Austin-Sparks.net

Rumah Rohani Allah

oleh T. Austin-Sparks

Bab 7 – Tamat Sekolah Keanakan

BACAAN: Roma 8:19, 21-23, Ibrani 1:2; 2:5-8, 9-11; 3:1, 7-8; 12:5-6; Wahyu 12:5.

Dalam meditasi kami sebelumnya, kita sibuk dengan Sekolah keanakan hingga pengangkatan sebagai anak. Kami sekarang akan mengikuti itu ke tahap berikutnya.

Kita telah melihat sedikit tentang sifat, makna dan kebutuhan untuk transisi dari masa kanak-kanak rohani ke Sekolah keanakan. Sungguh pengalaman yang sangat nyata transisi itu dan pengalaman yang sangat dalam bagi mereka yang masuk ke dalamnya. Serangkaian kondisi baru yang sama sekali asing bagi kita terkait dengan gerakan lebih lanjut itu dalam kehidupan anak Allah yang menandai perjalanan dari masa kanak-kanak rohani menuju keanakan rohani, atau Sekolah keanakan. Saya kira sebagian besar dari kita ingat ketika kita pergi ke sekolah baru, atau ketika kita pergi ke sekolah untuk pertama kalinya. Semuanya aneh, semuanya baru. Kita harus mengambil hal-hal dari poin paling pertamanya. Itu adalah dunia yang sama sekali baru: dan begitu pula dalam kehidupan anak Allah. Ini adalah dunia yang sama sekali baru, satu set kondisi baru, sesuatu yang sama sekali tidak kita kenal ketika titik itu tercapai di mana Allah membawa kita dalam tangan untuk memastikan bahwa kita bukan lagi anak kecil, tetapi dibawa ke dalam Sekolah keanakan dengan pengangkatan sebagai anak dalam pandangan; pengangkatan sebagai anak, tentu saja, menurut arti Ilahi dari kata itu, bukan arti alamiah kita.

Tujuan Tamatan Kita sebagai Anak

Sekarang kita akan melanjutkan untuk mempertimbangkan ketamatan dari Sekolah keanakan, tamat kepada apa sekolah telah berlangsung, semua pendidikan anak itu yang, seperti yang Tuhan Sendiri ketahui dan memberi tahu kita bahwa Ia tahu, pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi ada hari tamatan. Segala mahkluk menantikan hari tamatan itu dengan napas tertahan dan kerinduan batiniah, hari penyataan anak-anak Allah, PENEMPATAN anak yang telah kami rujuk dalam renungan kami sebelumnya, yang merupakan arti dari kata “pengangkatan sebagai anak”; bukan membawa masuk ke dalam keluarga, melainkan penempatan anak yang telah memenuhi syarat melalui sekolah. Dan apakah tamatan keanakan itu, kepada apakah itu? Ini adalah kepada Tahkta.

“Bukan kepada malaikat” (bukan kepada malaikat dari peringkat apa pun, bahkan bukan kepada malaikat-malaikat tertinggi sekalipun) “telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. Ada orang yang pernah memberi kesaksian di dalam suatu nas, katanya: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”

Itulah terjemahan sebenarnya dari kalimat terakhir, bukan “mengunjunginya” sebagaimana yang biasa kita gunakan, melainkan “memisahkannya”; manusia itu, singkatnya, ada dalam pandangan dengan Allah dari kekekalan untuk tujuan ini, untuk memiliki takhta, pemerintahan, kekuasaan atas dunia yang akan datang dalam kesatuan dengan Anak Allah, sebagai anak yang dibawa oleh Anak itu ke dalam kemuliaan.

Ada Ahli Waris dalam Ibrani 1:2 –
“… yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada …”

Ada Ahli-Ahli Waris dalam pasal 2 –
“… yang membawa banyak orang kepada kemuliaan …”

Takhta adalah apa yang ada dalam pandangan pada akhir sekolah, ketamatan, dan itulah yang dirujuk dalam Wahyu 12. Prinsip yang mengatur dari Wahyu 12 adalah keanakan yang dikerjakan sampai selesai, seorang anak manusia.

“Ia melahirkan seorang Anak laki-laki, anak manusia, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi.” (Itulah keanakan). “Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.” Itulah ketamatan.

