Austin-Sparks.net

Lihat, itu hamba-Ku

oleh T. Austin-Sparks

Bab 4 – Beberapa Kualifikasi Mendasar Untuk Pelayanan

Kualifikasi Bukan yang Alami Tetapi yang Rohani

Timotius adalah seorang laki-laki yang masih muda – tampaknya ia hanyalah sedikit lebih berusia dari seorang anak laki-laki – ketika Paulus pertama kali menemukannya. Selain itu, ia memiliki disposisi dan temperamen yang sangat pemalu dan menyusut – apa pun kecuali tegas diri dan serba mandiri; ia adalah seseorang yang dapat dengan mudah direndahkan oleh siapa saja yang tegas. Karena ia masih muda dan ia memiliki disposisi pemalu, ia bisa dengan mudah dianggap rendah; dan mungkin juga karena kenyataannya, ia, secara jasmani, tidak kuat. “Tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah” Paulus kemudian menulis kepadanya (1 Timotius 5:23). Muda, menyusut, pemalu, secara jasmani lemah; namun Rasul memandangnya – dan Paulus bukanlah seorang yang bertindak secara impulsif, tanpa pemikiran dan tanpa perhatian dan tanpa hikmat – dan berkata, “Aku berkenan laki-laki muda itu ikut denganku.” Kemudian kita menemukan bahwa nama pemuda itu tergabung dengan nama Rasul besar itu – mungkinkah kita tidak dapat mengatakan, dengan nama dia yang adalah yang terbesar dari para Rasul? Nama mereka tergabung dalam asosiasi di superskrip kedua surat kepada jemaat di Tesalonika, di surat kedua kepada jemaat di Korintus, di surat kepada jemaat di Filipi, di surat kepada jemaat di Kolose, dan kemudian ada dua surat penuh yang dituliskan oleh Rasul kepada Timotius sendiri; sehingga Timotius dihubungkan dengan masing-masing dari empat kelompok surat-surat Paulus. Kemudian, setelah pembebasan Paulus dari penjara pertama, Timotius ditemukan sedang berada dengan dia dalam perjalanan, dan Paulus meninggalkannya di Efesus untuk bertanggung jawab atas jemaat di sana.

Jika saudara sedang mencari suatu “panggilan” – seperti yang disebut hari ini – kepada suatu jemaat, karena berbagai alasan, saudara tidak akan memilih Efesus, terutama jika saudara sadar akan kelemahan saudara sendiri sebagaimana Timotius sadar akan kelemahannya. Tapi Paulus menempatkannya di sana sebagai yang bertanggung jawab atas jemaat di sana karena ada kebutuhan yang sangat serius; beberapa situasi yang sangat sulit yang perlu diurus. Itu adalah jemaat di mana Timotius harus mengatur hal-hal menjadi teratur, sesuai dengan semua yang Rasul berikan kepadanya di dalam dua surat itu yang ditujukan kepada dia di sana.

Mengapa? Jika kita perhatikan untuk melihat mengapa Paulus melakukannya, kita tidak melihat alasan alami sama sekali untuk membenarkan baik pemilihan Timotius di tempat pertama atau penunjukan dia terhadap tanggung jawab besar itu. Paulus pasti telah melihat sesuatu, meskipun demikian; dan saya pikir kita dapat membedakan beberapa hal yang mengakibatkan hal ini.

Kesetiaan kepada Tuhan

Tidak ada keraguan bahwa ada satu hal yang menandai Timotius, dan itu adalah kesetiaan yang tulus kepada Tuhan. Itu adalah hal yang pertama – kesetiaan yang nyata kepada Tuhan. Saudara lihat, ada kemungkinan yang besar di mana ada terdapatkan fondasi itu. Mungkin ada banyak kekurangan dan kelemahan, tapi kesetiaan nyata kepada Tuhan adalah dasar di mana Tuhan dapat membangun hal-hal yang besar dan melakukan banyak hal.

Energi dalam Hal-Hal Tuhan

Hal lain tentang Timotius jelas-jelasnya adalah energinya; dari kesetiaannya mengalir keluar energinya dalam hal-hal Tuhan. Saya akan membiarkan saudara untuk melacak kehidupan Timotius dari hari di mana Paulus membawanya pergi. Lihatlah apa yang Paulus katakan tentang dia, dan lihatlah di mana dia berada dan apa yang sedang ia lakukan dan segala sesuatu lainnya yang dapat saudara lacak, dan saudara akan temukan bahwa apa yang saya katakan memiliki banyak dukungannya. Ia tidak, dalam cara apa pun, malas. Paulus, pada satu waktu, berada jauh darinya dan dalam keadaan membutuhkan, dan ia mengirim kepadanya untuk datang, dan untuk membawa dengannya jubah dan perkamen-perkamen yang ditinggalkan Paulus di Troas (2 Timotius 4:9-13): Kami tidak memiliki keraguan bahwa Timotius bergegas untuk mencapai Rasul secepat mungkin. Ada tanda kelugasan ini tentang Timotius, tanda energi yang nyata.

