Austin-Sparks.net

Injil Menurut Paulus

oleh T. Austin-Sparks

Bab 1 – Dalam Surat-Nya kepada Jemaat di Roma

“… Injil yang kuberitakan …” (Galatia 2:2).
“Aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu …” (1 Korintus 15:1).
“Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia” (Galatia 1:11).

“Injil yang kuberitakan.” “Injil yang aku beritakan.”

Ada di dalam Perjanjian Baru empat sebutan utama untuk perkara dasar dengan apa sebutan ini berurusan, kebenaran vital dengan apa sebutan ini bersangkutan, dan keempat sebutan ini adalah Injil, Jalan, Iman, dan Kesaksian. Apa yang sekarang telah dikenal sebagai ‘Kekristenan’ diekspresikan dahulu oleh salah satu dari sebutan itu. Dari keempat ini, satu yang digunakan lebih dari pada yang lainnya adalah yang pertama – Injil. Judul itu untuk pesan inklusif dari Perjanjian Baru muncul di sana setidaknya seratus kali – yaitu, dalam bentuk kata benda, ‘Injil’. Dalam bentuk kata kerjanya yang sesuai, kata itu muncul berkali-kali lebih banyak, tetapi tidak dikenali oleh kita, sebab kata itu diterjemahkan dengan beberapa kata bahasa Inggris yang berbeda. Bentuk kata kerja dari kata Yunani yang sama ini, muncul dalam terjemahan kita sebagai ‘untuk menyatakan’, ‘untuk memberitakan’, ‘untuk memberitakan injil.’ Ini akan terdengar sangat aneh jika saudara akan memberikan terjemahan harfiahnya kepada bentuk kata kerja ini. Ini hanya akan menjadi begini – ‘untuk menginjil’, ‘untuk menginjilkan orang’, ‘untuk menginjilkan kerajaan’, atau, untuk mengambil arti dari kata, ‘untuk memberitakan baik’, ‘untuk mengabarkan baik’, dan sebagainya. Itu kedengarannya sangat aneh dalam bahasa Inggris, tetapi dalam bahasa Yunani itulah yang tepatnya dikatakan. Ketika mereka memberitakan, mereka menganggap diri mereka sebagai ‘memberitakan baik’ segala sesuatu dan semua orang. Untuk memberitakan injil hanyalah untuk mengumumkan kabar baik.

Sungguh mengesankan bahwa kata ini, judul ini, untuk iman orang Kristen – ‘Injil’ – berlimpah dalam dua puluh dari dua puluh tujuh kitab Perjanjian Baru. Pengecualiannya adalah: Injil oleh Yohanes, di mana saudara tidak akan menemukannya, saudara juga tidak akan menemukannya di dalam tiga surat Yohanes. Saudara tidak akan menemukannya dalam surat kedua dari Petrus, saudara juga tidak akan menemukannya dalam Yakobus atau Yudas. Tapi para penulis ini mempunyai judul mereka sendiri untuk hal yang sama. Kami menyebutkannya di antara keempat, ‘Kesaksian’: itu adalah judul khusus Yohanes untuk iman orang Kristen – seringkali, dengannya, ‘Kesaksian tentang Yesus.’ Dengan Yohanes dan Yudas ini adalah ‘Iman’. Tapi saudara lihat betapa melebihinya judul ‘berita baik’ ini, ‘Injil’.

Bentang dari Istilah ‘Injil’

Jadi kita harus memperhitungkan cukup awal akan fakta yang paling penting. Ini adalah bahwa istilah ini, berita baik, mencakup seluruh bentang Perjanjian Baru, dan merangkul seluruh isi Perjanjian Baru. Ini bukan hanya kebenaran tertentu yang berhubungan dengan awal kehidupan Kristen itu. Injil tidak terbatas pada kebenaran atau ajaran yang berhubungan dengan pertobatan dan, dalam pengertian yang terbatas itu, keselamatan – perkara awal tentang menjadi seorang Kristen. Injil pergi jauh melampaui itu. Saya ulangi, itu merangkul semua yang terkandung dalam Perjanjian Baru. Ini sama-samanya Injil dalam surat-surat yang mendalam kepada Jemaat di Efesus dan Kolose seperti halnya dalam surat kepada Jemaat di Roma – mungkin dokumen yang tidak kalah dalamnya, tetapi sering dianggap sebagai yang terutama terkait dengan permulaan kehidupan Kristen.

