Austin-Sparks.net

Dipenuhi Sampai Sesuai Dengan Kepenuhan Allah

oleh T. Austin-Sparks

Bab 12 – Dasar Atas Apa Kepenuhan Kristus Dimasuki

Dalam meditasi kita, kita akan datang ke kitab Yosua, dan melihat di sana diilustrasikan dan ditetapkan dalam bentuk yang khas – unsur-unsur yang ada di dalam surat kepada jemaat di Efesus.

Yosua dan Kerohanian

Meskipun ada dua bagian kecil dalam kitab Yosua, seperti persiapan di awal dan perpisahan di bagian akhir, kita dapat mengatakan bahwa kitab Yosua ada dalam dua bagian utama. Mereka adalah (1) penaklukan negeri, dan (2) warisan di negeri. Kedua bagian ini diatur oleh satu ciri. Mereka diatur dan dicirikan oleh apa yang kita sebut ciri Imamat; yaitu, suku Lewi terlihat memiliki tempat keunggulan dan kepentingan yang sangat besar di kedua bagian ini.

Di bagian pertama, mereka tidak begitu sering disebutkan seperti pada bagian kedua, tetapi tempat mereka tidak diragukan lagi adalah salah satu yang sangat penting dan signifikan. Sedangkan di bagian awal Perjanjian Lama, perbedaan lebih sering daripada tidak, secara jelas ditarik antara para imam dan suku Lewi, dalam kitab Yosua keduanya tampak bergabung; sepertinya ada hubungan bersama. Dan di pasal-pasal awal di mana suku Lewi disebutkan, hal itu diletakkan dengan cara ini, “Para imam, suku Lewi”, seolah-olah mereka adalah satu. Itu memberi suku Lewi tempat yang sangat penting. Para imam, tentu saja, di kitab-kitab sebelumnya ada di hadapan suku Lewi. Pelayanan imamat dalam perkembangan penuhnya, sebagaimana yang diwakili oleh anak-anak Harun, adalah hal tertinggi secara rohani dan mengangkat ke posisi yang sangat tinggi. Suku Lewi dalam urutan itu datang sesudahnya. Dalam kitab Yosua perbedaan itu tidak ditandai sama sekali; suku Lewi dan para imam tampaknya satu dan dibicarakan sebagai satu: “Para imam, suku Lewi”. Kita akan melihat apa arti pentingnya itu; itu benar-benar terletak di akar seluruh meditasi kita. Jika suku Lewi tidak begitu sering disebutkan di bagian pertama kitab ini seperti di bagian kedua, ini bukanlah jumlah referensi-referensi yang memberi mereka kepentingan mereka, ini adalah posisi yang mereka pegang.

Suku Lewi mengangkat Tabut melalui Sungai Yordan dan ke dalam negeri dan diberikan posisi yang sangat penting itu sebagai yang bertanggung jawab atas apa yang mewakili seluruh Kesaksian Tuhan. Sehubungan dengan Tabut itu, pada Kesaksian itu, semua hal lainnya diperintahkan. Segala sesuatu yang mengikuti, dalam hidup, dalam pelayanan, dalam penaklukan, terikat dengan dengan Tabut itu yang dipercayakan pada pundak suku Lewi. Hanya ada sedikit tempat dan fungsi yang lebih penting dari itu; untuk mengenali tanggung jawab untuk Kesaksian Tuhan dalam kaitannya dengan setiap hal lainnya yang ditemukan.

Referensi pertama ini ada di pasal 3 ayat 3-4: “dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: “Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian Tuhan, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya – hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya – maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu.”

Mari kita dapatkan impor langsung dari itu sebelum meneruskan ke makna yang lebih besar dalam sisa kitab ini.

Suku Lewi yang mengangkat Tabut Kesaksian berada dalam posisi yang maju, posisi yang sangat berbeda. Ini seolah-olah mereka digambarkan dengan jelas dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mereka tidak tercampur, bingung, terlibat, tetapi di sana mereka, dengan Kesaksian, dalam cara yang sangat berbeda dan pasti sehingga semua dapat melihat dan jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya itu harus dipertahankan. Tujuannya adalah: “… supaya kamu mengetahui jalannya.” Ini adalah kekhasan, kejelasan mengenai kesaksian, sehingga tidak ada pendekatan dekat dari manusia sebagai manusia terhadapnya. Artinya, tidak ada hubungan pribadi dengan kesaksian dalam arti yang alami. Saudara akan sekaligus memahami ciri rohani dan sorgawi yang diperkenalkan segeranya ada gerakan maju ini ke dalam kepenuhan akhir dari warisan. Kemajuan ini ditandai dari awal oleh kekhasan ini, yang sifatnya adalah bahwa manusia secara alami tidak berhubungan dengan hal ini (tidak hanya dalam daging jahat, tetapi manusia alami secara alami). Ini adalah sesuatu yang pada hakekatnya adalah yang lain dari manusia, dan harus disimpan di tempat yang jelas itu; sebab segera jarak itu dikurangi, akan ada kebingungan tentang jalannya.

