Austin-Sparks.net

Lihat, itu hamba-Ku

oleh T. Austin-Sparks

Bab 8 – Roh Hamba

Bacaan: Matius 20:25-28; Yohanes 13:16; Lukas 19:17; Filipi 2:7-8; 2 Timotius 2:20-21.

Bagian-bagian ini semuanya menanggung pada hal pelayanan, dan mereka berurusan dengan pelayanan dari pusat ke sekeliling; yaitu, tepat di pusat hal mengenai pelayanan, Tuhan Yesus sendiri ditempatkan. Ia mengambil tempat dan rupa seorang hamba, dan Ia berkata tentang diri-Nya: “Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi orang banyak.” Sehingga Guru disajikan kepada kita sebagai Hamba utama, sebagai Hamba yang teladan, model seorang Hamba itu sendiri dan model pelayanan.

Ini bukanlah mengenai pelayanan melainkan mengenai roh Hamba yang kami ingin pertimbangkan saat ini, tidak terutama pekerjaan, tetapi suasana Dia yang melakukannya. Ini adalah sesuatu yang patut direnungkan dan dipikirkan. “Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” adalah pernyataan yang luar biasa. Pelayanan Anak Manusia bukanlah sebagai seorang pejabat, tetapi sebagai seorang hamba. Pada lebih dari satu kesempatan Ia berusaha untuk memberikan kesan kepada murid-murid-Nya bahwa hidup mereka di dunia ini adalah atas dasar yang sama, dan harus diatur oleh roh yang persis sama. Mereka berada di sini untuk menjadi hamba, dan hamba bagi semuanya.

Jika saudara tahu apa kata “hamba” itu berarti di dalam dunia di mana kata itu adalah bahasa umum, saudara akan tahu bahwa kata itu adalah kata yang sangat kuat. Ini tentunya tidak berarti bahwa ia yang berada di posisi itu bisa berkonsultasi mengenai preferensinya sendiri, dan berbuat sesuka dirinya atau menurut kehendaknya. Tidak pernah bisa ada konsultasi dengan diri sendiri. Hamba tidak memiliki hak apa pun dalam apa yang pribadi untuk dirinya sendiri. Kenyataan bahwa ia adalah seorang hamba itu sendiri berarti bahwa semua hak pribadinya telah dihapus. Ia dimiliki untuk suatu tujuan – ini mungkin (seperti biasanya) untuk melayani rumah tangga – dan untuk rumah tangga itu, ia harus hidup, dan tidak pernah berkonsultasi mengenai perasaan atau kepentingannya sendiri. Tuhan Yesus berkata bahwa Ia mengambil posisi itu.

Mungkin, jika kita telah melihat wajah hamba umum pada hari-hari itu, kita seharusnya melihat wajah yang murung dan muram dari seorang yang memiliki sedikit minat dalam kehidupan. Tapi hal ini tidak demikian dengan yang Satu ini yang menyajikan diri-Nya sendiri sebagai yang utama dari hamba-hamba, Tuhan Yesus; yaitu, posisi Dia ini tidak berarti bahwa karena Ia tidak bisa berkonsultasi mengenai kepentingan-Nya sendiri atau perasaan-Nya, Ia menderita, dan hidup memiliki sangat sedikit arti bagi-Nya. Roh Hamba ini adalah roh pengabaian yang gembira, penuh sukacita dan penuh syukur. Untuk diputuskan dari diri-Nya sendiri dan semua yang akan menyenangkan diri-Nya sendiri tidak berartikan kesulitan, sebab Ia selalu melihatnya dari sisi positif-nya, dan bukan dari sisi negatif-nya – dari sisi keuntungan bagi yang lain dan kepuasan bagi Dia kepada Siapa Ia menjadi Hamba.

Motif yang Mengatur dari Pelayanan

Itu memperkenalkan motif yang mengatur dari pelayanan. Apa motif yang mengatur dari perhambaan Yesus Kristus? Ini bukanlah paksaan, ini bukanlah pilihan; ini adalah kasih. Tidak ada pelayanan hamba Yesus Kristus yang dapat menjadi pelayanan kemenangan kecuali ada terdapatkan kasih yang dalam, kuat, dan tetap. Kasih adalah kekuatan motif dari jenis pelayanan seperti ini. Ada segala perbedaan antara itu dan apa yang adalah resmi, oleh penunjukkan – apa yang kita sebut pekerjaan dan pelayanan yang teratur. Cepat atau lambat kita akan runtuh, menemukan diri kita dibawa ke kemacetan di mana kita tidak bisa pergi lebih jauh, dalam keadaan kebingungan yang mengerikan tentang seluruh situasinya, kecuali ada kasih yang memadai, tidak hanya untuk Tuhan tetapi untuk mereka semua yang berada di tengah-tengah kepada siapa kita telah dipanggil untuk melayani. Kasih akan memecahkan masalah kita dan membawa kita ke kemenangan; tapi selain dari kasih yang cukup, masalah bentuk manusia, banyaknya perbedaan disposisi dan karakter dan semua yang membentuk sebuah perkumpulan, dan kurasan dan ketegangan yang terus menerus, dengan semua tekanan yang datang dari musuh, akan menghadirkan sebuah masalah, sebuah tugas yang membingungkan dan melumpuhkan. Hanya kasih yang akan dapat membawa kita melaluinya, dan kasih adalah motif-kuasa hamba.