Tidak, istilah ini, ‘kabar baik’, mencakup seluruh dasar kehidupan Kristen dari awal sampai akhir. Ini memiliki isi yang luas dan banyak sisi, menyentuh setiap aspek dan setiap tahap kehidupan Kristen, tentang hubungan manusia dengan Allah dan hubungan Allah dengan manusia. Itu semuanya termasuk dalam kabar baik. Yang belum diselamatkan membutuhkan berita baik, tetapi yang telah diselamatkan sama-sama membutuhkan berita baik, dan mereka senantiasa membutuhkan berita baik. Orang-orang Kristen selalu membutuhkan berita baik, dan Perjanjian Baru sungguh penuh dengan berita baik bagi orang Kristen. Hamba Tuhan membutuhkan berita baik. Mereka membutuhkannya sebagai pesan mereka, zat pesan mereka. Mereka membutuhkannya sebagai dorongan dan dukungan mereka. Betapa hamba Tuhan membutuhkan banyak berita baik untuk mendorong mereka dalam pekerjaan, dan dukungan dalam segala penuntutan dan biaya dari jerih payah mereka! Jemaat membutuhkan berita baik untuk hidupnya, untuk pertumbuhannya, untuk kekuatannya, untuk kesaksiannya. Dan jadi injil datang masuk pada setiap titik, menyentuh setiap tahap.

Sekarang, tentang metode kami saat ini di halaman-halaman berikutnya. Saya akan meminta saudara untuk mengikuti saya dengan hati-hati, dan untuk memahami apa yang ingin saya katakan sebagai dasar dari kata ini. Kita akan mengejar apa yang akan saya sebut metode ‘yang dihasilkan’: yaitu, untuk mendapatkan kesimpulan dari keseluruhan perkara ini, daripada aspek tertentu dari suatu bagian manapun dari Perjanjian Baru.

Biarkan saya ilustrasikan. Ambil, misalnya, surat kepada Jemaat di Roma, yang akan kita bahas sebentar lagi. Kita semua tahu bahwa surat itu adalah risalah besar tentang pembenaran oleh iman. Namun pembenaran oleh iman telah terbukti menjadi sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah kita tanggapi atau pahami, dan pembenaran oleh iman memiliki makna tambahan dan hubungan yang sangat luas. Semua yang terkandung dalam surat kepada Jemaat di Roma ini menyelesaikan dirinya sendiri menjadi hanya satu masalah yang mulia, dan itulah sebabnya surat itu dimulai dengan pernyataan ini, bahwa apa yang dikandungnya adalah ‘injil’. “Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah … tentang Anak-Nya.” Sekarang semua yang mengikuti adalah ‘injil’ – tetapi betapa luar biasa Injil yang ada di sana! Dan kita harus entah bagaimana menyimpulkan semuanya dalam satu kesimpulan. Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri: ‘Setelah semuanya, apa hasil dari pembacaan dan pertimbangan kita akan surat yang luar biasa ini?’ Saudara lihat, pembenaran bukanlah awal dari segala sesuatu, juga bukan akhir dari segala sesuatu, pembenaran adalah titik pertemuan dari awal yang luas dan akhir yang luas. Artinya, pembenaran adalah titik di mana segala kekekalan lampau dan segala kekekalan masa depan difokuskan. Itulah yang diungkapkan oleh surat ini.

Allah Sumber Pengharapan

Marilah kita sekarang melihatnya lebih dekat lagi dalam terang khusus itu. Apa masalahnya, apa hasilnya? Hasil itu dikumpulkan menjadi satu kata saja. Ini merupakan hal yang luar biasa ketika saudara bisa mengambil dokumen besar seperti ini dan memasukkannya ke dalam satu kata. Apa katanya? Nah, saudara akan menemukannya jika saudara beralih kepada akhir surat itu. Ini sangatlah penting bahwa kata ini datang pada titik di mana Rasul sedang menyimpulkan. Ia telah menulis suratnya, dan ia sekarang akan menutup. Ini dia.

“Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Roma 15:13).

Jika garis tepi saudara adalah yang bagus, itu akan memberi saudara referensi kepada kemunculan lainnya dari kata itu di surat yang sama ini. Saudara akan menemukannya sejak pasal 5, ayat 4; saudara akan menemukannya lagi di pasal 8, ayat 24 dan 25; sekali lagi di pasal 12, ayat 12; dan kemudian di pasal lima belas – pertama di ayat 4, dan akhirnya di sini di bagian kita ini, ayat 13. “Allah, sumber pengharapan.” Itulah kata kepada apa Rasul mengumpulkan seluruh surat yang indah ini. Ini, kemudian, adalah Injil Allah sumber pengharapan; lebih harfiahnya, ‘berita baik’, atau ‘kabar baik’, dari Allah sumber pengharapan. Sehingga apa yang benar-benar ada dalam pandangan di dalam surat ini dari awal sampai akhir adalah pengharapan.

Situasi yang Tanpa Harapan

Sekarang, sangat jelasnya, pengharapan tidak memiliki arti dan tidak masuk akal kecuali dalam keadaan yang berlawanan – kecuali sebagaimana yang sebaliknya ada. Metode Ilahi dalam surat ini, oleh karena itu, pada contoh pertama, adalah untuk mengatur kabar baik di hadapan situasi yang tanpa harapan, demi memberikan kelegaan yang jelas pada kata besar ini – masalah utama ini, kesimpulan ini, hasil ini. Sebuah situasi yang sangat, sangat tanpa harapan dibuat. Lihatlah metode Ilahi dalam hal ini. Situasi tersebut diatur dalam dua koneksi.

(a) Dalam Perkara Keturunan

Pertama, hal ini terungkapkan dalam kaitannya dengan bangsa – seluruh perkara keturunan. Jika kita melihat pasal 5, yang sangat kita kenal, kita melihat bahwa di sana seluruh bangsa dilacak kembali sampai kepada Adam – “seperti oleh satu orang …” (ayat 12). Seluruh umat manusia dilacak kembali ke asalnya dan sumber-kepalanya di dalam Adam yang pertama. Apa yang dijadikan jelas di dalam pasal ini adalah ini. Ada tindakan ketidaktaatan karena ketidakpercayaan, yang mengakibatkan terganggunya hubungan manusia dengan Allah. “seperti oleh ketidaktaatan satu orang” (ayat 19), Paulus mengatakannya – tidak hanya di sini, tetapi juga dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus (1 Korintus 15:21, 22). Dan oleh karena itu, semua orang yang datang dari manusia itu, Adam, menjadi terlibat dalam satu tindakan ketidaktaatan itu dan dalam akibatnya – terutamanya gangguan hubungan antara manusia dan Allah.

Tapi itu tidak semuanya. Apa yang segera terjadi, sebagai akibat dari tindakan itu, adalah bahwa manusia menjadi dalam sifatnya tidak taat dan tidak percaya. Itu bukan hanya satu tindakan terisolasi yang ia lakukan, bukan hanya satu hal ke dalam apa ia jatuh sejenak. Sesuatu keluar dari dirinya, dan sesuatu yang lain masuk ke dalam dirinya, dan manusia menjadi dalam sifatnya sebuah makhluk yang tidak taat dan tidak percaya. Tidak hanya ia bertindak seperti itu, tetapi ia menjadi itu; dan sejak saat itu, sifat manusia itu sendiri menjadi tidak percaya, sifat manusia menjadi tidak taat. Ini ada di dalam konstitusinya, dan semua manusia telah mewarisi itu.