Anak Manusia dari Wahyu 12

Sekarang, saya akan menetap untuk urusan menyedihkan menyingkirkan beberapa kesalahpahaman tentang pasal ini. Pandangan yang diterima dan dipegang teguh mengenai pasal ini adalah, bahwa perempuan ini adalah Israel dan bahwa anak manusia ini adalah Kristus. Saya tidak akan menyalahkan motif dan alasan bagi para pemegang pandangan itu, tetapi bagi saya tampaknya bahwa hanya pikiran yang berprasangka yang dapat mempertahankan pandangan itu, pikiran yang tidak mau menerima apa yang, menurut saya, merupakan kebenaran yang cukup terang-terangan.

Kitab Wahyu ini dimulai dengan pernyataan dari sorga bahwa apa yang akan diperlihatkan adalah “apa yang harus segera terjadi,” dan pernyataan itu dibuat bertahun-tahun setelah Kristus telah pergi ke sorga. Itu adalah masa depan. Selain itu, ketika Kristus naik ke sorga, Iblis tidak diusir dari sorga seperti yang terjadi di Wahyu 12; sebab, hampir empat puluh tahun setelah Kristus pergi ke sorga, Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Efesus, dan dalam pasal 6, kita memiliki wahyu tentang sifat dan lingkup peperangan Jemaat ini: “Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Iblis tidak digulingkan ketika Kristus diangkat ke takhta. Ketiga, naga itu tidak ditipu dari mangsanya dalam kasus Tuhan Yesus. Tuhan Yesus dibunuh oleh naga itu, dan ini adalah bagian dari kebenaran yang agung dan mulia bahwa ini adalah melalui maut bahwa Ia menghancurkan dia yang memiliki kuasa maut, yaitu, Iblis. Iblis, sang naga, mengira ia mungkin telah menelan Kristus, tetapi ia menemukan bahwa ia telah ditelan. Tetapi Tuhan Yesus tidak luput dari naga merah besar dengan pengangkatan: tidak sama sekali. Naga itu mendapatkannya sejauh ini dan membunuhnya. Tetapi di dalamnya terdapatkan kedaulatan Allah yang mulia, dan itu adalah garis kebenaran yang lain sama sekali: kedaulatan Allah diwujudkan di hadirat kemenangan Iblis itu sendiri. Tetapi itu bukan ini.

Maka perempuan ini adalah sebuah paradoks, sebuah kontradiksi. Ia pada saat yang sama di sorga berselubungkan kemuliaan dan di bumi berselubungkan dengan kesulitan dan kesusahan. Ia diselubungi matahari di sorga, namun pada nafas berikutnya ia menderita di bumi. Bukankah itu persisnya apa yang kita miliki dalam surat kepada jemaat di Efesus tentang Jemaat? Di sorga, di dalam Kristus Yesus diberkati dengan segala berkat rohani, namun pada saat yang sama surat itu menunjukkan kepada kita dengan sangat jelas tepat di jantung hal itu bahwa Jemaat berada di bawah sini dan dalam konflik. Jemaat menjalani perjalanan duniawi dan bertemu dengan hal-hal di bawah sini sementara pada saat yang sama berada di sorga. Sebuah kontradiksi nyatanya: pada saat yang sama di sorga mulia namun di bumi dalam kesengsaraan. Itulah Jemaat. Nah, bukankah itu cukup, meskipun masih banyak lagi di sini?

Saya tahu ada penafsiran lain; bahwa ini bukan hanya Israel melainkan diri Kristus sendiri, dan bahwa kita adalah keturunan Kristus. Tapi itu hanya diperbolehkan pergi sejauh ini. Hal itu tidak membawa kita melalui dengan memuaskan. Tetapi ini adalah posisi utama yang dianut tentang Israel dan Kristus, dan saya katakan saya tidak melihat bagaimana hal itu dapat berdiri teguh dalam terang bahkan dari dua atau tiga hal yang baru saja kita catat.