Cara terbaik untuk memahami itu adalah untuk membawanya ke dalam pengalaman, dan tidak sulit untuk melihat bahwa ketika kesaksian yang murni dan benar dari Tuhan menemukan bahkan laki-laki dan perempuan-perempuan Kristen terlalu dekat dengannya, terlalu terkait erat dengannya, kekhasannya hilang dan tak lama kemudian ada suatu ukuran kebingungan dan kehilangan jalannya. Itu tidak berarti di sini bahwa manusia yang tidak dilahirkan kembali memegangnya, atau bahwa ada sesuatu yang sangat duniawi atau kedagingan; tetapi manusia memiliki cara untuk hanya membiarkan kepentingan alaminya, ambisi alaminya, antusiasme alaminya untuk hal-hal Allah, untuk datang dan menimpa pada hal-hal rohani tersebut. Ia membiarkan pikirannya dan akal budinya datang melanggar pada hal-hal dari Allah; tidak selalu pikiran jahat, tetapi hanya pikiran alaminya yang memegang hal-hal Allah. Keinginannya (tidak selalu, sekali lagi, niat yang jahat) mulai merajalela; ia ingin pekerjaan Allah untuk berjalan seperti ini, ia ingin kepentingan Tuhan untuk mengambil jalan ini, ia ingin hal-hal Tuhan untuk berkembang dengan cara ini dan itu.

Dan sehingga manusia – manusia yang telah diselamatkan, yang telah ditahbiskan, manusia yang telah memberikan dirinya kepada Allah namun masih memiliki akal budinya sendiri, dan kehendaknya sendiri, dan ide-idenya sendiri, dan perasaannya sendiri tentang berbagai hal – membawa hal-hal itu untuk menanggung pada Kesaksian Tuhan. Dan kapan pun itu terjadi, Kesaksian itu kehilangan definisinya dan tak lama kemudian ada suatu ukuran kebingungan dan kehilangan jalannya, dan kita menemukan bahwa hal-hal telah mengambil jalan yang salah. Mereka telah dipengaruhi keluar dari jalan itu oleh daging itu, hidup alami itu. Itu telah terjadi berulang kali di sepanjang jalan melalui kisah tentang hal-hal Tuhan. Jadi Tuhan berkata dengan sangat pastinya di awal kehidupan sorgawi: Berdiri mundur dari sana. Artinya, “Jangan membawa hal-hal-mu untuk menanggung atas hal-hal-Ku; Hal-hal-Ku adalah rohani dan sorgawi, dan manusia duniawi tidak memiliki sentuhan dengan hal-hal ini, dan jika engkau membawa diri-mu masuk dalam cara apa pun – bahkan dengan motif yang terbaik – untuk menanggung atas ini, tidak akan lama sebelum akan ada perjalanan keluar dari jalan yang lurus dan kehilangan kekhasan dan akan ada kebingungan.”

Ini adalah hukum kemajuan langsung yang sangat baik menuju kepenuhan Kristus. Kita mengetahuinya dalam pengalaman, tetapi marilah kita selalu mengingatnya dalam praktek.

Jadi suku Lewi di sini melambangkan kekhasan Kesaksian sebagai sesuatu hal yang sorgawi, rohani, yang dengannya tidak boleh ada hubungan manusia secara alami, meskipun itu adalah manusia yang ditahbiskan. Referensi berikutnya kepada suku Lewi di bagian pertama ada di pasal 8 ayat 33, tetapi itu hanyalah pemikiran yang sama dalam hubungan yang lain dan kita tidak akan menetap dengan itu.

