Austin-Sparks.net

Persekutuan

oleh T. Austin-Sparks

Bab 2 – Dasar Permohonan Paulus untuk Persekutuan

Bacaan: Filipi 2:1.

Dalam meditasi kami sebelumnya, kami berusaha membawa ke dalam pandangan beberapa kebesaran besar yang terkait dengan pertanyaan tentang persekutuan di antara umat Tuhan. Jika kita diam-diam duduk kembali dengan perkara ini dan membiarkan pikiran kita terbuka dan bergerak dalam hubungan ini, kita akan semakin terkesan dengan pentingnya yang luar biasa, tempat yang besar, dan dengan seberapa banyak yang terikat dengan persekutuan rohani. Tampaknya bahwa dalam cara yang sangat nyata sebagian besar masalah kita terfokus di sini, dan bahwa dalam menyentuh perkara ini, kita menyentuh banyak hal-hal lain. Saya merasa bahwa ketika kita datang ke tempat di mana, dengan pengakuan yang cukup akan pentingnya dan kebutuhan untuk secara pasti memerangi pertempuran persekutuan dan menjadikannya sebuah objek perhatian praktikal yang serius, sejumlah besar masalah kita, kesulitan dan kepentingan rohani lainnya akan tersentuh.

Itu adalah sesuatu yang dinyatakan, yang isi dan maknanya mungkin untuk saat ini tidak membuat saudara terkesan, tetapi jika saudara merenungkannya, tidak diragukan lagi saudara akan terkesan dengan fakta bahwa persekutuan telah menjadi medan pertempuran selama berabad-abad. Telah ada konflik yang luar biasa atas dasar persekutuan, persekutuan rohani, di antara umat Tuhan.

Jika saudara melihat surat-surat Paulus saja, saudara akan menemukan cukup banyak untuk membuat saudara terkesan dengan fakta itu. Hampir setiap suratnya pada suatu waktu disibukkan dengan hal ini sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan, ditarungkan, diletakkan di dalam hati, dianggap dengan keseriusan tertinggi. Dan jika ini tidak lain adalah sesuatu yang datang ke dalam alam konflik atau peperangan rohani yang nyata, tentu saja itu menunjukkan pentingnya hal itu dan tentang apa perkiraan musuh tentang persekutuan di antara umat Tuhan. Ini akan dengan jelas menunjukkan bahwa ini adalah perkara di mana musuh siap untuk menghabiskan dirinya sendiri tanpa lelah dan tanpa henti, dan kita tidak boleh turun ke tingkat rendah dari menganggap hal ini hanya sebagai bergaul secara damai seperti banyak orang. Ini mewakili sesuatu yang jauh lebih besar dari itu.

Bahkan di antara jemaat di Filipi, atas siapa rasul sangat bersukacita, tentang siapa ia mengatakan hal-hal pujian dan penghargaan yang begitu murah hati dan sepenuh hati, bahkan di sana pertanyaan ini muncul. Tampaknya tidak ada kelompok umat Tuhan yang terlalu suci untuk dimasukki oleh roh-roh perpecahan, dan oleh karena itu kita memiliki bagian-bagian bahasa ilham yang tiada tara ini dalam pasal kedua surat Filipi. Perhatikan bagaimana ini dimulai, dasar permohonan rasul kepada jemaat di Filipi tentang perkara persekutuan:

“Karena itu, jika ada penghiburan di dalam Kristus …”

Saudara perhatikan bahwa pengulangan kata “jika” ini merupakan upaya dari pihak rasul untuk menemukan sebuah tanggapan. Ia menggunakan berbagai rangsangan ini untuk membangkitkan suatu respons. Ini seperti seorang dokter ahli yang menangani kasus yang telah berlangsung sejauh ini, sehingga segala macam cara perlu digunakan untuk menemukan semacam tanggapan. Ini dicoba, dan itu dicoba, dan sesuatu yang lain dicoba. Maka rasul berulang kali menggunakan kata “jika” ini.