Saudara lihat, saudara memiliki korespondensi di sini. Dalam Wahyu 2, saudara memiliki kata-kata ini sendiri yang ditujukan kepada para pemenang di Jemaat di Tiatira – “Barangsiapa menang … kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa, dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi.” Kemudian dalam surat kepada jemaat di Laodikia, kita memiliki kata-kata lebih lanjut ini: “Barangsiapa menang, ia akan Kududuk-kan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” Ada takhta bagi para pemenang dan pemerintahan bangsa-bangsa. Kemudian kata-kata itu sendiri ditegaskan kembali di dalam Pasal 12 tentang Anak laki-laki yang dirampas dan dibawa lari ke takhta-Nya dan yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi. Dan saya tidak melihat bagaimana kita dapat memisahkan kata-kata itu dari Ibrani 2 – “Engkau membuatnya (manusia)” (itulah arti dari kata itu) “berkuasa atas buatan tangan-Mu.” Tentu saja ada persatuan antara Kristus dan milik-Nya: itulah yang dibicarakan Ibrani. “Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita …”

Jadi, setelah mengatakan sebanyak itu – dan saya pikir itu sudah cukup, saya tidak akan berurusan dengan semua data-data dan poin-poin di dalam pasal ini – setelah mengatakan sebanyak itu, kami ingin langsung ke poin kami dalam meditasi ini.

Ketamatan dari Sekolah keanakan adalah menuju takhta, dan takhta itulah, dengan segala yang diartikannya dalam hubungannya dengan panggilan, pelayanan, tujuan sehubungan dengan maksud kekal Allah, yang ada dalam pandangan saat Allah berurusan dengan kita, ketika Allah mengambil kita keluar dari masa bayi dan kanak-kanak rohani yang nyaman dan menyenangkan, di mana segala sesuatu dilakukan untuk kita, dan menempatkan kita ke dalam pengalaman itu di mana hal itu harus dikerjakan di dalam diri kita dan di mana, melalui latihan kemampuan dan pancaindera rohani kita yang mendalam ini, kita menjadi anak-anak Allah yang bertanggung jawab secara rohani. Dengan pandangan inilah Allah berurusan dengan kita seperti dengan anak. Sekarang, pahamilah maknanya, apa yang tersirat di dalamnya. Ini menyiratkan satu atau dua hal yang agak penting.

Peningkatan Rohani Terkait Dengan Takhta dan Kemuliaan Tuhan

Pertama, ini berarti bahwa pendalaman kehidupan rohani, sebagaimana disebut, atau istilah lainnya yang digunakan untuk hal yang sama, bukanlah hal yang hanya untuk memberikan kita berkat yang lebih penuh. Begitu sering orang akan membawanya tepat ke bawah sana ke tingkat berkat yang lebih penuh itu, dan kita sangat sering tergoda bahkan di sana, di saat api dan kesengsaraan, untuk bereaksi terhadap semua ini dengan mengatakan, Nah, jika aku memiliki sorga, mengapa aku perlu repot-repot tentang semua ini, dan mengapa aku harus melalui semua ini? Di sini banyak orang yang sangat bahagia dan puas, mereka diselamatkan dan mereka tahu bahwa mereka telah diselamatkan, dan di sinilah aku berada, yang telah berusaha untuk berjalan terus dengan Allah, dan aku mengalami saat yang paling mengerikan. Tampaknya bagiku bahwa aku telah mendapatkan bagian yang terburuknya, dengan ingin terus berjalan bersama Allah! Jika kita melihatnya seperti itu, murninya dari sudut pandang berkat pribadi, kita telah kehilangan arah, dan kita akan mengalami kesulitan; sebab, seperti yang kami telah selalu berusaha untuk tunjukkan, ketika saudara keluar dari masa kanak-kanak rohani ini ke dalam Sekolah keanakan, saudara tamat dari apa yang bersifat pribadi mengenai kepentingan dan berkat saudara sendiri ke dalam apa yang adalah untuk Tuhan dan bukan untuk saudara. Sejak saat itu, seluruh motifnya bukanlah apa yang akan aku dapatkan, melainkan apa yang akan Allah dapatkan. Itulah Efesus. “Agar kamu mengerti … betapa kayanya kemuliaan bagian-NYA yang ditentukan bagi orang-orang kudus.” Bukan apa yang akan aku dapatkan sekarang: itu akan mengikuti, itu akan baik-baik saja, Tuhan akan setia, tetapi ini adalah sesuatu yang lain. Kita telah datang ke sekolah atas dasar tujuan kekal Allah, dan tujuan kekal Allah tidak dimulai dan berakhir ketika Ia telah mendapatkan kita dilahirkan kembali. Tujuan kekal Allah hanya tercapai ketika Ia telah mendapatkan kita di atas takhta. Oleh karena itu, ini adalah Tuhan, untuk Tuhan, dan apa yang Tuhan kehendaki yang adalah satu-satunya pertimbangan. Ini akan menjadi kemuliaan bagiku, tetapi itu bukanlah motifnya sekarang. Ini adalah tujuan besar ini yang dengannya kita dipanggil: itulah yang mengatur segalanya, dan ini adalah dalam istilah takhta.