Ini adalah sesuatu yang tidak bisa disesuaikan, saudara lihat. Ketika saudara telah menjadi makhluk jenis tertentu, kekurangan faktor tertentu, saudara tidak dapat menyesuaikan diri. Saudara tidak dapat menyesuaikan diri kepada apa yang tidak ada di sana. Tidak ada orang yang bisa percaya kecuali ia diberikan oleh Allah untuk percaya. Iman ‘bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah’ (Efesus 2:8). Tidak ada orang yang bisa taat kepada Allah selain dari tindakan Allah yang dahsyat di dalam dirinya yang menyebabkannya untuk memiliki sifat atau watak yang taat. Saudara tidak dapat menyesuaikan diri kepada sesuatu yang tidak ada di sana. Jadi situasinya sangatlah tanpa harapan, bukankah demikian? Sesuatu telah hilang, dan sesuatu yang lain yang berlawanan dengan itu telah masuk dan mengambil tempatnya. Itulah kondisi bangsa di sini. Sungguh suatu gambaran keputusasaan yang tiada harapan bagi seluruh bangsa! Itu adalah keturunan kita. Kita berada dalam cengkeraman itu.

Saudara tentu saja akan setuju bahwa di alam lain, di departemen lain dalam kehidupan, keturunan adalah hal yang sangat tidak ada harapan. Kita sering menggunakan ketiada-harapannya itu sendiri sebagai garis perdebatan untuk memaafkan diri kita sendiri. Kita berkata, ‘Begitulah aku dibuat: tidak ada gunanya engkau mencoba membuat-ku melakukan ini – aku tidak dibuat seperti itu.’ Saudara hanya memperdebatkan bahwa saudara memiliki sesuatu dalam konstitusi saudara yang membuat situasinya menjadi sangat tidak mungkin. Dan izinkan saya untuk mengambil kesempatan ini, untuk menekankan bahwa ini sangat tidak ada harapannya bagi kita untuk mencoba menemukan di dalam diri kita sendiri apa yang Allah tuntut. Kita akan melelahkan diri kita sendiri, dan pada akhirnya sampai pada posisi ini sendiri yang telah Allah tentukan, nyatakan dan tetapkan – ini tidak ada harapannya! Jika saudara berjuang untuk menjadi seorang yang berbeda dari apa saudara itu secara alami, mencoba untuk mengatasi apa yang telah saudara warisi – nah, saudara ditakdirkan untuk putus asa: namun berapa banyak orang Kristen yang tidak pernah mempelajari pelajaran yang mendasar itu! Untuk seluruh bangsa, keturunan mengeja ketiadaan harapan. Jika ini perlu fokus sama sekali, kita hanya perlu mempertimbangkan konflik dan pertempuran yang ada atas mempercayai Allah, atas memiliki iman di dalam Allah. Saudara tahu bahwa ini adalah pekerjaan Roh yang dalam, pekerjaan Allah di dalam saudara yang membawa saudara, baik pada awalnya atau secara bertahap, untuk percaya. Ini adalah “dosa yang begitu merintangi kita” – ketidakpercayaan – diikuti, tentu saja, oleh ketidakmampuan untuk mentaati. Kita lumpuh saat lahir; kita dilahirkan dikutuk dalam hal ini karena keturunan kita.

(b) Dalam Perkara Tradisi Keagamaan

Kemudian Tuhan membawa hal ini ke alam lain. Saya harap saudara mengenali arti dari latar belakangnya, latar belakang yang gelap, terhadap apa kata ‘pengharapan’ ini ditempatkan. Roh Allah melalui Rasul membawanya ke dalam alam tradisi agama, sebagaimana yang dicontohkan oleh bangsa Yahudi. Segala sesuatu sekarang bagi mereka ditelusuri kembali ke Abraham dan Musa. Betapa banyaknya yang Rasul katakan tentang Abraham dan imannya – “Abraham percaya” – dan kemudian tentang Musa, dan Hukum Taurat yang datang masuk. Dan di sini ada sesuatu yang sangat signifikan dan penting yang harus kita perhatikan, sebab di sini kita melihat fungsi khususnya yang ada dalam pandangan dalam pilihan kedaulatan Allah atas bangsa Yahudi. Pernahkan saudara memikirkannya seperti ini? Ada banyak hal yang bisa dikatakan tentang bangsa Yahudi, masa lalu, masa kini dan masa depan mereka, tetapi apa yang keluar dengan pastinya di sini adalah fungsi mereka dalam kedaulatan Allah. Itu dulu, dan sekarang masih, fungsi mereka, sejauh mana kesaksian bersangkutan, yaitu, saksi sejarah mereka. Itu hanya untuk menunjukkan satu hal. Saudara dapat memiliki seorang bapa yang besar – maksud saya bukan seorang kakek! – dan saudara mungkin memiliki tradisi agama terbaik; tetapi tidak ada dari semua itu yang terbawa ke dalam keturunan saudara, yaitu, itu tidak masuk ke dalam sifat saudara.