Apakah mereka akan merespons? “Jika” yang pertama membawa masuk apa yang terjemahan kita (tidak cukup akurat) sebut: “penghiburan di dalam Kristus”. Kata sebenarnya di sana adalah “nasehat”, “Karena itu, jika ada nasehat di dalam Kristus.” Itu secara harfiahnya, jika di dalam Kristus ada permohonan apa pun ke dalam hati saudara, jika pengalaman saudara di dalam Kristus berbicara kepada saudara sama sekali, jika saudara memiliki pengalaman yang sedemikian rupanya di dalam Kristus sehingga pengalaman itu menarik hati saudara! Ini adalah perbedaan antara orang yang hanya mengaku Kristus secara formal, yang hubungannya dengan Kristus sedemikian rupanya sehingga tidak menarik hati mereka sama sekali, dan seorang yang memiliki pengalaman tentang Kristus, dan yang, karena pengalaman itu, menemukan bahwa pengetahuan mereka sendiri tentang Kristus menarik hati mereka. Rasul meletakkannya di atas dasar itu. Ia berkata, “Sekarang jika pengalamanmu itu sendiri, hidupmu itu sendiri di dalam Kristus, menarik hati-mu, menasehatimu …” Ia mengangkat perkara ini ke tingkat ini: “Jika kamu memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus yang sedemikian rupanya sehingga aku hanya perlu menyajikan hal ini kepadamu dan kamu berkata, ‘Ya, pengetahuan-ku tentang Kristus itu sendiri menuntut itu dari-ku!’ Atau, dapatkah kamu melanjutkan dengan dingin dan formal, sebagai seseorang yang tidak memiliki pengalaman pribadi tentang Kristus seperti itu?” Apakah hubungan saudara dengan Tuhan menjadi nasehat yang hidup di dalam hati saudara? Jika saudara hidup terhadap suara Kristus di dalam hati saudara sendiri – itulah artinya.

“Jika ada penghiburan kasih …”

Di sini sekali lagi terjemahannya perlu sedikit penyesuaian. Jika ada dorongan – bukan penghiburan, meskipun itu disertakan. Kata lainnya akan menjadi, “Jika ada daya persuasif kasih”; yaitu, jika kasih memiliki kuasa untuk menggerakkan saudara untuk mendengarkan saya. Ini adalah perangsang yang lain. “Jika kasih memiliki kuasa untuk menggerakkanmu untuk mendengarkanku.” Sungguh suatu ujian! Jika mereka tidak menanggapi itu, yah, orang percaya macam apa mereka itu? Jika kita tidak menanggapinya, orang percaya macam apa kita ini? Apakah kasih memiliki kuasa untuk menggerakkan kita?

“Jika ada persekutuan Roh …”

Kata “persekutuan” itu dapat diterjemahkan, bahkan mungkin dengan lebih akurat, sebagai “kemitraan”. Roh Kudus disajikan di dalam Firman sebagai yang bekerja menuju suatu akhir. Ia adalah Roh kesatuan Tubuh. Ia adalah Roh yang membawa keluar dari kehancuran suatu keseluruhan yang sempurna, dari keterpecahan suatu kelengkapan, dari kekacauan suatu keteraturan, dari yang terpecah-pecah kesatuan. Roh Kudus bekerja untuk akhir itu. Ia ada di sini untuk itu. Roh dari Satu Tubuh, yang oleh-Nya kita semua dibaptis ke dalam-Nya, Satu Tubuh itu, sedang bekerja. Sekarang rasul berkata; “jika ada kemitraan dalam Roh.” Kita adalah rekan sekerja dengan Roh Kudus menuju akhir-Nya, dan Ia berkata, “Apakah kamu? Jika kamu berada dalam kemitraan, lakukan ini yang Aku katakan!” Ini adalah permohonan yang luar biasa. Apakah saudara bermitra dengan Roh Kudus? Apakah saudara bersekutu dengan Roh Kudus dalam objek-Nya? Apakah saudara bermitra dengan Roh Kudus dalam upaya-Nya untuk kesatuan dan kekukuhan Tubuh?

