Austin-Sparks.net

Samuel dan Pertumbuhan Rohani

oleh T. Austin-Sparks

Bab 2 – Diri Tuhan Sendiri

“Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia … Samuel yang muda itu menjadi pelayan Tuhan di bawah pengawasan Eli … Kata Eli: “Apakah yang disampaikan-Nya kepadamu? Janganlah kau sembunyikan kepadaku … Dan Samuel makin besar dan Tuhan menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur. Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi Tuhan. Dan Tuhan selanjutnya menampak-kan diri di Silo, sebab Ia menyatakan diri di Silo kepada Samuel dengan perantaraan firman-Nya” (1 Samuel 2:26; 3:1, 17, 19-21).

Membedakan Suara Tuhan

Peristiwa pertama yang benar-benar kita baca tentang Samuel adalah tentang Tuhan yang berbicara kepadanya di malam hari, atau Tuhan memanggilnya di malam hari, dan kejadian itu sangat penting dan memiliki makna yang cukup jelas. Tuhan bisa saja berbicara kepada Eli dan membuat Eli mengajar Samuel; yaitu, Tuhan bisa saja mengambil jalan lain dari jalan yang Ia ambil pada malam itu. Ia memiliki tujuan yang sangat istimewa, tampaknya, dalam mengadopsi metode yang Ia lakukan, dalam memegang masalah itu pada Samuel, dan memegang Samuel pada diri-Nya sendiri, dan tampaknya bagi saya bahwa tujuan-nya adalah bahwa Samuel, sejak awal, harus belajar untuk mengenal suara Tuhan. Itu adalah hari di mana tidak ada suara Tuhan di antara manusia, tidak ada nabi yang berbicara untuk Tuhan. Eli jelas-jelas tidak berada dalam kondisi untuk berbicara untuk Tuhan. Pada hari ketika Tuhan bermaksud untuk bereaksi terhadap kondisi rohani yang buruk, suatu kondisi yang ditandai, seperti yang dikatakan oleh Firman, dengan, “tidak ada penglihatan terbuka” (1 Samuel 3:1 AV), tidak ada yang jelas-jelas dari Tuhan, pada saat itu Ia bersusah payah untuk mengajarkan alat yang akan Ia gunakan untuk mengenali suara-Nya. Mungkin telah ada suara-suara, tetapi bukan suara Tuhan yang pasti dan jelas. Itu adalah suatu waktu kebingungan dalam segala cara dan ketidak-jelasan, ketidak-tentuan. Eli dengan cepat menjadi buta, menandakan kondisi Israel tanpa sesuatu yang jelas dalam hubungannya dengan Tuhan, dan pada hari itu, Tuhan bersusah payah untuk mengajar Samuel untuk membedakan suara-Nya. Ia, dapat dikatakan, berusaha untuk menghasilkan di dalam diri Samuel suatu kemampuan ketajaman rohani, dan jadi Ia memanggil dan memanggil lagi, dan menolak untuk berputar ke jalan lain selain jalan langsung dan pribadi ini, dan memegangnya pada Samuel sehingga Samuel datang untuk mengenali ketika Tuhan sedang berbicara. Ia dapat, sejak saat itu, menanggapi bahwa ini adalah dari Tuhan.

Ini adalah masalah yang sangat penting dalam pertumbuhan rohani, bahwa harus ada di dalam diri kita kemampuan ketajaman rohani, dan ini ada di sana dengan kelahiran baru. Kemampuan rohani kita diperbaharui, dipercepat dalam kelahiran baru, tetapi hanya sedikit, bahkan dari umat Tuhan, yang telah melatih kemampuan itu. Seperti yang kita miliki dalam Ibrani 5:13 – “yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.” Oleh karena itu, orang-orang masih sebagian besarnya tidak pasti dan tidak tentu dalam kaitannya dengan tujuan Tuhan. Saya sekarang tidak sedang berbicara tentang perincian kehidupan sehari-hari, tetapi saya sedang berbicara tentang tujuan Allah, dan memang benar bahwa hanya ada sedikit orang yang jelas mengenai tujuan Allah, sebab pancaindera rohani mereka tidak dilatih untuk membedakan.