Bagian kedua dari kitab ini membawa banyak sekali referensi-referensi kepada suku Lewi. Saudara akan menemukan dua di pasal 14, ayat 3 dan 4; kemudian di pasal 18 ayat 7; kemudian ada sembilan referensi dalam pasal 21, ayat 1, 3, 4, 8, 20, 27, 34, 40 dan 41. Referensi-referensi ini untuk suku Lewi dalam pasal-pasal terakhir dari kitab ini dibagi menjadi dua hal. Sungguh, mereka adalah satu, tetapi mereka memiliki dua aspek.

Di satu sisi, mereka mengacu pada fakta bahwa suku Lewi tidak memiliki warisan; yaitu, bahwa suku Lewi tidak boleh diberikan, seperti suku-suku lainnya, sebuah bagian dari negeri itu. Wilayah negeri itu tidak akan dibagi sehingga suku Lewi mewarisi dalam cara yang sama seperti yang lainnya. Saudara akan memiliki milik pusaka Zebulun, milik pusaka Yehuda, milik pusaka Simeon, milik pusaka Benyamin; tetapi saudara tidak akan pernah memiliki milik pusaka Lewi. Tuhan membuatnya menjadi sangat jelas, oleh banyak deklarasi, bahwa suku Lewi tidak akan mewarisi dengan cara yang sama seperti yang lainnya.

Kemudian, di sisi lain, referensi-referensi ini memiliki kaitannya dengan kota-kota suku Lewi; bahwa akan ada kota-kota dan daerah-daerah pinggiran-nya yang ditunjukkan untuk suku Lewi. Kota-kota ini tersebar di semua suku-suku, dan ada empat puluh delapan jumlahnya.

Kedua hal ini penuh dengan instruksi yang sangat penting dan sangat berharga. Kita harus kembali untuk mengingatkan diri kita tentang makna sebenarnya dari suku Lewi. Siapa dan apakah suku Lewi itu? Dalam urutan itu, yang merupakan suatu urutan dalam jenis, pikiran Allah tidak pernah bahwa suku Lewi harus menjadi sebuah kelas yang berbeda. Kita tahu dari kitab Keluaran dan kitab Bilangan bahwa suku Lewi mengambil tempat anak sulung di seluruh keluarga Israel. Seluruh keluarga Israel awalnya diwakili oleh anak sulung mereka, terkumpulkan di dalam anak sulung (marilah kita perhatikan kelengkapan dari itu, kedekatan hubungan itu, yang merupakan sesuatu yang korporat – bukan suatu perkumpulan tetapi suatu tubuh) dan anak sulung diberikan kepada Allah, artinya bahwa seluruh keluarga adalah keluarga Allah yang termasuk dalam dan diwakili oleh anak sulung.

Seluruh Israel menjadi anak sulung laki-laki Allah seperti yang diwakili di dalam anak sulung dari setiap keluarga. Begitulah cara Tuhan berbicara tentang Israel dalam mengirimkan tuntutan-Nya kepada Firaun: “Beginilah Firman Tuhan … biarkanlah umat-Ku pergi.” “Israel adalah anak-Ku; anak sulung-Ku”; “Aku akan membunuh anak laki-lakimu, anak sulung-mu.” Anak laki-laki itu akan muncul di hadapan Allah, dan sebagaimana mereka muncul di hadapan Allah, Allah melihat di dalam mereka setiap anggota keluarga lainnya, sehingga seluruh umat Israel ada di sana di dalam anak sulung di mata Allah. Ketika anak sulung menjadi begitu banyak, keluarga begitu banyak, Tuhan menetapkan suatu jalan yang mengarah pada penunjukkan anak-anak suku Lewi untuk menggantikan anak sulung di seluruh Israel. Sehingga anak-anak suku Lewi menjadi, pada dasarnya di hadapan Tuhan, anak sulung dari seluruh Israel. Oleh karena itu, di dalam anak-anak Lewi dan suku Lewi, semua yang dimaksudkan oleh memperanak-kan Israel diungkapkan dan diwakili. Memperanak-kan diwujudkan dalam suku Lewi.

Dalam surat kepada orang Ibrani, pasal 12, ayat 23, kita diberitahu bahwa kita telah datang ke jemaat anak-anak sulung, yang namanya tercatat, atau terdaftar, di sorga. Sehingga suku Lewi dengan jelas mewakili seluruh jemaat sebagai suatu hal yang sorgawi. Keanakan adalah hal sorgawi. Saudara hanya perlu membaca lebih lanjut untuk mendapatkan itu sampai ke dalam hati. Tuhan Yesus sebagai Anak selalu terhubung dengan sorga; Ia datang dari sorga, dan ada di sorga bahkan ketika Ia ada di sini. Ada posisi yang tidak terputus, dan persekutuan dengan sorga dalam Keanakan. Di mana pun Anak itu berada, sorga ada di sana, dan itu adalah sorga. Sehingga suku Lewi menjadikan seluruh Israel sebagai umat sorgawi, umat rohani; itu adalah kebenaran sentral tentang suku Lewi.