Kita mungkin bertanya, Bagaimana Tuhan berhasil menjaga hubungan dengan murid-murid-Nya? Mereka begitu sulit, begitu berbeda, begitu mengecewakan. “Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.” Itulah jawabannya. Kasih mencapai di atas segala dari mereka; kasih memberikan hal ekstra itu yang memungkinkan Dia untuk tidak menerima mereka seperti apa mereka itu dan berakhir di sana.

Jadi dalam hubungan kita, roh seorang hamba yang sejati hanyalah mungkin di mana terdapatkan kasih yang mendalam. Pada mereka semua yang memiliki ide-ide untuk melayani Tuhan dan bekerja untuk-Nya, saya akan mendorongkan pertimbangan ini, bahwa pekerjaan Tuhan bukanlah beberapa hal yang saudara ambil secara lahiriah dan objektif. Ini adalah (jika ini adalah hal yang sebenarnya) hasil pekerjaan kasih bagi Tuhan dan bagi mereka yang adalah objek dari kasih-Nya. Itu sangatlah sederhana, tetapi hal itu pergi sampai ke jantung hal-hal. Cepat atau lambat, saudara dan saya akan dibawa ke posisi di mana pertanyaannya akan menjadi, Apakah kita memiliki kasih yang cukup untuk berlanjut? Dapatkah kita temukan kasih yang cukup di dalam hati kita agar kita dapat melalui situasi yang sangat sulit ini? Situasinya akan dibentuk oleh semua faktor-faktor tersebut yang menyelesaikan kita ke dalam perhambaan, pengabdian. Ini tidak akan menjadi begitu akut kalau saja kita telah menjadi orang terhormat dan dihargai, dan dijunjung tinggi. Tapi ketika situasinya dibuat oleh banyak yang diharapkan dari kita, oleh tuntutan yang dibuat pada kemurahan hati kita, kebaikan kita, memanggil untuk kesabaran yang hampir tak habis-habisnya, dan pelepasan perasaan pribadi; ketika sesungguhnya masalah utama dalam krisis adalah ini – Aku sedang dibebankan: terlalu banyak yang diharapkan dari-ku: aku diperlakukan sebagai seorang hamba – di sanalah kita diketahui. Hanya kasih sendiri yang dapat mendukung pelayanan ini. Kita semua membutuhkan lebih banyak kasih untuk dapat melewati dengan perhambaan kita.

Kasih Termasuk Kerendahan Hati

Kasih mencakupi hal-hal lain. Ia mengambil “rupa seorang hamba … dan … merendahkan diri-Nya.” Untuk menjadi hamba sejati yang sesuai dengan Yesus Kristus berarti kerendahan hati. Kebalikan dari roh hamba adalah roh kebanggaan, dan roh kebanggaan itu di sebagian besar laki-laki dan perempuan-perempuan yang pada beberapa waktu atau lainnya telah ditemukan dan mewujudkan dirinya, yang tidak suka dianggap sebagai seorang hamba. Ada pemberontakan terhadap menjadi seorang hamba, melayani setiap kemauan dan panggilan semua orang. Kemerdekaan! Kebebasan! Melakukan apa yang saudara ingin lakukan! Menjadi tuan saudara sendiri! Menyatakan syarat-syarat saudara sendiri! Untuk melepaskan semua hak pribadi tersebut, untuk menjadi seorang hamba, bukanlah sifat manusia seperti yang kita kenal. “Ia merendahkan diri-Nya.” Tidak ada tempat untuk kebanggaan dalam persekutuan sesungguhnya dengan Tuhan Yesus, sebab ini adalah persekutuan hamba-hamba. Kebanggaan mencegah banyak orang di luar kerajaan Allah. Mereka tidak akan merendahkan diri sendiri untuk mengakui bahwa mereka adalah orang-orang berdosa yang penuh kebutuhan. Mereka tidak akan datang ke tempat di mana mereka akan diakui secara umum sebagai salah satu orang-orang Kristen itu! Kebanggaan mencegah mereka di luar. Kebanggaan akan membawa mereka ke neraka, seperti kebanggaan menjatuhkan Iblis dari sorga ke neraka. Kebanggaan adalah musuh orang-orang percaya sebanyak kebanggaan adalah musuh orang-orang yang belum diselamatkan. Kebanggaan merampas kita dari nilai sejati pelayanan. Kita memiliki ide yang begitu kaku mengenai pelayanan. Kita tidak keberatan untuk berada dalam pelayanan Tuhan jika itu berarti sesuatu yang akan mendatangkan pengakuan bagi kita. Ada bahaya yang luar biasa tentang pelayanan yang diakui. Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya.

