Austin-Sparks.net

“Kamu adalah Sahabat-Ku”

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan di dalam majalah "A Witness and A Testimony" Mar-Apr, 1969, Jilid 47-2. Judul asli: "Ye Are My Friends". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

Dari antara berbagai gelar orang Kristen dalam Perjanjian Baru, pastinya yang paling indah adalah apa yang diberikan oleh Tuhan Yesus – “Kamu adalah sahabat-Ku”:

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Ku-perintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Ku-dengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buah-mu itu tetap.” (Yohanes 15:13-16).

Ini sungguh suatu hal yang sangat bagus dan indah bahwa Anak Allah memanggil orang-orang seperti para murid, dan seperti kita ini, sahabat-Nya. Saya tidak berpikir ada kata yang lebih besar atau lebih indah dalam semua bahasa kita selain kata ‘sahabat’ itu. Itu adalah gelar yang paling intim dalam semua hubungan manusia. Setiap hubungan lain yang dapat kita pikirkan mungkin dapat ada tanpa ini. Mungkin kita mengira bahwa hubungan perkawinan adalah yang paling intim, tetapi ini adalah mungkin bahwa hubungan itu ada tanpa persahabatan. Sungguh bahagia laki-laki yang isterinya adalah sahabatnya, dan sungguh bahagia isteri yang suaminya adalah sahabatnya. Ini adalah hubungan yang sangat erat antara anak-anak dan orang tua, dan orang tua dan anak-anak, tetapi ini adalah hal yang luar biasa ketika seorang ayah dapat memanggil anak laki-lakinya sebagai sahabatnya, dan ketika ia dapat berkata, bukan ‘anak-ku’ melainkan ‘sahabat-ku.’ Dan sekali lagi, ini adalah hal yang luar biasa ketika seorang anak dapat berkata, bukan hanya ‘ayah-ku’ tetapi ‘sahabat-ku’: “ayah-ku adalah sahabat-ku’ – ‘ibu-ku adalah sahabat-ku.’ Ini adalah sesuatu yang ekstra dalam hubungan. Kita mungkin mengagumi seseorang dan memiliki banyak pergaulan dengan mereka: kita mungkin mengira bahwa kita mengenal mereka dan dapat berkata: ‘Ya, aku tahu si ini dan itu dengan sangat baik’, tetapi, meskipun demikian, mungkin tidak ada persahabatan. Persahabatan selalu adalah yang sedikit ekstra itu.

Ketika Yesus berkata: “Kamu adalah sahabat-Ku”, Ia melampaui ‘Kamu adalah murid-Ku’ dan ‘Kamu adalah pengikut-Ku.’ Ia bisa saja memanggil mereka dengan banyak nama-nama lain, tetapi ketika Ia berkata: “Kamu adalah sahabat-Ku” Ia melampaui segala sesuatu yang lain-nya. Dan saya pikir Tuhan Yesus menemukan kepuasan hati-Nya yang paling lengkap dalam kata ini. Untuk berkata “Kamu adalah sahabat-Ku” adalah sejauh-jauhnya yang paling mungkin dilakukan oleh siapa pun. Sesungguhnya, tidak ada yang melampaui itu. Saudara mencapai akhir dari segala hubungan ketika saudara benar-benar sampai pada persahabatan. Betapa kayanya dan betapa berharganya, maka, gelar ini!

Dalam gambar Yerusalem Baru yang kita miliki di bagian akhir Alkitab, dikatakan: “Dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata” (Wahyu 21:19). Dasar-dasar tembok kota itu adalah apa yang paling berharga, dan menurut saya dasar-dasar kehidupan yang paling berharga adalah persahabatan. Yerusalem baru itu sendiri akan dibangun di atas dasar persahabatan antara Tuhan Yesus dan milik-Nya.