Tidak Mementingkan Diri Sendiri

Saya pikir hal lain sudah sangat jelas – ketidak-egoisan-nya yang mutlak (Filipi 2:19-22).

Ketiga hal ini berjumlah demikian – bahwa Timotius, dengan semua kecacatan dan kekurangan alaminya, adalah seorang laki-laki muda yang tidak dimaksudkan untuk menjadi hamba kelas kedua Tuhan. Ia berada di peperangan untuk menjadi sepenuhnya, semungkin-mungkinnya bagi seorang manusia untuk menjadi sepenuhnya untuk Allah, dan saudara tahu bahwa ini adalah hal yang luar biasa dan sangat benar bahwa nilai rohani dari seorang laki-laki atau seorang perempuan bisa lebih dari mencukupi banyak kekurangan alami. Berapa sering kita harus mengatakan mengenai seseorang, “Yah, ada ini dan ada itu tentang mereka, mereka bukan ini dan mereka bukan itu, dan ciri-ciri itu benar-benar akan mengesampingkan mereka; tetapi nilai rohani mereka lebih dari mencukupi semua itu.” Saya yakin inilah bagaimana semuanya terjadi dengan Timotius, dan itu adalah apa yang Paulus lihat – bahwa di sini adalah seseorang yang, sejak pertobatannya di awal kehidupannya, telah benar-benar seluruhnya untuk Allah, yang sungguh-sungguh bermaksud bisnis. Tidak ada “hanya yang paling sehat yang dapat bertahan hidup” di sini. Seorang laki-laki muda seperti ini – bukanlah seorang pemimpin alami: dengan orang-orang ini di Efesus yang mencoba untuk naik ke atas kepalanya (Paulus berkata, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah”): dengan semua kelemahan dan kecacatan itu – ia adalah laki-laki untuk tugas itu, ia adalah laki-laki yang menarik keluar dari Rasul semua yang ada di kedua surat yang dituliskan kepadanya. Betapa besarnya seorang laki-laki yang memiliki banyak keterbatasan dapat terhitung untuk kebaikan Jemaat selama berabad-abad yang akan datang karena ada beberapa hal tentang dirinya yang sepenuhnya menggantikan seluruh keterbatasan alaminya! Saya pikir itulah pesannya di sini.

Kebesaran adalah Soal Hati

Jika saudara melihatnya dari sisi sebaliknya, ada banyak orang yang penuh dengan asumsi dan praduga yang selalu mendorong dirinya maju – selalu siap untuk berada di pusat perhatian, untuk menjadi yang berbicara, dan sebagainya – yang cukup yakin akan dirinya sendiri dan tidak ragu-ragu dan tentu saja tidak menyusut, tetapi saudara tidak selalu menemukan nilai-nilai rohani yang nyata di sana. Orang-orang seperti itu cukup mandiri. Tapi, di sisi lain, apa yang telah kami katakan adalah hal yang sangat memberi semangat, karena saya kira kebanyakan dari kita merasa bahwa jika Tuhan sedang mencari seorang hamba yang baik dan mampu, kita tidak akan mengharapkan-Nya untuk melihat ke arah kita; dan namun, saudara lihat, “Tuhan melihat hati” (1 Samuel 16:7), dan jika Ia benar-benar melihat bahwa kita bermaksud bisnis, bahwa ada kesetiaan tanpa pamrih kepada-Nya, dan energi yang nyata, hal-hal ini akan terhitung bagi-Nya; mereka memberikan-Nya dasar di mana Ia dapat membangun, dan Ia akan sesuai-nya bertindak.

Jika semua yang telah kita katakan tentang Timotius mengenai diskualifikasi alaminya itu benar, dan jika Paulus telah mencari tipe orang yang secara alami kuat, ia tidak akan berpaling ke arah Timotius untuk yang kedua kalinya; ia akan berkata, “Laki-laki itu akan mengecewakan aku.” Tapi tidak; semuanya terjadi sehingga laki-laki muda ini di dalam siapa semua hal-hal ini sudah jelas-jelasnya benar, yang membutuhkan banyak dorongan, dukungan, yang harus diyakinkan, namun untuk beberapa alasan – ada alasan untuk ini – menjadi, dengan cara ini, untuk selama-lamanya, terkait dengan Rasul besar Paulus. Apakah saudara tidak berpikir bahwa ini adalah luar biasa bahwa Paulus harus menghubungkan nama Timotius dengan namanya seperti itu? “Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus …” Hal ini mengatakan sesuatu yang sangat mendorong – bahwa ada hal-hal tertentu yang membuat sejumlah besar menjadi mungkin dengan Tuhan, tetapi ketika saudara cari untuk melihat apa hal-hal itu, belum tentu ada yang alami sama sekali. Ini adalah semata-mata nilai rohani. Apa pun menjadi mungkin ketika Tuhan memiliki dalam diri kita ukuran rohani. Ini melebihi segala sesuatu yang lain.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.