Jadi transisi dari masa kanak-kanak ke Sekolah keanakan, yang adalah hal yang sangat menyakitkan, dan penuh dengan segala macam kesulitan, bagaimanapun juga membawa kita ke dalam hubungan dengan apa yang telah ada di dalam pikiran Allah sebelum dunia dijadikan sejauh mana kita bersangkutan. Dipilih di dalam Kristus Yesus “Supaya kami boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-NYA.” Segala urusan Tuhan dengan kita di dalam sekolah ini memiliki takhta itu dalam pandangan.

Kekuasaan Dunia adalah Masalah yang Mendesak Saat Ini

Apa yang ingin saya katakan dengan penekanan khusus sekarang adalah bahwa perkara ini, sebagaimana yang saya lihat dan rasakan – dan saya serahkan kepada saudara untuk menilai apakah ada kebenaran dalam hal ini – paling sesuai dengan apa yang terjadi di dunia saat ini. Tampaknya bagi saya bahwa ini adalah saat ketika perkara ini diajukan dengan cara yang belum pernah diajukan sebelumnya; yaitu, perkara kekuasaan dunia ini, perkara tentang Antikristus, begitu paten. Ini adalah kendali dan dominasi atas bumi yang berpenduduk ini, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan dorongan baru ini menuju tujuan itu adalah untuk mengesampingkan Allah dan Kristus-Nya. Ini adalah hal yang jahat, dan ini tidak memerlukan seorang pengkhotbah kebenaran yang berpikiran rohani untuk membedakannya; sebab banyak pemimpin Negara kita saat ini telah melihatnya dan menggunakan kata-kata ini. Seberapa jauh mereka melihat, kita tidak tahu. Tetapi mereka melihat bahwa semua yang diperjuangkan oleh Kekristenan dipertaruhkan. Mereka mengatakan, Ini adalah Iblis! Dan mereka menggunakan kalimat itu sendiri – Antikristus. Manusia membedakan apa hakikat segala sesuatu, dan kita dapat, dengan cara khusus sebagaimana dicerahkan oleh Tuhan, untuk melihat apa akhir dari semua ini. Ini adalah pengejaran yang paling jauh dan mengerikan untuk takhta dunia ini yang telah diketahui. Inilah apa yang ada di baliknya dan itulah apa yang ada dalam pandangan. Oleh karena itu saya mengatakan bahwa kata ini paling cocok untuk saat seperti ini, dan saya bertanya pada diri saya sendiri dan saya meminta saudara dengan penuh doa untuk mempertimbangkan apakah seharusnya datang sesuatu yang bersifat panggilan kepada umat Allah untuk mengenali fakta ini, dengan referensi pada panggilan mereka, yaitu, bahwa mereka harus pergi ke belakang apa yang ada di belakang situasi saat ini, dan bahwa orang-orang kudus harus mengambil kerajaan secara rohani sekarang, secara rohani, agar mereka dapat datang ke tempat takhta di masa yang akan datang.

Kita di sini mungkin – meskipun janganlah kita berpikir terlalu tinggi tentang diri kita sendiri, lebih tinggi dari yang seharusnya kita pikirkan – tetapi mungkin pertemuan kecil kita di sini dengan segala ketidakpentingan duniawinya memiliki signifikan yang sangat jauh jangkauannya, melihat bahwa kita berada di sini di ruang hadiran Allah mengenai perkara besar kekuasaan dunia ini. Dalam cara yang kecil, ini mempengaruhi kita dengan sangat serius. Saya meminta saudara untuk berdoa tentang hal ini, dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus agar ada gerakan Roh Allah di dalam lingkaran umat-Nya sendiri dengan cara yang baru, untuk menghasilkan anak laki-laki ini yang menang dan mengambil takhta ini. Ini cukup jelas, dari Wahyu 2 dan 3, bahwa tidak semua orang sampai pada posisi itu, dan demikian pula dari semua nasihat dan peringatan ini tentang Israel yang kehilangan tujuannya di padang gurun, jatuh di tengah jalan, sebagai peringatan kepada Jemaat untuk berwaspada terhadap bencana yang sama. “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman.” Saya bertanya-tanya apakah ada di antara kita yang memiliki hati yang keras, bukan terhadap Tuhan secara umum, tetapi terhadap ini. Saudara mengeras dengan menggunakan istilah khusus. Oh, betapa orang-orang telah berusaha menutup pintu dengan menempelkan label!