Nah, itu hanyalah sedikit tentang persahabatan. Tapi apa sifat dari persahabatan? Kita memilikinya di sini di Yohanes 15: “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Ku-dengar dari Bapa-Ku.” Persahabatan adalah posisi yang menjadikan mungkin untuk membuka hati sepenuhnya, untuk tidak menahan apa pun; dan untuk memiliki keyakinan yang sedemikian rupanya sehingga saudara dapat mempercayai orang lain itu dengan segala yang ada di dalam hati saudara. Yesus berkata: ‘Semua yang telah Bapa tunjukkan kepada-Ku, telah Aku tunjukkan kepadamu. Aku tidak menyembunyikan apa pun darimu. Aku telah menempatkan kepercayaan yang sempurna di dalam dirimu. Aku tidak memiliki kecurigaan tentang kamu dan tidak takut untuk mengatakan apa yang ada di dalam hati-Ku.’

Saudara tahu, itu sangat luar biasa. Kembali lagi ke Injil oleh Yohanes ini dan di dalam pasal kedua saudara akan menemukan: “Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia” (Yohanes 2:23-25).

Yesus mengenal mereka semua, dan karena itu Ia tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka … “Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus” (Yohanes 3:1), dan yang berikutnya menunjukkan bahwa Yesus mengenal Nikodemus dan Ia tidak mempercayakan diri-Nya kepadanya. Nikodemus tidak berada dalam posisi sebagai sahabat, setidaknya, tidak pada saat ini. Seberapa banyak dia itu seorang sahabat sebelum akhirnya, kita tidak tahu. Ia benar-benar bertindak seperti seorang sahabat dalam penguburan Yesus, sebab sesuatu telah terjadi padanya saat itu tiba. Tetapi pada saat ini, ia termasuk di antara orang-orang, kepada siapa Yesus tidak mempercayakan diri-Nya sendiri. Ia hanya berkata, pada dasarnya: ‘Sebelum Aku dapat mempercayakan diri-Ku kepadamu, engkau harus dilahirkan kembali.’

Itulah awal dari persahabatan ini. Ya, Yesus telah memberi tahu kita bahwa sifat sebenarnya dari persahabatan adalah bahwa Ia dapat mempercayakan diri-Nya kepada sahabat-sahabat-Nya. Ia berkata banyak hal kepada orang lain, tetapi Ia tidak mempercayakan diri-Nya ke dalam tangan mereka. Dan itulah segala perbedaannya. Saudara mungkin memiliki banyak persekutuan, mengatakan banyak hal, dan mereka mungkin adalah hal-hal yang cukup benar, tetapi itu bukanlah mempercayakan diri saudara sendiri ke dalam tangan orang-orang itu. Ada segala perbedaan antara percakapan dan persekutuan dan komitmen. Persahabatan berarti saudara telah mempercayakan diri saudara kepada satu sama lain – saudara telah benar-benar mempercayakan diri saudara ke dalam tangan orang lain. Itulah yang Yesus katakan sebagai arti dari persahabatan: “Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Ku-dengar dari Bapa-Ku.” ‘Aku tidak memiliki reservasi sejauh mana engkau bersangkutan.’

Saya yakin saudara merasa bahwa ini adalah hal yang sangat luar biasa dan terus bertanya-tanya tentang hal itu semakin kita melanjutkan. Bayangkan saja bahwa Anak Allah melakukan itu – bahwa Ia bersedia mempercayakan diri-Nya sendiri kepada beberapa orang!

Dan kata-kata ini bukanlah kata-kata kosong. Ia melanjutkan untuk menunjukkan bahwa Ia akan membuktikan persahabatan-Nya. Apa bukti dari persahabatan? Yah, tentu saja, ini pertama-tama, seperti yang telah kami katakan, mempercayakan diri saudara kepada orang lain.