Sungguh seorang bapa Abraham itu! Betapa banyak yang dibuat dari “Abraham, bapa kami!” Sungguh suatu contoh iman dan ketaatan yang luar biasa Abraham itu! Mereka semuanya adalah dari keturunan Abraham; sebagai suatu bangsa, mereka berasal dari Abraham. Dan sungguh suatu sistem, sistem agama Yahudi itu, sejauh mana standar bersangkutan, standar moral, etis dan agama. Tidak ada yang bisa menjadikannya lebih baik dalam agama-agama di dunia. Sungguh luar biasa sistem ajaran agama Yahudi, yang datang masuk melalui Musa! – tidak hanya kesepuluh firman, tetapi semua ajaran lainnya yang membentuk Hukum Taurat, mencakupi setiap aspek kehidupan manusia. Dan mereka adalah anak-anak dari itu: namun apa yang saudara temukan di sini? Saudara tidak menemukan iman Abraham di dalam mereka, dan saudara tidak menemukan refleksi dari sistem besar itu di dalam diri mereka, di dalam sifat mereka. Umat ini sendiri, yang berasal dari seseorang seperti Abraham, dan yang menjadi pewaris dari semua nubuat sistem Musa itu, di dalam sifat mereka tidak memiliki apa pun yang diwakili oleh Abraham dan Musa. Orang-orang ini masih dicirikan oleh – apa? ketidakpercayaan, meskipun dari Abraham; ketidaktaatan, meskipun dari Musa! Apa yang bisa lebih tidak ada harapan?

Beberapa orang berpendapat bahwa, jika mereka memiliki bapa yang baik dan ibu yang baik, itu menempatkan mereka pada posisi yang sangat terjamin, tetapi sifat manusia tidak bersaksi tentang itu. Mungkin ada keuntungannya dalam memiliki leluhur yang saleh – beberapa keuntungan; tetapi itu bukanlah jaminan akhir bahwa saudara akan lepas dari semua kesulitan dan semua konflik dan semua penderitaan dalam mendapatkan iman saudara sendiri. Faktanya adalah bahwa orang tua bisa menjadi menyeluruh bagi Allah, mereka bisa menjadi yang paling saleh, yang paling berbakti, namun anak-anak mereka bisa menjadi yang paling murtad. Suatu hal yang aneh, bukankah demikian? Watak untuk iman dan ketaatan tidak ada di dalam darah. Tradisi keagamaan yang paling baik tidak mengubah sifat kita. Ini mungkin ada dari generasi ke generasi – itu tidak mengubah sifat kita. Kita masih tidak percaya dan tidak taat dalam sifat, betapapun baiknya orang tua kita. Saudara mungkin telah berdoa sejak awal untuk seorang anak yang dikasihi, sejak ia adalah seorang bayi terkecil; saudara mungkin telah berusaha untuk menjadikannya hidup untuk Allah: namun di sini ada anak yang berkemauan keras, tidak taat – segala sesuatu yang lainnya.