Singkirkanlah istilah-istilah. Sebutlah Pengangkatan Selektif, jika saudara berkenan: saya tidak menyebutnya begitu. Sebutlah Kesaksian Pemenang, jika saudara berkenan. Itu membuat sedikit perbedaan, jika yang saudara maksud dengan itu, Itu adalah sebuah penafsiran, itu adalah suatu ajaran yang aneh! Nah, itulah pengerasan hati. Bagaimana jika ini kebetulan benar! Kita harus melihat hal ini dengan jujur di mata. Apakah ada kemungkinan bahwa ini benar? Jika ada, ini adalah hal yang luar biasa; perkara terbesar dalam sejarah dunia ini terkait dengannya, tidak kurang dari kekuasaan, takhta. Saya menyarankan kepada saudara bahwa ada cukup banyak hari ini yang akan mengarahkan kita untuk membuka pintu kepada kemungkinan, kepada pengandaian.

Pelajaran Objektif dan Kebutuhan untuk Penyelidikan dengan Hati Terbuka

Saudara tahu negara-negara tertentu di depan pintu kita sendiri menderita kesengsaraan yang tak terkatakan, sebab selama tujuh tahun yang lalu mereka diberitahu tentang propaganda rahasia yang terjadi di dalam perbatasan negara mereka sendiri, dan bekerja secara diam-diam dan halus ke tempat-tempat tinggi, tetapi mereka tidak mau percaya itu. Mereka diberitahu apa yang akan menjadi akhirnya, apa tujuannya, apa hasilnya, dan mereka berkata, Tidak, mustahil! Saya bertanya kepada saudara: Jika sembilan bulan yang lalu seorang nabi telah berdiri di suatu tempat terkemuka di dunia ini dan menubuatkan sejarah sembilan bulan berikutnya, apa yang akan terjadi padanya? Tujuh atau delapan negara diserbu dan terkejut, dan keruntuhan Perancis final yang mengerikan ini! Ia akan ditempatkan di rumah sakit jiwa atau digantung, ia akan dikurung demi keamanan. Tapi itu telah terjadi: hal yang tidak dipercayai telah terjadi dan sedang terjadi. Tidak ada yang akan percaya atau menerimanya. Lihatlah bagaimana mereka menderita karena mengatakan, Mustahil! Konyol!

Ah, saya katakan kepada saudara bahwa ini harus menjadi pelajaran bagi kita. Itu adalah tipu muslihat Iblis. Ini adalah bagian dari strateginya, untuk bekerja secara halus dan pada saat yang sama untuk membuat orang-orang percaya bahwa tidak ada apa-apa, bahwa semuanya baik-baik saja; untuk bekerja di bagian bawah sampai kepada kehancuran internal dan kejatuhan suatu umat, namun di permukaan untuk membuat pidato yang bagus. Ini adalah metode Iblis, dan berulang kali Iblis telah mendapatkan keuntungan strategisnya dengan cara yang sama itu. Dan saya katakan kepada saudara bahwa setidaknya kita harus datang kepada hal-hal seperti ini dan berkata, Yah, ini mungkin saja bahwa hal itu benar, dan jika ada kemungkinan yang paling terpencil bahwa hal itu bisa menjadi benar, ini adalah hal yang sangat besar, kita lebih baik memperhatikannya! Saya tahu bahwa banyak yang telah berhasil melewati itu, tetapi saya katakan sekali lagi, dari tingkat terendah dalam membuat permohonan ini, bahwa ini mungkin saja bahwa Firman Tuhan itu benar, setelah semuanya. Mungkin saja ini adalah wahyu yang sebenarnya dari pemikiran dan maksud Allah, bahwa Ia memilih sebuah umat pilihan, sebuah persekutuan yang kemudian disebut Jemaat, Ia memilih persekutuan itu, Tubuh itu, entitas korporat itu di dalam Kristus sebelum dunia ada, dengan maksud Tubuh itu akan datang akhirnya untuk mengambil takhta sebagai bejana dan alat-Nya untuk memerintah alam semesta-Nya. Saya katakan, itu mungkin benar. Yang saya minta saudara lakukan adalah untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa itu benar, dan jika saja saudara mengizinkannya, ini akan memberi saudara pemberhentian yang nyata: dan kemudian untuk melihat bahwa ini cukup benar sejauh mana Kitab Suci dan pengalaman umat Tuhan bersangkutan secara rohani. Allah sedang melakukan hal tertentu di dalam umat-Nya, setidaknya di dalam mereka yang berjalan terus dengan-Nya, mereka yang kita bicarakan di dalam meditasi kami sebelumnya yang ditandai dengan bertujuan dengan Allah. Di dalam orang-orang ini, Ia mulai melakukan sesuatu yang dalam dan aneh dan menyakitkan, yang akhirnya tidak pernah, tidak pernah tercapai di dalam kehidupan duniawi ini, yang nilainya tidak pernah dimasuki oleh siapa pun selama mereka berada di bumi ini. Ini adalah kepada sesuatu: ini adalah persiapan anak kepada pengangkatan sebagai anak untuk mengambil takhta; dan saya mendorong saudara untuk berdoa sehubungan dengan tempat saudara di dalam hal ini, dan untuk berdoa untuk gerakan Roh Allah di dalam kompas umat-Nya untuk menghasilkan anak laki-laki ini. Jemaat, secara keseluruhan, bergerak dengan mantap ke dalam kesulitan ini.