Tetapi kemudian Yesus berkata seperti ini: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabat-nya.” Itulah bukti persahabatan. Seberapa banyak yang saudara siap untuk korbankan, untuk menderita dan mentolerir? “Seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabat-nya.” Sekarang, tentu saja, saudara memikirkan satu hal – tentang mati dalam suatu cara untuk sahabat-sahabat saudara. Tetapi ada ribuan cara memberikan nyawa saudara untuk sahabat-sahabat saudara. Ini adalah masalah memberikan nyawa kita sepanjang waktu – bukan hanya tindakan besar mati untuk sahabat-sahabat kita, tetapi setiap hari memberikan nyawa kita, membiarkan sesuatu dari diri kita pergi, melepaskan beberapa kepentingan pribadi dan hanya mengatakan: ‘Itu tidak bermasalah – ini adalah untuk sahabat-ku. Itu tidak terlalu penting – ini adalah untuk sahabat-ku.’ Persahabatan membuat segala sesuatu lainnya menjadi tidak penting. Jika memang ada persahabatan yang sejati, kita tidak tinggal diam untuk mengatakan: ‘Nah, sekarang, haruskah aku melakukan itu? Apakah aku benar-benar diwajibkan untuk melakukan itu? Tidak bisakah aku keluar dari situ dengan beberapa cara? Sungguh, apakah ada salahnya aku melakukan ini?’

Saudara tahu, itulah sikap banyak orang Kristen. ‘Mengapa aku tidak boleh melakukan ini? Apakah ada salahnya? Banyak orang lain melakukannya jadi mengapa aku tidak melakukannya? Aku bahkan mengenal orang Kristen yang melakukannya. Haruskah aku benar-benar tidak melakukan ini?’ Seandainya Yesus telah mengambil sikap itu! Tidak, persahabatan menyingkirkan segala hal semacam itu dan tidak pernah berbicara tentang ‘Haruskah aku?’ ‘Apakah tidak ada cara lain?’ Ini adalah memberikan nyawa untuk seorang sahabat.

Jadi saya katakan bahwa ada banyak cara untuk memberikan nyawa kita. Apa itu memberikan nyawa kita? Ini hanyalah berpegang pada bahwa tidak ada yang terlalu berharga atau penting untuk dirahasiakan dari sahabat kita. Tidak peduli berapa biayanya, atau betapa menyakitkannya itu – persahabatan menjadikannya mungkin.

Kita memiliki ilustrasi yang besar di dalam Alkitab. Hanya ada satu laki-laki di seluruh Alkitab yang disebut sahabat Allah: “Abraham … sahabat Allah” (Yakobus 2:23). Sungguh suatu hal yang luar biasa yang dapat dikatakan tentang seorang laki-laki – “Abraham, sahabat-Ku,” firman Allah (Yesaya 41:8). Ini adalah Allah yang berbicara tentang seorang manusia, dan Ia berkata “Sahabat-Ku!” Bagaimana Allah bisa menyebut Abraham sebagai sahabatnya? Apa yang membuat Abraham menjadi sahabat Allah? “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi … dan persembahkanlah dia” (Kejadian 22:2). Apa yang Abraham katakan? ‘Engkau telah meminta terlalu banyak. Ishak terlalu berharga. Ia adalah segalanya bagiku. Oh, tidak, aku tidak bisa mempersembahkan dia?’ Tidak, Abraham tidak berbicara seperti itu. Saya pikir ini sangatlah indah ketika dikatakan: “Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu” (Kejadian 22:3). Saya berani menyarankan kepada saudara bahwa jika saudara dihadapkan dengan hal itu, saudara tidak akan bangun pagi-pagi sekali! Saudara akan tinggal di tempat tidur selama yang saudara bisa dan menundanya selama mungkin. Tetapi dikatakan: “Abraham bangun pagi-pagi sekali.” Apa yang akan ia lakukan? Ia sedang akan masuk tepat ke dalam hati Allah dengan memberikan anak laki-lakinya yang tunggal itu, dan langsung masuk ke dalam persekutuan dengan kasih hati Allah. “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.” Karena itulah, Abraham adalah sahabat Allah. Ia telah masuk langsung ke dalam hati Allah dan tidak menganggap apa pun terlalu berharga untuk persahabatan dengan Allah.

