada mereka dengan cara membujuk. Mereka terbuka untuk apa pun yang memiliki argumen yang nyata dan logika berdasarkan Kitab Suci. Mereka adalah mangsa apa pun yang datang dalam kedok apa pun dengan menggunakan bahasa Kitab Suci. Oh ya, bahaya bagi orang yang tidak dapat membedakan hampir tak terbatas, dan bagaimana diperlukannya untuk semua umat tuhan untuk memiliki di tengah-tengah mereka orang-orang yang dapat membedakan, yang memiliki kecerdasan spiritual. Jadi alat, intrumen yang berkaitan dengan tujuan penuh Allah, pikiran penuh-Nya, merupakan satu yang dicirikan oleh faktor ini dalam keperanakkan, kecerdasan spiritual, pancaindera yang terlatih untuk membedakan. Oh, bahwa di antara umat Tuhan ada lebih banyak mereka yang dapat melihat, yang “cepat untuk membedakan”, yang memiliki penciuman yang tajam. Ada kebutuhan. Ini adalah masalah penting yang mutlak, dan ini adalah satu hal yang sangat diperlukan untuk pelayanan yang nyata, bahwa harus ada penegasan spiritual, persepsi spiritual, kekuatan untuk membedakan, pancaindera terlatih.

Ini adalah kebalikan dari tindakan impulsif atau mekanis. Begitu banyak yang menerima semacam dorongan, presentasi, yang mendampak jiwa, banding, gambaran yang jelas, cerita yang mendebarkan, asmara, sesuatu yang menyedihkan atau tragis; dan hal ini dibuat menjadi alat banding untuk pergi keluar melayani Tuhan: ini adalah semurni-murninya jiwa, dan ada banyak yang pergi keluar di bawah pengaruh banding tersebut. Saya tahu anak-anak muda yang pergi ke serangkaian pertemuan misionaris yang berlangsung selama seminggu, dan pada satu malam di Cina, dan pada malam berikutnya di India, dan malam berikutnya di tempat lain. Pada malam pertama, mereka yakin bahwa mereka dipanggil ke Cina, dan mereka akan menawarkan diri mereka ke Cina; dan pada malam kedua, mereka yakin bahwa mereka dipanggil ke India, dan mereka akan menawarkan diri mereka ke India, dan pada malam ketiga mereka pikir mereka dipanggil ke tempat lain; dan jika mereka telah melakukan apa yang mereka putuskan untuk lakukan, mereka akan menawarkan diri mereka pada setiap negara dalam seminggu itu. Ini adalah perbedaan antara tindakan mekanis impulsif dan pancaindera yang terlatih untuk membedakan. Ini adalah perbedaan antara perintah eksternal dan Roh Tuhan yang mengajar dalam hati. Ini adalah hak asasi setiap anak Allah untuk mengetahui suara Tuhan dalam roh-nya sendiri. Ini adalah kedewasaan ketika kita tiba di sana dan semua yang lain diperintahkan untuk kebelakang sementara kita mendengarkan Tuhan, sementara kita melepas dari diri kita sendiri dan membiarkan semua emosi dan geba-geba saat itu binasa, dan hati kita mendengar suara Tuhan. Ini adalah kedewasaan, ini adalah keperanakkan, ini adalah kerohanian, dan ini berarti Allah mempercayakan tanggung jawab. Dia memerlukan perjalanan pribadi dengan Diri-Nya yang seperti itu, yang di mana semua hal-hal diuji dalam hadirat-Nya.

4) Organ dan daya bukan isu terakhir

Kita tidak mendengarkan roh kita; Roh Kudus dalam roh kita adalah kecerdasan Allah, dan kecerdasan batiniah manusia. Mari kita waspada pada bahaya itu, bahaya di mana sudah banyak orang jatuh. Kita mendengar bahasa yang aneh: “Saya mendengarkan roh saya”; “Roh saya berkata begini dan begitu.” Janganlah kita membuat organ menjadi akhir; ini hanyalah sarana. Kita bisa mendapatkan semacam kerohanian palsu dengan seperti itu, dan kami telah sangat sering menemukan bahwa orang yang telah mendengarkan roh mereka sendiri telah pergi dan melakukan hal-hal yang melanggar Firman Allah dalam arti yang paling jelas. Ini adalah bimbingan palsu. Mari kita ingat bahwa Roh Kudus berdiam mengatur kita melalui roh kita, dan menjadi kecerdasan kita, dan ini adalah persoalan ketergantungan mutlak kepada Tuhan. Kita tidak boleh menjadi yang berkuasa. Beberapa orang yang sangat baik, yang selalu mendengarkan roh mereka berpikir bahwa mereka tidak bisa membuat kesalahan, mereka selalu tahu sekaligus apa yang Tuhan kehendaki. Mereka adalah orang-orang yang bahasanya selalu begitu tepuk, bahwa Tuhan mengatakan kepada mereka untuk melakukan hal ini, dan Tuhan mengatakan kepada mereka untuk melakukan itu. Saya mengaku kepada saudara bahwa saya tidak selalu langsung tahu apa yang diinginkan Tuhan.

Catatan: Ini adalah di mana pesan ini berakhir dan mungkin hanyalah akhir dari rekaman daripada akhir pesan.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.