Maka apakah saudara tidak akan berdoa agar umat Tuhan dapat dicerahkan tentang hal ini, dicerahkan tentang apa perkaranya. Ini adalah antara Kristus dan Antikristus, antara Jemaat yang adalah Tubuh Kristus dan seluruh sistem Antikristus; karena ini cukup jelas bahwa Antikristus, meskipun ia adalah seorang individu yang menentang Kristus secara pribadi, juga merupakan sebuah jemaat, sebuah sistem, sebuah sistem yang mengerikan. Iblis memiliki jemaatnya menentang Jemaat Kristus. Terpujilah Allah, kita memiliki jaminan ini, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya!”

Penjelasan tentang Persiapan yang Membingungkan dan Menyakitkan

Baiklah, itulah perkara yang ada di hadapan kita di Sekolah keanakan ini, yaitu, takhta. Teman-teman yang dikasihi, saya ingin memahami itu di dalam hati saya sendiri, dan saya ingin saudara memahaminya. Saudara lihat, kita sangat cenderung menjadikan persinggahkan kita di bumi ini sebagai hal yang besar; maksud saya dalam hal apa yang dapat kita lakukan, seberapa banyak yang dapat kita lakukan dan wujudkan dan pastikan dalam hidup kita, dan ketika kita menemukan Tuhan mengurung kita dan membatasi kita dan sepertinya menempatkan kita di dalam penjara, seringkali di bawah ketegangan dan tekanannya, ketika besi masuk ke dalam jiwa kita seperti dengan Yusuf, kita mulai berpikir bahwa kita telah kehilangan jalan. Hidup terus berjalan dan semuanya tidak berbuah; kita tidak melakukan apa-apa. Orang lainlah yang melakukan hal-hal, kita tidak. Demikianlah kita menjadikan begitu banyak dari kehidupan sekarang ini dalam hal apa yang dapat kita lakukan, seolah-olah itu adalah segalanya, sedangkan (dan ini, tentu saja, bukanlah alasan mengapa kita harus malas melakukan) begitu sering Tuhan telah mendapatkan keefektifan-Nya yang terbesar di dalam mereka yang telah dikurung begitu saja, tidak dapat melakukan apa pun di luar. Bukankah itu adalah kebenarannya tentang diri Paulus sendiri? Tentu saja, iya, dan Paulus, seperti yang telah sering kita tunjukkan, adalah perwujudan dari wahyu yang diberikan kepadanya tentang dispensasi Jemaat, dan ketika kita sampai pada akhir hidupnya, kita memiliki Paulus, yang telah memiliki cakupan pelayanan yang begitu luas, yang telah mampu melakukan begitu banyak, kita memiliki laki-laki ini, dengan segala nilai yang ada di dalam dirinya yang dimasukkan ke dalam penjara. Tapi kita mendapatkan esensi nilai yang terkonsentrasi dari pengalaman penjara itu. Kita mendapatkan surat kepada jemaat di Efesus, dan itu sepadan dengan perginya Paulus ke penjara, dan hal seperti itu akan sepadan dengan semua yang kita jalani di Sekolah keanakan yang melihat banyak sekali dari apa yang ada di bumi ini ditutup, jika saja yang sorgawi dapat menjadi yang jauh lebih nyata dan berharga sebagai sebuah ekspresi di dalam diri kita dan melalui kita.