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabat-nya,” dan dalam mempersembahkan Ishak, Abraham sesungguhnya benar-benar memberikan nyawanya. “Abraham, sahabat-Ku.” Itulah sifat persahabatan. Dan Yesus membuktikan persahabatan-Nya. Inilah buktinya – bahwa Ia telah memberikan nyawa-Nya.

Lalu kita melanjutkan dengan pertanyaan lain: Apa dasar dari persahabatan ini? Yesus tahu apa yang akan terjadi dalam waktu dekat, sebab itu sudah sangat dekat dengan hari ketika mereka semua akan meninggalkan dia, namun, mengetahui semua itu, Ia berkata: “Kamu adalah sahabat-Ku.” Pasti ada dasar yang lebih dari sekedar saat ini. Yesus memandang melampaui Salib, dan Ia melihat bahwa harinya akan datang ketika orang-orang ini akan berdiri kokoh di atas dasar Salib. Kita sekarang memiliki kisah lengkapnya. Oh, ya, tidak lama kemudian setelah ini, mereka melepaskan segala sesuatu di dunia ini untuk-Nya. Salib telah benar-benar masuk ke dalam hati mereka. Roh Salib telah benar-benar menguasai mereka dan mereka berdiri kokoh di atas dasar itu. Dan Yesus tahu bahwa akan seperti itu. Ia tahu apa yang akan terjadi dalam beberapa hari ke depan, tetapi Ia selalu berbicara kepada mereka tentang sesudahnya, bahwa kegagalan manusia bukanlah hal yang terakhir dan tidak akan menjadi akhir dari segalanya. Kepada Petrus yang malang dan gagal itu, Ia mengatakan ini: “Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu” (Lukas 22:32). ‘Kamu akan mengalami kejatuhan yang parah, tetapi itu tidak akan menjadi akhirnya. Kamu akan berbalik kembali dan kamu akan memiliki pelayanan yang hebat sesudahnya.’

Yesus selalu melihat melampaui Salib, dan Ia melihat bahwa orang-orang ini akan berdiri di atas dasar Salib. Salib berarti bahwa saudara tidak memegang apa pun untuk diri saudara sendiri, tetapi hanya untuk sahabat saudara, dan itu benar tentang orang-orang ini.

Tetapi Yesus juga melihat sesuatu yang lain. Ia tahu bahwa tidak lama lagi mereka akan menerima Roh Kudus dan bahwa mereka akan dipimpin oleh-Nya. Dan ketika Roh Kudus benar-benar menguasai saudara, saudara dapat dipercaya. Orang-orang ini tidak dapat dipercayai tanpa Roh Kudus, tetapi ketika Ia datang masuk, maka saudara dapat bergantung kepada mereka. Mereka tidak akan diatur oleh kepentingan pribadi, mereka juga tidak akan memiliki pertimbangan daging, tetapi mereka akan hidup menurut Roh dan bukan menurut daging. Dan Yesus berkata: ‘Atas dasar itu, kamu adalah sahabat-Ku, dan hari itu seolah-olah seperti sekarang. Kamu adalah sahabat-sahabat-Ku karena Aku tahu bahwa kalian sekalian akan berdiri di atas dasar Salib dan akan dipimpin oleh Roh Kudus.’

Saudara lihat, itulah dasar dari persahabatan. Jika kita hidup di atas dasar alami kita sendiri maka Tuhan tidak akan pernah dapat bergantung pada kita, tetapi jika Salib telah melakukan pekerjaannya yang mendalam di dalam hati kita, dan jika kita benar-benar diatur oleh Roh Kudus, Tuhan memiliki segala dasar yang Ia butuhkan untuk mempercayakan diri-Nya sendiri kepada kita, segalanya yang diperlukan bagi-Nya untuk mengatakan: “Kamu adalah sahabat-sahabat-Ku.”