Pengharapan dalam Situasi yang Putus Asa

Betapa tanpa harapan putus asanya situasi ini! Tetapi itulah cara di mana Tuhan menetapkan tatanan untuk hal yang luar biasa ini yang disebut pengharapan. Jadi kita sampai pada solusi transenden-nya, dan saya menggunakan kata itu dengan hati-hati pada saat ini, sebab di sini adalah sesuatu yang sangat hebat. Ini adalah gunung yang sangat besar, gunung keturunan ini: tetapi ada sesuatu yang melampaui semuanya, berada di atas segalanya; sebuah solusi yang mengatasi seluruh tanpa harapan-nya dan keputusasaan-nya dari situasi alamiah ini; dan itulah yang disebut ‘injil.’ Oh, itu pastinya adalah berita baik! Memang itulah sebabnya mengapa ini disebut ‘berita baik’! Berita baik! Apa itu? Ada pengharapan di dalam situasi yang paling putus asa ini.

Injil dalam Masa Lalu yang Kekal

Sekarang, jika kita melihat kembali kepada surat ini secara keseluruhan, kita akan menemukan bahwa berita baiknya, atau kabar baiknya, dari injil tidak hanya di dalam Salib Tuhan Yesus – meskipun itu adalah titik fokusnya, seperti yang akan kita lihat sebentar lagi. Berita baiknya, atau injil, ditemukan sebagai sesuatu yang sangat, sangat jauh lebih besar bahkan dari pada Salib Tuhan Yesus! Apa itu? Itu adalah “kabar baik dari Allah … tentang Anak-Nya … Yesus Kristus, Tuhan kita.” Salib hanyalah salah satu bagian dari signifikan Diri Yesus Kristus itu sendiri.

Jadi surat ini, apa fungsinya? Surat ini membawa kita tepat ke dalam kekekalan Anak Allah. Ini luar biasa, jika saudara memahaminya. Jika injil ini tidak menyelamatkan saudara, saya tidak tahu apa yang akan menyelamatkan saudara. Di sini kita dibawa kembali ke masa lalu kekal Anak Allah. “Semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” (Roma 8:29). Ia harus memiliki Anak-Nya, Pola-Utama-nya, berada di sana di dalam pandangan sebelum manusia diciptakan, Pola yang kekal, abadi Anak itu: sebelum ada kebutuhan untuk penyelamatan, penebusan dosa, Salib, Anak Allah adalah Pola Allah yang kekal bagi manusia. Dan, tandailah, itu sangatlah positif, sangatlah pasti. Itu ada dalam bentuk kata yang berarti tindakan yang pasti, sekali untuk selamanya. “Semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula.” Ini adalah sesuatu yang dilakukan sebelum waktu ada. Di situlah Injil dimulai.

Ya, kita melihat Anak Allah dalam kekekalan-Nya sebagai Pola Allah yang abadi; dan kemudian kita memiliki kekekalan atau keabadian dari kedaulatan penebusan. Kedaulatan penebusan termasuk di dalamnya. ‘Ia tentukan dari semula, Ia panggil, Ia benarkan, Ia muliakan.’ Sekarang, ketiga hal yang tersisa ini bukanlah yang berikutnya. Mereka semuanya termasuk di dalam waktu yang sama – yang sama sekali bukan waktu; ini adalah kekekalan. Tidak dikatakan bahwa Ia memilihnya dari semula dan menentukannya dari semula, dan kemudian setelah perjalanan waktu Ia memanggil dan Ia membenarkan dan Ia memuliakan. Saudara lihat apa yang menjadi komitmen saudara jika saudara mengambil pandangan itu. Sebagian besar dari kita telah dipanggil dan dibenarkan, tetapi kita belum dimuliakan. Tapi dikatakan ‘Ia dimuliakan’, dalam bentuk kata ‘sekali untuk selamanya’ (aorist).