Ketika saudara membawa itu melalui ke dalam hubungan dengan kedua hal ini yang telah kita perhatikan tentang suku Lewi, maka saudara sedang mulai untuk mengerti mengapa mereka tidak memiliki warisan dan mengapa ada kota-kota ini.

Mengapa tidak ada warisan? Hanya karena mereka tidak terpisah dari Israel untuk memiliki wilayah yang terpisah. Mereka adalah Israel. Untuk menempatkan suku Lewi di wilayahnya sendiri akan menjadikannya sesuatu yang terpisah dari Israel, dan akan melanggar prinsip itu sendiri bahwa mereka ada untuk mempertahankan. Suku Lewi bukanlah sebuah kelas. Pada zaman kita, para pelayan yang memiliki suara tertentu, dan kerah-kerah tertentu, bukanlah suku Lewi. Semua orang kudus adalah suku Lewi; suku Lewi bukanlah suatu kelas yang terpisah. Jangan sampai, dengan penekanan terus-menerus, apa pun yang dapat membuat suku Lewi sesuatu dalam diri mereka sendiri, dan berkata: “Apa mereka itu, semua umat-Ku juga: rohani dan sorgawi.”

Mengapa ada kota-kota Lewi dengan pinggiran kota mereka? Kita akan menjelaskan itu dalam sekejap, tetapi pertama-tama, kita akan mengatakan bahwa seluruh warisan dari semua suku adalah Kristus. Seluruh negeri mewakili Kristus. Mewarisi negeri hanyalah mewarisi (atau, seperti yang Paulus katakan, mendapatkan) Kristus. Apa yang dikatakan suku Lewi tentang seluruh warisan, sebagai yang tidak terpisah darinya dan diberi sesuatu dari mereka sendiri yang membagi mereka sebagai suatu suku? Mereka mengatakan ini – dan hal yang sangat penting – bahwa bahkan Kristus harus ditangkap secara rohani; bahwa bahkan Kristus harus dikenal dengan cara yang sorgawi. Ada pengenalan Kristus menurut daging. Mungkin ada pengetahuan sejarah tentang Kristus. Bisa ada kedatangan untuk bersukacita dalam warisan dengan cara daging. Dan itu adalah bahaya Israel sepanjang waktu di negeri, bahwa mereka harus merebut negeri, dan mengambil bagian mereka, dan memilikinya pada tingkat kehidupan alami mereka sendiri untuk kepuasan dan kesenangan alami mereka sendiri, dan gagal untuk memegangnya untuk Allah. Itulah tepatnya apa yang dikeluarkan dalam tragedi Kitab Hakim-Hakim. Empat ratus tahun rasa malu, tragedi, untuk sebagian besarnya, adalah karena umat menganggap warisan dalam cara yang pribadi dan egois, dan sikap mereka terhadap hal itu adalah ini: Yah, kita sudah mendapat begitu banyak, kita telah memiliki sebanyak ini; masih ada musuh, masih ada kesulitan, masih ada pertempuran; tetapi kita bisa puas dengan ini; yang lainnya terlalu mahal, dan terlalu sulit; kita sudah memiliki cukup untuk melanjutkan. Dan jadi mereka tidak membersihkan seluruh wilayah itu. Itu adalah kepentingan pribadi yang mengatur mereka. Hasilnya adalah bahwa mereka meninggalkan musuh-musuh itu, dan Nama Allah dihina. Jika mereka telah mengambil sikap: Berapa banyak yang Tuhan tuntut? Tidak hanya: Dengan apa kita akan menjadi puas? Maka kitab Hakim-Hakim sebagaimana tertulis, tidak akan pernah ditulis. Berbicara di zaman Perjanjian Baru, mereka menerapkan Kristus secara alami; mereka memegang Kristus menurut pikiran mereka sendiri. Suku Lewi ada di sana dengan tujuan utama untuk mengatakan di tempat pertama: Sekarang warisan harus ditangkap secara rohani dan dengan cara yang sorgawi, dan saudara tidak boleh turun ke hal-hal Kristus di dalam yang alami.