Saya pikir ada satu hal yang Tuhan Yesus ketahui tentang sebelas orang-orang ini. Ya, mereka adalah orang-orang yang penuh dengan banyak kelemahan dan banyak kegagalan. Mereka sering mengatakan hal yang salah dan sering melakukan hal yang salah, tetapi Yesus tahu bahwa Ia memiliki hati mereka. Terlepas dari segalanya, Ia telah menangkap hati mereka. Mereka memiliki hati untuk Dia. Mereka mungkin telah membuat kesalahan, dan Ia tahu segalanya tentang itu, tetapi Ia tahu bahwa mereka telah memberikan hati mereka kepada-Nya. Mereka memiliki kasih bagi Tuhan, dan itu adalah dasar dari persahabatan-Nya. Ia berkata: ‘Apakah Aku benar-benar telah mendapatkan segenap hatimu? Aku tahu semuanya tentang kelemahan-mu dan kegagalanmu, tetapi, sungguh, apakah seluruh hatimu ada di pihak-Ku?’

Yudas tidak pernah memberikan hatinya kepada Tuhan. Ia memiliki hati untuk dirinya sendiri dan untuk keuntungan duniawi. Yesus tidak pernah bisa berkata kepadanya: ‘Kamu adalah sahabat-Ku,’ tetapi Ia memanggilnya “dia yang telah ditentukan untuk binasa” (Yohanes 17:12). Tetapi dengan yang sebelas orang ini, Ia cukup yakin di mana hati mereka berada. Ia bahkan melihat apa yang akan terjadi ketika Ia dihakimi dan disalibkan, tetapi Ia memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan dan di mana mereka harus bertemu dengan-Nya setelah itu. Ia tahu bahwa mereka akan berhasil melaluinya sebab mereka memiliki hati untuk-Nya. Saudara hanya perlu melihat orang-orang ini ketika Yesus telah disalibkan dan berada di dalam kuburan. Betapa sedihnya mereka! Itu seolah-olah mereka telah kehilangan segalanya dalam hidup, dan sesungguhnya, mereka telah kehilangan segalanya, hanya karena mereka telah memberikan segenap hati mereka kepada Tuhan Yesus. Itulah dasar dari persahabatan-Nya.

Jadi, dalam hal-hal inilah, bahwa Tuhan dapat mempercayai kita dan memberikan diri-Nya kepada kita. Inilah hubungan yang Tuhan Yesus inginkan lebih dari apa pun juga. Kerusakan dalam persahabatan begitu sering disebabkan oleh beberapa kepentingan alami yang muncul, beberapa pertanyaan tentang bagaimana hal itu akan mempengaruhi kita daripada bagaimana itu akan mempengaruhi-Nya.

Ini adalah sesuatu yang sangat menantang hati kita, dan ini adalah pelajaran yang harus kita semua pelajari. Saya harus mempelajarinya, dan berusaha melakukannya. Saudara harus mempelajarinya – bahwa hal terbesar dalam semua kehidupan adalah bagaimana perilaku kita mempengaruhi Tuhan Yesus; bagaimana penampilan kita di hadapan dunia mempengaruhi Tuhan Yesus; bagaimana perbedaan di antara kita mempengaruhi Tuhan Yesus. Ya, segala sesuatu, bagaimana hal itu mempengaruhi Tuhan Yesus. Saudara tahu, itulah inti dari persahabatan. Persahabatan sejati selalu diatur oleh ini: ‘Aku tidak akan melakukan apa pun untuk menyakiti sahabat-ku. Itu adalah hal terakhir yang ingin aku lakukan!’, dan Yesus ingin menempatkan hidup kita di atas dasar itu. Ia tidak akan pernah melakukan apa pun untuk menyakitkan kita, tapi betapa banyaknya kita menyakiti Dia! Kita harus membawa segalanya ke palang penilaian persahabatan.