Ini harus berarti, kemudian, bahwa ketika Ia mengambil perkara ini dalam tangan sehubungan dengan Pola-Nya yang abadi, Tuhan Yesus, Ia menyelesaikan segalanya dengan tujuan dan niat yang berdaulat. Itu semuanya dibulatkan saat itu, sehingga bejana yang rusak itu adalah suatu kejadian dalam waktu; sebuah kejadian yang mengerikan, sebuah tragedi yang mengerikan, bahwa bejana tersebut yang ada ditangan tukang periuk itu rusak; tapi, untuk semua itu, sebuah kejadian di dalam waktu. Rancangan Allah melampaui segala sesuatu yang telah datang di dalam waktu. Teman yang terkasihi, ketika Tuhan memproyeksikan seluruh rencana penebusan, itu bukanlah karena sesuatu telah terjadi yang memanggil untuk sebuah gerakan darurat untuk mencoba menyelamatkan situasinya di tempat. Ia sudah mengantisipasikan seluruhnya, dan telah memiliki segalanya di dalam tangan-Nya untuk memenuhi kemungkinan itu. Anak Domba “telah disembelih sejak dunia dijadikan” (Wahyu 13:8). Salib menjangkau kembali atas segala waktu, tepat kembali atas segala dosa, atas kejatuhan, atas Adam yang pertama – tepat kembali kepada Anak Allah yang kekal, sebelum waktu yang kekal. Salib pergi kembali ke sana – kepada “Anak Domba yang telah disembelih sejak dunia dijadikan.”

Sungguh suatu pengharapan besar yang ada di sini! Jika hal itu benar, jika kita dapat menangkapnya, itu adalah berita baik, bukankah demikian? Kita membuat segalanya dari situasi dalam diri kita sendiri yang begitu putus asa; Allah membuat segalanya dari Anak-Nya untuk memenuhi keputusasaan kita. Dan Allah tidak sedang bereksperimen karena ada yang tidak beres – ‘Kita harus menemukan semacam obat untuk ini, kita harus menemukan sesuatu yang dapat kita uji untuk melihat apakah kita dapat menghadapi keadaan darurat ini; manusia telah jatuh sakit, dan kita harus mencari obatnya.’ Tidak; Allah telah menutupinya dari kekekalan, memenuhinya dari kekekalan, di dalam Anak-Nya. Ini adalah injil, berita baik, dari Allah “tentang Anak-Nya.” Ini mungkin menimbulkan sejumlah masalah mental, tetapi inilah pernyataan dari kitab ini. Pengharapan, saudara lihat, tidak hancur karena Adam jatuh: pengharapan mencapai jauh melampaui dosa manusia.

Saudara berkata, ‘Lalu bagaimana dengan Salib?’ Nah, Inkarnasi dan Salib hanyalah mempengaruhi apa yang telah diselesaikan dalam kekekalan – membawa keluar dari kekekalan ke dalam waktu dengan cara yang praktikal, membuatnya efektif bagi manusia dalam kondisinya yang sangat membutuhkan, tujuan, niat, rancangan Allah yang besar itu tentang Anak-Nya. Salib adalah sarana yang mengangkat langsung keluar dari palung, lembah, dosa dan kegagalan manusia, ke tingkat rancangan kekal Allah, dan memulihkan jalan yang rata dari apa yang pada akhirnya selamanya tidak terpengaruh oleh apa yang telah terjadi di dalam waktu. Berita baik yang luar biasa, bukankah demikian? Salib menjadi kesempatan iman oleh apa semua ini dilampaui – tentu saja ini memberikan dasar bagi iman kita – dan ketika iman bertindak dalam hubungannya dengan Salib, apa yang terjadi? Kita dibawa masuk ke dalam Kristus: tidak dibawa ke dalam Yesus yang dari tiga setengah tahun, atau bahkan yang dari tiga puluh tahun, tetapi dibawa masuk ke dalam Kristus sebagai yang mewakili pemikiran Allah yang abadi bagi manusia. Iman membawa kita masuk ke dalam itu. Itu adalah berita baiknya, “kabar baik tentang Anak-Nya”; injil, kabar baik tentang “Allah sumber pengharapan.”