“Jika ada kasih mesra dan belas kasihan …”

Di sini rasul menggunakan dua kata: “kasih mesra” – ia mengucapkan kata yang sebenarnya berarti tempat atau organ belas kasih. Ketika Ia menggunakan kata “belas kasih’, Ia menggunakan kata lain yang berarti belas kasihan itu sendiri. Yang satu adalah organ belas kasih, dan yang lainnya adalah belas kasihannya. Apa yang sebenarnya Ia katakan adalah, “Jika kamu memiliki hati dan jika di dalam hati-mu ada belas kasihan …”. Sungguh sebuah tantangan! Ia datang ke kasus ini, haruskah kita katakan ke klinik ini, dan sedang mengujinya. Apakah ia mempunyai hati, atau apakah ia tidak mempunyai hati? Mempunyai hati, apa yang ada di dalamnya? Apakah ada belas kasihan di dalam hati ini? “Jika kamu memiliki hati, dan jika di dalam hati itu ada belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir.”

Apakah saudara melihat semua yang tergantung pada persekutuan? Apakah saudara melihat semua yang terikat dengan persekutuan? Jika saudara mengetahui sesuatu tentang suara Tuhan di dalam hati saudara, nasehat apa pun; jika saudara mengetahui daya persuasif kasih – atau, jika ada daya persuasif dalam kasih – jika ada kemitraan dengan Roh Kudus, jika saudara memiliki hati dan di dalam hati ada belas kasihan, maka jadilah sehati sepikir. Apakah kita bangkit pada perangsang ini? Apakah kita menanggapi? Ini sekaligus menentukan kondisi rohani kita. Itulah dasar permohonannya. Ini adalah dasar yang sangat tinggi. Sang rasul tidak hanya berkata, “Sekarang, cobalah dan berbaik-baik saja bersama-sama, hai orang-orang Kristen! Tutupilah perbedaanmu! Abaikanlah ketidaksempurnaan satu sama lain! Setujulah untuk berbeda dalam beberapa hal!” Tidak. Ia langsung mengangkat segala sesuatunya ke dalam isi penuh dari apa artinya untuk berada di dalam Kristus. Itulah kekuatannya di sini, dan itulah artinya untuk berada di dalam Kristus.

Kemudian ia menetapkan semua itu dalam latar belakang yang jauh lebih luas dan lebih besar, latar belakang pikiran Kristus. Ia berkata, “hendaklah sehati sepikir”, tapi sehati sepikir apa? “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus …” (Filipi 2:5). Sungguh suatu latar belakang yang luar biasa itu! Jika saudara merenungkan semua yang mengikuti kalimat itu tentang pikiran Kristus, saudara akan melihat betapa luasnya dan dalamnya jangkauan seluruh masalah persekutuan ini. Saudara akan melihat bahwa dalam semua yang rasul katakan, Kristus telah melawan setiap unsur kejatuhan, dan setiap unsurnya, oleh karena itu, dari gangguan. Lihat saja secara sederhana. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan …”. Dilihat dari konteksnya, apa artinya itu? Dalam rupa Allah dan setara dengan Allah berarti kepenuhan mutlak. Ia dipenuhi dengan segala kepenuhan Allah. Bagaimana sikap-Nya terhadap hal itu, mengingat apa yang telah terjadi yang mengecewakan Bapa, dan merampok sesuatu dari Allah? Ia tidak akan memegang kepenuhan itu secara pribadi, dan demikianlah Firman berkata: “Ia mengosongkan diri-Nya.” Kepenuhan pribadi! Bukankah itu apa yang ada tepat di akar kejatuhan itu sendiri, dan bukankah itu apa yang ada tepat di akar gangguan? Kepenuhan dipegang secara pribadi. Jadi rasul berkata bahwa kita tidak boleh melihat pada milik kita sendiri. Tuhan Yesus, yang dipenuhi dengan seluruh kepenuhan Allah, tidak menggenggamnya secara pribadi, untuk mempertahankannya, melainkan mengosongkan diri-Nya demi membatalkan kerusakan akibat kejatuhan.