Jangan menganggap semua ini sebagai begitu banyak teknik. Kita memberontak melawan mengatakan hal-hal demi pengajaran saja. Apakah saudara mengenalinya atau tidak, kita mengatakan hal-hal yang tepat di jantung kepentingan Tuhan. Pentingnya dari pengakuan kita akan hal-hal ini tidak dapat diperkirakan, jika kita memiliki tanggung jawab apa pun dalam hal-hal Tuhan; dan kita mempunyai tanggung jawab ini! Kita hanya bisa sampai pada akhir Allah, mencapai tujuan Allah, meneruskan pemikiran kekal Allah, sejauh mana hidup kita adalah kehidupan rohani dan sorgawi, dan seperti dalam cara rohani dan sorgawi kita menangkap Kristus. Ini adalah satu hal bagi kita untuk mengambil buku ini dan membacanya dengan pembacaan Alkitab, di mana kita dapat melacak Kristus dan memberikan pembacaan tentang Kristus yang berurutan, teratur, terorganisasi di dalam Kitab Suci; dan melihat Kristus di Kejadian, dan Kristus di Keluaran, dan Kristus di Imamat, dan Kristus di Bilangan; ini adalah hal yang cukup lain untuk sampai ke belakang semua itu dan memiliki wahyu rohani tentang Kristus. Ini mungkin kebenaran yang menarik, bahkan mungkin menakjubkan, tetapi ada beberapa pertanyaan yang tetap ada di akhir semua itu, yang menantang sebuah jawaban. Berapa banyak dari semua itu telah membawa peningkatan Kristus di dalam kita? Berapa banyak lagi dari kepenuhan Kristus sebagai kenyataan rohani di dalam hidup kita yang dihasilkan dari itu?

Pembacaan Alkitab tentang Kristus mungkin menarik dan mengasyik-kan; tetapi mereka mungkin gagal dalam pembesaran rohani Kristus yang nyata di dalam kita – itu hanya mungkin saat Roh Kudus datang dengan cara yang menguatkan dan membawa kita ke dalam posisi rohani yang baru sebagai hasil dari semua itu. Pertemuan, konferensi, konvensi, semua hal ini mungkin baik dan namun mereka mungkin hanya memiliki lebih banyak pengetahuan tentang dan bukan dari Tuhan. Mereka mungkin menjadi sesuatu yang membawa kepada kita informasi dan apa yang tampaknya seperti inspirasi, tetapi mereka mungkin gagal mencapai titik itu: “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan.” Itu adalah hal yang rohani.

Ini tidak dimaksudkan untuk menjadi sebuah kritik atau penilaian, tetapi diskriminasi. Jika meditasi kita tidak menghasilkan beberapa pembesaran rohani, itu telah gagal. Semua yang muncul dari fakta bahwa suku Lewi ada di sana, bukan sebagai sebuah bagian, tetapi untuk membuat semua orang tahu bahwa penduduk-kan warisan itu sendiri harus merupakan hal yang rohani dan bukan hal yang alami, bahkan pada bagian dari umat Allah.

Sekarang berbalik pada empat puluh delapan kota Lewi yang diberikan kepada suku Lewi. Apa yang mereka bicarakan? Mereka berbicara tentang apa yang baru saja kita katakan, yang dapat dikatakan dengan cara lain. Mereka bukan, dalam arti yang sama, sebuah warisan. Mereka adalah bagian untuk suku Lewi; mereka diberikan kepada suku Lewi yang tersebar di seluruh negeri. Mereka harus memberikan suatu kekhasan kepada fakta bahwa suku Lewi ada di sana, untuk menjaga unsur Lewi di tempat yang sangat jelas. Tetapi mereka berbicara terutamanya tentang pengaruh rohani dan sorgawi yang menonjol di antara semua orang. Fakta bahwa suku Lewi memiliki kota-kota di seluruh negeri dimaksudkan untuk mengatakan: “Sekarang, ingatlah bahwa engkau adalah umat sorgawi; jangan pernah lupa bahwa engkau adalah umat rohani. Jangan pernah menetap di bumi ini seolah-olah engkau adalah miliknya. Jangan pernah menyeret milik sorgawi engkau hanya untuk tujuan pribadi dan kedagingan. Jangan membuat jemaat menjadi sesuatu yang terkait dengan dunia ini. Ingatlah selalu bahwa engkau adalah milik sorga, dan bahwa sifat hakiki engkau adalah rohani, sebagai umat Allah.” Paulus akan berbicara tentang hal itu dengan cara ini: “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat.” Suku Lewi ada di sana untuk menjaga hal itu tetap dalam ingatan. “Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang.” Ini bukan, bagaimanapun juga, rumah kita; rumah kita adalah sorga dan semua kepentingan kita adalah sorgawi, semua hubungan kita adalah rohani, semua kehidupan kita adalah kehidupan rohani. Itu harus diakui oleh masing-masing orang percaya, tetapi nilai penuhnya berhubungan dengan jemaat. Jemaat bukanlah sebuah organisasi di bumi ini, yang diproduksi oleh manusia; jemaat adalah Tubuh yang sorgawi dan rohani.