Karakteristik terbesar dari persahabatan adalah kesetiaan. Saya tidak berpikir ada kebajikan yang lebih besar atau lebih agung dari pada kesetiaan. Saudara mungkin tidak selalu memahami sahabat terbaik saudara; ia terkadang melakukan hal-hal yang tidak dapat saudara pahami, hal-hal yang pada saat ini tidak membuat saudara senang, tetapi jika itu adalah persahabatan, saudara setia kepada sahabat saudara, baik saudara memahaminya atau tidak. Saudara tidak akan mengkhianati sahabat saudara atau membicarakannya yang merugikannya, atau melakukan apa pun yang akan melukainya. Saudara akan selalu setia. Kesetiaan adalah inti dari persahabatan dan itu adalah sikap dari Tuhan Yesus.

Tetapi Tuhan ingin menempatkan murid-murid-Nya atas dasar yang sama. Ia ingin roh dan sifat persahabatan ini untuk ada di antara milik-Nya. Ia ingin mereka untuk memiliki roh yang sama seperti yang ada di dalam diri-Nya dan untuk menjadi sahabat dengan satu sama lain. Kita mungkin berkata: ‘Ya, ia adalah sesama orang Kristen.’ Sebagai orang Kristen, kita mungkin berbicara tentang satu sama lain sebagai saudara dan saudari kita, tetapi saya telah mengatakan ada sesuatu yang lebih dari itu, lebih dari sesama orang Kristen, lebih dari saudara dan saudari. Saya kira saya tidak boleh meletakkannya dalam dunia Kristen dan mengatakan lebih dari ayah dan ibu, tetapi artinya sama. Ada sesuatu yang ekstra itu – ‘Ia lebih dari kakak-ku, ia adalah sahabat-ku.’ ‘Ia lebih dari saudara perempuan-ku, ia adalah sahabat-ku.’ Oh, semoga Tuhan bisa mendapatkan hubungan seperti itu!

Semoga Ia menuliskan kata-kata ini dalam-dalam di hati kita dan mengirim kita kembali ke tempat-tempat di mana kita berjalan dengan sepenuh hati untuk-Nya! Tidak ada yang menahan, melainkan komitmen penuh kepada-Nya, bahwa Ia memiliki kita seluruhnya, dan oleh kasih karunia-Nya kita tidak akan pernah melakukan apa pun yang akan menyakiti Dia. Kita akan selalu menanyakan pertanyaan tentang segala sesuatu: ‘Bagaimana ini akan mempengaruhi Tuhan-ku?’ Saudara lihat, persahabatan memiliki dua sisi. Ini tidak sepihak. Ini bukanlah persahabatan ketika saya melakukan segala keramahannya dan saudara tidak melakukannya. Tidak, ini memiliki dua sisi. Kita harus menjadi kepada-Nya, siapa Dia kepada kita, dan kita harus menjadi kepada satu sama lain, siapa Dia kepada kita.

Sekarang, ini akan menjadi hal yang sangat sulit, tapi ingatlah Salib dan Roh Kudus. Mereka adalah dua kekuatan besar yang memungkinkan hal ini. Salib bukan hanya penyaliban Kristus bertahun-tahun yang lalu: ini adalah kekuatan yang luar biasa dalam hidup setiap hari. Roh Kudus bukanlah seseorang yang datang pada hari Pentakosta bertahun-tahun yang lalu. Ia ada di sini hari ini dan dapat berada di dalam kita, dan jika Ia benar-benar memiliki kendali atas hidup kita, satu hal yang paling menjadi perhatian kita adalah ‘Bagaimana hidup-ku mempengaruhi Tuhan Yesus?’

Bawalah pesan itu bersama saudara, dan berusahalah untuk menjalaninya di semua hari di hadapan kita.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.