Tetapi saya katakan saya ingin ini masuk ke dalam hati saya, ke dalam hati saudara, bahwa Tuhan tidak begitu peduli – tolong jangan salah paham – Tuhan tidak begitu peduli dengan seberapa banyak yang kita lakukan sekarang di dalam hidup ini. Ia lebih memperhatikan ukuran Kristus, kepada apa Ia dapat membawa kita di dalam hidup ini … “sampai kita semua telah mencapai … tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus 4:13). Ini akan menjadi Kristus korporat yang akan datang untuk mengambil kerajaan dunia ini di zaman yang akan datang, dan kepada itulah – kepenuhan Kristus – bahwa Allah bekerja secara luar biasa di dalam pengalaman kita, dan itulah hal yang paling penting. Ini adalah hal yang paling sulit untuk kita terima; hal yang sangat sulit untuk diterima oleh temperamen aktif mana pun. Bagi sebagian orang, ini adalah kemartiran untuk tidak melakukan sesuatu. Ini mungkin cara Allah untuk mendapatkan pembesaran Anak-Nya di dalam anggota-anggota-Nya, kesabaran Yesus Kristus, di antara hal lainnya.

Allah memiliki hal yang besar ini dalam pandangan. Perkaranya muncul secara akut dan dalam bentuk yang semakin intensif saat kita mendekati akhir yang hebat. Untuk menjawab Iblis, untuk mendapatkan jawaban-Nya di dalam Manusia korporat, Allah harus mempersiapkan saudara dan saya dan sekelompok umat-Nya untuk mengambil takhta, untuk diangkat kepada Allah dan ke takhta-Nya, untuk memerintah bangsa-bangsa dengan tongkat besi. Itu, tentu saja, mengacu pada hari esok, hari esok dari segala zaman yang saya maksud, dan ada sesuatu yang lebih dari itu, yaitu, pemerintahan kita bersama-Nya untuk selama-lamanya, bentuk lain dari pemerintahan. Saya lebih bercita-cita untuk lusa daripada besok. Memerintah dengan tongkat besi mungkin menarik bagi kita secara alami, tetapi kita akan segera memiliki pemerintahan yang mulia di mana tidak ada yang menginginkan tongkat besi. “Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya” (Efesus 3:20-21). Ini adalah hal yang besar yang membuat kita pergi ke sekolah selama beberapa tahun dan menderita sebagaimana kita menderita. Ini mudah untuk mengatakan itu, tetapi ini adalah hal yang menyakitkan, sekolah ini. Tuhan tahu apa yang sedang Ia lakukan dengan kita. Ini adalah perkara kemenangan ini, dan, dalam terang sekolah ini atau persekolahan ini, kita dapat menghargai kata “pemenang.” Ada banyak memenangkan yang harus dilakukan. Kita harus menguasai banyak hal, dan menguasai banyak hal akan menuntun kita untuk mengatasi Iblis dan kerajaannya. Saat ini, pada saat yang agung ketika anak-anak dinyatakan, ketika anak laki-laki diangkat ke takhta, segala makhluk akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan.

Lihatlah kemudian arti dari hari di mana kita hidup. Lihatlah arti dari penderitaan yang ke dalamnya kita akan pergi bahkan lebih dalam lagi, dan bagaimana ini akan menjadi jawaban Allah atas pekerjaan Iblis ini yang telah berlangsung sejak ia memutuskan untuk mendapatkan tempat Ahli Waris Allah, yang berhak menerima segala yang ada. Sejak Iblis memutuskan untuk mendapatkan itu dan dicampakkan dari langit yang lebih tinggi ke langit yang lebih rendah, hal ini telah terus berlangsung, dan sekarang ini sedang dibawa keluar dengan cara yang baru. Itulah apa adanya, dan saudara dan saya, sebagai bagian dari Tubuh Kristus, dipanggil untuk menjadi jawaban Allah kepada itu, dan ini harus demikian sekarang secara rohani. Saat ini, ini akan dalam cara yang penuh, dalam cara harfiah, bahwa orang-orang kudus akan mengambil kerajaan, dan Ia akan datang yang memilik hak untuk memerintah. Kekuasaan akan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.