Kasih Termasuk Kesetiaan

Apa jalan menuju kebergunaan yang makin meningkat dan bertambah? Dalam perumpamaan Tuhan kita, kita baca bahwa dikatakan kepada hamba: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota” (Lukas 19:17). Bukankah itu sering kali menemukan kita? Bagian kita tidak cukup penting! Rasanya tidak begitu terhitung! Begitu kecilnya hampir tidak layak diperhatikan! “… engkau telah setia dalam perkara kecil …” Apakah itu menggambarkan saudara? Apakah saudara berkata, “Ya, “perkara kecil”, itu benar-benar adalah posisi-ku.” Apakah saudara melihat bahwa saudara berada di tempat itu sendiri, di mana Guru memperhitungkan kesetiaan saudara, dengan maksud untuk meningkatkan kebergunaan saudara? Percayalah! Apakah saudara merasa bahwa saudara bisa menerimanya atau tidak, hal itu sungguh benar, bahwa saudara tidak akan pernah diberikan kebergunaan yang diperbesar oleh Tuhan sampai saudara telah setia dalam perkara kecil. Saudara mungkin dapat menganggap bahwa jika Tuhan mempromosikan, Ia selalu melakukannya karena Ia memperhitungkan kesetiaan dalam perkara-perkara kecil. Hal yang penting adalah bukanlah apa yang orang lain pikirkan tentang kita sebagai hamba tetapi sikap kita terhadap apa yang telah Tuhan berikan kepada kita untuk lakukan. Jika Ia telah berkata: “Inilah apa yang Aku ingin engkau lakukan …”, dan kemudian Ia bisa berlanjut dan berkata, “Dan ini!” “Dan ini!”, menambahkan tanggung jawab kita, itu akan selalu pada prinsip kesetiaan kita dalam perkara kecil. Kita berada di sekolah yang memiliki standar yang lebih tinggi, kemungkinan yang lebih besar.

“Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia” (2 Timotius 2:21). Itu adalah aspek yang lain. “… perabot untuk maksud yang mulia, … dipandang layak … disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.” Atas kondisi apa? “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat …” Dari apa? “Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.” Terjemahan kita cacat. Ini tidak dikatakan seperti itu dalam bahasa aslinya. Sulit untuk menerjemahkannya ke dalam satu kata bahasa Inggris. Apa yang benar-benar dikatakan adalah, Ada perabot yang dipakai untuk maksud yang mulia dan ada perabot yang dipakai tidak untuk maksud yang mulia (bukan kurang mulia). Tuhan tidak memiliki di dalam Rumah-Nya perabot untuk maksud yang kurang mulia dalam arti positif itu. Semua alat yang telah Ia pilih adalah untuk tujuan yang baik, tetapi ada perbedaan. Ada yang untuk maksud yang mulia, ada beberapa tidak untuk maksud yang mulia itu. Hal ini mungkin untuk menjadi alat untuk maksud yang mulia, dengan memisahkan, dengan menguduskan, dengan menyucikan, sehingga ini menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar sebuah alat biasa tanpa tujuan yang layak diperhatikan. Ini adalah masalah mengenai sepenuhnya disucikan kepada Tuhan. Itu adalah prinsip maksud mulia dan kelayakan untuk dipakai dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Ini adalah sisi positif – tidak hanya berada di Rumah tanpa keistimewaan atau karakter khusus, tapi sebuah alat di sana siap sedia untuk Tuhan, seperti yang kita katakan. Kedua jenis perabot ini ada di sana – perabot yang hanya berada di sana, sesungguhnya alat yang tidak memiliki keistimewaan, tidak ditandai oleh nilai nyata apa pun, dan perabot lainnya yang seluruhnya setia, sepenuhnya disucikan, direntangkan seluruhnya menjadi segala yang mereka bisa untuk Tuhan.

Dasar Salib

Dasar dari semua ini adalah Salib: “… dan untuk memberikan nyawa-Nya …” Ia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu Salib. Kasih ini hanya dapat muncul dari hati di mana daging telah ditangani oleh Salib. Kehidupan diri harus pergi ke kayu Salib. Kesabaran ini, kerendahan hati ini, kesetiaan ini, kasih ini semuanya adalah hasil pekerjaan hidup yang disalibkan, hidup yang dari awal telah datang ke kayu Salib dan berdiam di sana.

Tuhan memberi kita roh hamba, dan semoga ada di masa depan di sekeliling kita semua yang lebih banyak dari itu yang adalah tentang Dia – “bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.” Itulah maksud keberadaan kita di sini. Tuntutan – tuntutan yang konstan dan semakin meningkat! Untuk itulah kita berada di sini. Dibebankan! Tidak pernah diizinkan untuk memiliki posisi kita sendiri! Tempatkanlah seperti itu jika saudara suka; tapi apa maksud keberadaan kita di sini adalah untuk melayani. Kita adalah hamba. Hari peninggian dan kemuliaan akan datang, tidak sekarang. Akan ada perubahan suatu hari nanti: “… terimalah kekuasaan …” Tetapi sekarang, kita adalah hamba Yesus Kristus. Semoga kita seperti itu dalam kebenaran.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.