Kota-kota selalu, di dalam Firman Allah, mewakili pengaruh. Mereka adalah pusat pengaruh. Ke empat puluh delapan kota ini, yang tersebar di seluruh negeri, dimaksudkan untuk menjadi pengaruh sorgawi di antara orang-orang kudus; tempat-tempat itu yang mempengaruhi orang-orang kudus dengan cara yang sorgawi, memberikan karakter sorgawi dan rohani kepada umat Allah. Apa kota-kota suku Lewi harus menjadi bagi Israel, majelis-majelis Kristus di sini di bumi ini harus menjadi. Mereka memiliki setiap waktu untuk menjadi pusat pengaruh sorgawi dan rohani di antara umat Tuhan. Itu adalah kesaksian yang dipelihara oleh kota-kota Lewi; Kesaksian sorgawi, kesaksian rohani. Angka 48 mungkin memiliki beberapa arti. Ini adalah dua belas kali empat, dan itu mungkin berbicara tentang universalitas dan dominasi. Dua belas adalah angka pemerintahan; empat adalah angka ciptaan. Pemerintahan segala sesuatu harus menjadi rohani dan sorgawi.

Dalam kitab Bilangan, suku Lewi dirujuk sangat banyak, tetapi selalu dalam kaitannya dengan pelayanan mereka, pelayanan yang teratur mereka. Dalam kitab Yosua, mereka dirujuk cukup banyak, tetapi tidak dalam kaitannya dengan pelayanan mereka. Pelayanan yang teratur dari suku Lewi tidak muncul dalam kitab Yosua, tetapi apa yang dihubungkan dengan suku Lewi dalam kitab Yosua adalah kehadiran mereka; bukan pekerjaan khusus mereka, tetapi fakta kehadiran mereka, dan itu membawa makna-nya sendiri: kehadiran dari apa yang selalu memberi kesaksian kepada sifat sorgawi dan rohani umat Allah. Kita tidak bisa tidak merasakan bahwa itu datang ke jantung dari semua masalah di jemaat-jemaat di Asia. Surat kepada jemaat di Efesus adalah surat edaran untuk ketujuh jemaat di Asia. Hal yang sama berlaku dalam hubungannya dengan Kolose. Di sana, saudara memiliki pemikiran Allah tentang jemaat. Tujuh adalah jumlah kesempurnaan rohani. Tujuh jemaat di Asia mewakili seluruh jemaat. Kelengkapan ada di dalam tujuh jemaat, dan pemikiran Allah untuk jemaat yang lengkap disajikan dalam surat kepada jemaat di Efesus. Pemikirannya adalah bahwa itu rohani dan sorgawi. Ketika saudara membaca Wahyu: “Yohanes kepada ketujuh jemaat …” penjelasan dari semua masalah yang ditemukan di sana adalah bahwa mereka kehilangan apa yang ada dalam surat Efesus; yaitu, posisi dan karakter sorgawi dan rohani. Mereka turun ke bumi. Pertengkaran Tuhan dengan mereka, dalam satu cara dan cara lainnya, ada pada satu titik: hilangnya kesorgawian dan kerohanian. Di satu tempat, itu ditunjukkan oleh hal-hal tertentu, di tempat lain, itu ditunjukkan oleh hal-hal lain; tetapi apa pun ciri-cirinya, hal yang dipertanyakan adalah sama: Engkau telah turun dari posisi awal-mu, engkau telah kehilangan pikiran-Ku.