Ini adalah prinsip karya penebusan, dan oleh karena itu, jika Jemaat sebagai Tubuh-Nya adalah alat kesaksian-Nya, Kesaksian karya penebusan-Nya yang agung, ini adalah penting bahwa Jemaat harus mewakili ini: tidak seorang pun mencari kepenuhan dengan cara pribadi, untuk memilikinya di dalam diri mereka sendiri. Ia mengosongkan diri-Nya.

Ia mengambil rupa seorang hamba. Ia mengambil rupa, seperti yang dikatakan margin-nya, seorang budak. Tentunya itu memberi tahu kita bahwa kenakalan kejatuhan terletak di arah keinginan untuk keunggulan pribadi. Akibatnya, apakah Adam dalam pikirannya bernalar seperti ini atau tidak, unsur-unsur rohani yang bekerja di dalam dirinya berjumlah seperti ini, “Mengapa aku harus menjadi seorang hamba ketika aku bisa menjadi seorang tuan? Mengapa aku harus menjadi budak-budak Allah ketika aku bisa menjadi setara dengan Allah? (Ular itu telah menyarankan itu). Mengapa aku harus melayani ketika aku bisa menjadi tuan?” Itu adalah pemberontakan melawan perintah, dan ketika ia memberontak, itu adalah gangguan terhadap dunia Allah, kehancuran tujuan Allah. Tetapi Ia mengambil rupa seorang budak untuk membatalkannya; Ia, oleh karena itu, tidak mengambil kedudukan keunggulan pribadi. Jemaat tidak boleh mengetahui apa-apa tentang itu. Persekutuan menuntut penyingkiran mutlak dari itu. Kita adalah sebuah perkumpulan hamba-hamba, budak-budak.

Ia diciptakan dalam keserupaan dengan manusia. Apa yang Adam kejar? Apakah ia memberontak terhadap menjadi hanya seorang manusia? Apakah ia berusaha untuk menjadi Allah? Firman membenarkan pembacaan kita itu menjadi apa yang musuh kejar. Segera siapa pun menginginkan penyembahan karena berharga, mereka menempatkan diri mereka di tempat Allah, dan di luar tempat manusia. Apa itu penyembahan? Menerapkan keberhargaan, yang, pada prinsipnya, adalah masuk ke tempat Allah. Tetapi Ia yang adalah Allah, sementara Ia tidak pernah berhenti untuk menjadi yang lain, namun mengambil rupa manusia … Oh, luar biasa! Bahwa Allah harus merendahkan diri ke dalam bentuk manusia! Saya tidak mengira ada di antara kita yang akan mengatakan bahwa kita ingin menjadi Allah, atau bercita-cita menjadi Allah, tetapi dalam diri kita itu sendiri, karena kejatuhan, ada sesuatu yang ingin mengambil keberhargaan itu. Kita suka dijadikan sesuatu. Kita benci untuk diabaikan. Kita benci dianggap sia-sia. Kita benci dianggap sebagai sampah. Kita mungkin mengatakan di saat-saat saleh kita bahwa kita tidak keberatan diperlakukan sebagai keset, tetapi biarkan orang mencobanya, dan terus melakukannya! Kemudian ada sesuatu di sana yang mungkin bertahan untuk sementara waktu, tetapi itu menemukan kita. Ada sesuatu dari kebanggaan dalam diri kita ini yang suka dijadikan sesuatu, untuk diakui. Pertempuran utama dalam banyak kehidupan ada di arah itu. Ia mengambil rupa manusia; untuk sementara waktu, Ia yang adalah Allah melepaskan penyembahan.