Saudara lihat, pengharapan didasarkan pada penyediaan Allah yang kekal di luar waktu: dan itu adalah batu karang yang sangat aman untuk berdiri! Ya, didirikan di atas batu karang kekal Keanakan Kristus, bukan di atas pikiran setelahnya dan tindakan setelahnya untuk menghadapi sesuatu yang telah terjadi secara tidak terduga. Pengharapan disauhkan dan dilabuhkan di luar waktu. Rasul, menulis kepada orang Ibrani, menggunakan sebuah gambar, sebuah metafora. “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir.” (Ibrani 6:18, 19); membawa saudara ke luar waktu, ke luar kehidupan ini, melabuhkan saudara di sana di dalam kekekalan. Betapa agungnya Salib itu! Betapa hebatnya pesan dari Roma 6 itu! Itu membawa kita tepat kembali melampaui Musa, Abraham dan Adam. Itu membawa kita kembali melewati dosa dan kegagalan Adam, dan kondisi seluruh bangsa yang tanpa harapan. Salib membawa kita kembali kepada sebelum semuanya itu, dan di sana di masa lalu kekekalan menghubungkan kita dengan apa yang Allah maksudkan. Salib mengamankan itu. Dan dengan tangannya yang lain, Salib menggapai tepat sampai kepada kekekalan yang akan datang, dan berkata, “Semua orang yang dipilih-Nya dari semula … mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:29, 30). Salib menjamin kemuliaan kekal yang akan datang. Betapa agungnya Salib itu!

Pengharapan, kemudian, bertumpu pada luasnya Salib. Pengharapan bersandar pada fakta bahwa Kristus, yang melewati jalan ini, menjadi Adam yang terakhir, dijadikan dosa bagi kita, menanggung segalanya, sekarang dibangkitkan oleh Allah, duduk di sebelah kanan Allah, dan oleh karena itu kita, sebagai “di dalam Kristus” telah ditempatkan di luar risiko kejatuhan apapun. Saya selalu berpikir bahwa ini adalah salah satu faktor yang paling diberkati di dalam injil – bahwa Yesus di sorga sekarang, yang telah menjalani jalan ini dan menjalani jalan Salib-Nya, mengatakan bahwa Adam yang ini tidak akan pernah gagal. Tidak akan pernah ada kejatuhan lagi. Keturunan ini terjamin, aman, karena terkait dengan Dia. Tidak ada rasa takut akan keterlibatan kita dalam kejatuhan semacam itu lagi, tidak ada rasa takut sama sekali. Ini benar-benar pengharapan yang luar biasa, injil Allah sumber pengharapan ini!

Apakah saudara melihat betapa gambling gambaran gelap keputusasaan digambarkan? Saya hanya telah memberi saudara garis besarnya, tetapi saudara lihatlah detailnya – gambaran mengerikan tentang orang bukan Yahudi dan orang Yahudi yang digambarkan di pasal pertama dari surat ini, dan ketiada-harapannya situasinya untuk keduanya. Ya, sungguh putus asa – dan kemudian di atasnya semuanya itu tertulis, Pengharapan! Berita baik tentang pengharapan berdiri di atas semuanya itu, terlepas dari semuanya itu, karena pengharapan terletak pada Allah yang memiliki, sebelum segala sesuatu, menentukan pada sesuatu yang akan Ia laksanakan, dan yang telah Ia tunjukkan melalui Salib Anak-Nya, Yesus Kristus. Saudara dan saya tahu, bukankah demikian, bahwa ketika iman telah bertindak dalam kaitannya dengan Salib Tuhan Yesus, sesuatu dimulai di dalam diri kita yang membalikkan jalan hal-hal alami seluruhnya. Sekarang iman sedang bertumbuh, iman sedang berkembang; kita sedang mempelajari jalan iman, kita dimampukan untuk semakin mempercayai Allah. Segalanya telah berubah: ketaatan sekarang dimungkinkan.

Dan ada kehidupan lain, sifat lain, kuasa lain, di dalam kita, yang telah menciptakan pengharapan. Sebuah kontradiksi dari iman seorang Kristen adalah seorang Kristen yang putus asa, seorang Kristen yang tanpa harapan; seseorang yang tidak ditandai oleh hal yang besar ini yang merupakan ciri utama dari Allah – pengharapan. Ia adalah “Allah sumber pengharapan.” Tuhan membuat hal ini benar, bahwa kita dipenuhi dengan pengharapan, “bersukacita dalam pengharapan.” “Sabar dalam kesesakan” tapi “bersukacita dalam pengharapan.” (Roma 12:12).

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.