Jemaat bukanlah hal yang duniawi; ini adalah hal yang sorgawi. Jemaat bukanlah sesuatu yang dibuat dan dijalankan oleh manusia; jemaat adalah hal yang sorgawi yang dijalankan oleh Roh Kudus. Ini adalah kehadiran apa yang sorgawi yang menjadikan umat Tuhan sebagai jemaat-Nya. Kehadiran suku Lewi di Yosua selalu mewakili bahwa umat adalah umat sorgawi dan rohani; yaitu, mereka memberi karakter kepada keluarga. Dan jadi, di sepanjang waktu, ini adalah sebuah keluarga yang rohani, sorgawi.

Berbicara tentang ide kota, saudara tahu dengan baik bahwa ketika saudara sampai ke ‘Yohanes’ dalam Wahyu, saudara hanya memiliki pengembangan penuh dari apa yang saudara miliki dalam Injil oleh Yohanes. Sangat menarik untuk mencatat ciri-ciri luar biasa dari semua tulisan-tulisan Yohanes. Mereka adalah apa yang rohani dan apa yang sorgawi. Sekarang di dalam Injil, saudara memiliki Anak di sorga, Anak sorgawi, yang datang turun; namun, setelah turun, masih tetap sorgawi di bumi. Kemudian saudara meneruskan ke akhir, dan di pasal 17, saudara memiliki jemaat dalam inti yang dibicarakan dalam istilah yang persis sama seperti Anak yang dibicarakan: “Aku bukan dari dunia”; “Mereka bukan dari dunia.” Jemaat dalam intinya adalah sorgawi dan rohani, sama seperti Kepala-nya, Kristus.

Sekarang saudara meneruskan dari Injil ke Kiamat, dan saudara memiliki itu dibawa ke kepenuhan dan kelengkapan di kota di sorga yang datang turun; itu sorgawi; menunjukkan apa jemaat itu. Dan kemudian saudara menemukan bahwa dalam sosok kota itu yang datang turun dari langit saudara memiliki ciri-ciri lain ini – universalitas dan kekuasaan rohani. Jemaat akan memerintah alam semesta secara rohani, dengan alasan sifat rohaninya. Dan jadi saudara menemukan bahwa dengan kota, saudara memiliki “dua belas” sangat sering disebutkan. Ini adalah pemerintahan, tetapi ini adalah pemerintahan rohani.

Mari kita berusaha untuk melihat betapa pentingnya dan bernilai-nya kerohanian, pemahaman rohani, untuk mengenal Kristus dengan cara yang rohani (bukan dalam cara mental semata-mata, atau dengan cara lain: tradisional atau bersejarah, atau kepercayaan, atau gerejawi). Itulah satu-satunya jalan menuju akhir Allah – kepenuhan.

Itu berlaku untuk orang percaya secara individu, tetapi itu juga berlaku untuk jemaat, Tubuh, yang ditakdirkan untuk menjadi kepenuhan dari-Nya yang memenuhi segala sesuatu. Tetapi itu tidak akan pernah mencapai itu di sepanjang garis sejarah dan tidak akan pernah mencapai itu di sepanjang garis tradisional dan tidak pernah di sepanjang garis gerejawi. Itu hanya akan mencapai itu di sepanjang garis rohani. Ini adalah kerohanian dan kesorgawian yang merupakan tanda kekhasan.

Kita harus berhati-hati bahwa semua kekhasan bersifat rohani, bukan karena kita memiliki pertengkaran dengan orang-orang tentang poin-poin (mudah untuk keluar dari orang lain dan menetapkan sesuatu yang terpisah dan berbicara tentang kekhasan; itu telah dilakukan seenak-enaknya). Pertanyaannya adalah: Berapa banyak lagi dari apa yang benar-benar hidup, rohani dan sorgawi yang diwakili oleh itu, daripada dengan apa yang tertinggal? Ini bukanlah sekedar masalah kepercayaan, atau ajaran, memecah rambut dalam interpretasi, mencium sesuatu yang mungkin tidak tampak otentik. Ini adalah ukuran kerohanian dan kesorgawian dengan cara yang hidup dan efektif, mendaftarkan sesuatu yang merupakan pembenaran untuk kekhasan. Kekhasan bukanlah sesuatu yang kita lakukan; ini adalah sesuatu yang kita miliki. Tuhan menyelamatkan kita dari segala sesuatu yang mekanis di jalan pemisahan, dan menunjukkan bahwa itu harus merupakan kesaksian rohani. Itu adalah satu-satunya pemisahan yang dibenarkan.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.