Apakah saudara melihat apa yang Ia dapatkan menggantikan penyembahan? Mahkota duri, buluh, pukulan, dan ludah! Penyembahan yang aneh untuk Allah semesta alam! Pikiran itu adalah pikiran persekutuan. Hanya jika saudara dan saya memiliki pikiran itu bahwa persekutuan ini akan menjadi mungkin. “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya.” Kita tidak perlu menetap untuk melihat keinginan akan kehormatan dan keagungan yang ada dalam hati setiap manusia dalam beberapa bentuk atau lainnya. Sangat sedikit laki-laki dan perempuan yang benar-benar suka menjadi rendah hati. Apakah bukan karena itu, bahwa banyak ketegangan, dan tidak sedikit perpecahan dan gangguan di antara umat Allah telah terjadi, bersama-sama dengan kurangnya kerendahan hati, kerendahan hati dan pikiran? Di sisi lain, ada keinginan untuk kehormatan, peninggian dan kedudukan. Ia merendahkan diri-Nya, menjadi taat. Ini hanyalah kebalikan dari memberi perintah, memerintah.

“Taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Tidak ada yang lebih dilucuti harga-dirinya daripada Salib. Harga diri! Ah, itu menemukan kita. Kematian di kayu Salib begitu sering berkerja di arah itu, dalam menyentuh harga diri kita. Kita harus sering mati di alam harga diri.

Kita hanya telah membahas dasarnya dengan cara yang dangkal, tetapi saudara perhatikan bahwa efek kumulatifnya adalah jalan menuju persekutuan.

Persekutuan adalah hal yang sangat luar biasa dalam tujuan Allah. Persekutuan Roh itu yang diperjuangkan rasul begitu lama dan dengan setianya, yang untuk itu ia membuat permohonan yang besar ini, hanya dapat diwujudkan dalam berbagai bentuknya sebagaimana pikiran ini ada di dalam kita yang juga terdapatkan di dalam Kristus Yesus: tidak ada kepenuhan diri, tidak ada keunggulan diri, tidak ada kekuasaan diri atau kepemimpinan, tidak ada keberhargaan diri, tidak ada peninggian diri dan kehormatan diri, tidak ada perintah diri, tidak ada harga diri. Ini adalah unsur diri yang jahat. Harga diri kita mungkin kadang-kadang sangat baik untuk diri kita sendiri, tetapi bagaimana dengan orang lain, “Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Filipi 2:4). Mungkin sangat baik bagi kita untuk mulai memerintah, tetapi bagaimana dengan orang-orang yang sedang diperintahkan? Seseorang harus menderita ketika diri datang masuk dalam bentuk apapun. Sengatan diri adalah keegoisan, yang selalu menyakiti seseorang.

Ini adalah kata-kata yang kuat, tetapi mereka tidak terlalu kuat mengingat hal besar yang ada di hadapan kita. Kita hanya menunjukkan satu poin lebih lanjut, tetapi tidak akan menetap untuk merenungkannya. Ini berhubungan dengan sisi positifnya. Allah telah selalu menuntut roh persekutuan dalam alat apapun yang ia pakai. Saudara dan saya dapat mengucapkan selamat tinggal kepada kebergunaan dalam hal-hal Allah – tidak, kita tidak akan mengucapkan selamat tinggal, kita tidak akan pernah memiliki kebergunaan penuh dalam hal-hal Allah sampai kita telah mempelajari roh persekutuan. Kita mungkin adalah pemimpin, tetapi dalam kepemimpinan kita, kita harus memiliki roh persekutuan. Tidak ada kelaliman. Saudara dapat menjadi pemimpin yang ditunjuk Allah namun memiliki persekutuan dan pekerjaan yang penuh dengan prinsip korporasi. Itu tidak berarti bahwa kita semua harus diringkas ke tingkat yang sama dalam tujuan. Allah menunjuk pemimpin, dan Ia mengangkat alat, tetapi Ia tidak menjadikan mereka lebih unggul; Ia selalu menjaga mereka di tempat persekutuan agar dapat digunakan. Semoga Ia mengajarkan kita lebih banyak lagi tentang itu, dan memasukkannya ke dalam hati kita untuk menjadikannya sebuah bisnis, tidak hanya mencoba untuk menjalani kehidupan yang menyenangkan bersama-sama, tetapi berdiri teguh di dalam Tuhan melawan setiap unsur yang bertentangan dengan persekutuan.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.