Jika Samuel adalah sebuah representasi dari pertumbuhan rohani yang sejati, asli, sederhana, ini adalah satu hal yang menjelaskan pertumbuhannya, bahwa ia telah belajar untuk mengenal suara Tuhan di saat kebingungan dan ketidak-tentuan. Kita hanya akan belajar dengan tinggal di tempat rahasia. Ini menuntut bahwa kita memiliki kehidupan dengan Tuhan di belakang layar, dan membawa bersama kita ke dalam kehidupan secara umum, tanda hidup di hadapan Tuhan itu, memiliki hidup kita di hadapan Tuhan, dan tidak, di tempat pertama, di hadapan manusia. Itu berarti bahwa siapa kita itu secara lahiriah dan di depan umum bukanlah siapa kita itu secara seluruhnya; ada sesuatu yang lebih dari itu di belakang kita. Dan ini adalah dalam kehidupan pribadi dengan Tuhan, sentuhan yang tenang dan gigih dengan Tuhan di tempat rahasia itu, bahwa kita belajar untuk membedakan apakah suara Tuhan itu sebagai yang berbeda dari suara-suara lainnya, dan bahwa di sana ada berkembang di dalam diri kita kemampuan itu untuk mengetahui bahwa ini adalah dari Tuhan. Bagaimana kita sampai pada hal itu tidak menjadi masalah pada saat ini, tetapi kita sungguh sampai di sana, di mana, entah bagaimana, anehnya, dengan cara yang tidak dapat dijelaskan, kita tahu ketika Tuhan sedang mengatakan sesuatu dan ketika itu bukanlah Tuhan yang sedang mengatakannya; dan itu penting untuk pertumbuhan rohani.

Ada tempat untuk persekutuan dalam masalah hal-hal Tuhan, untuk nasehat, untuk saran. Ada tempat di mana kita bisa mendapatkan keuntungan dan nilai dari pengalaman rohani orang lain, tetapi harus ada, di balik semua itu, kemampuan yang bertumbuh untuk membedakan dan untuk menguatkan apa yang dikatakan orang lain. Ada orang yang hidup sepenuhnya dengan meminta nasehat dan saran orang lain untuk memberi tahu mereka apa yang harus mereka lakukan. Seluruh hidup mereka adalah soal berlari ke sana sini bertanya kepada orang lain apa yang harus mereka lakukan. Ada tempat untuk nasehat rohani di mana ada pengalaman yang akan menyediakannya, tetapi itu tidak boleh seumur hidup. Kita harus memiliki sentuhan pribadi dengan Tuhan itu di mana kita memiliki permulaan dalam mengenal Tuhan untuk diri kita sendiri, dan di mana kemampuan untuk membedakan suara-Nya itu bertumbuh. Saudara akan menemukan semakin saudara berjalan terus bahwa orang-orang yang tidak memiliki ketajaman rohani adalah orang-orang dengan ukuran rohani yang kecil. Ketajaman adalah karakteristik dari pembesaran rohani.

Mendengar Firman Tuhan untuk Saatnya

Setelah sampai pada titik di mana dirasakan bahwa Tuhan sedang berbicara dan bahwa ini adalah suara Tuhan, maka ini adalah mungkin bagi Tuhan untuk memberikan Samuel firman untuk saat ini. “Ketahuilah, Aku akan melakukan sesuatu di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan bising kedua telinganya” (1 Samuel 3:11). Tuhan akan melakukan sesuatu, dan Ia memberikan Samuel firman untuk saat itu. Dan saudara akan setuju, saya yakin, bahwa kebutuhan besar bahkan pada zaman kita adalah untuk firman Tuhan yang tepat, firman mengenai apa yang akan dilakukan Tuhan dan apa yang akan Tuhan miliki.

Ini adalah hal yang penting untuk mengetahui apa tujuan Allah itu, dan siapa pun yang benar-benar memahami tujuan itu di dalam hati mereka sendiri adalah seseorang yang di atas rata-rata dan berada di tempat kebesaran rohani dari pada kebanyakan orang lain. Ini bukanlah sesuatu yang telah kita ambil, tetapi dengan perjalanan rahasia kita bersama Tuhan, kita tahu apa yang dikehendaki Tuhan, apa yang Ia tujukan, apa yang akan Ia miliki di antara umat-Nya, apa yang akan Ia lakukan. Jika kita memiliki itu, kita memiliki ketinggian rohani. Jadi, memiliki pancaindera yang terlatih, Tuhan dapat memberikan Samuel firman untuk saat ini.

Saudara perhatikan, pertama, suaranya; yaitu, mengetahui dan mampu membedakan suara Tuhan; kemudian firman Tuhan, tujuan Allah. Saudara tidak akan pernah mencapai tujuannya sampai saudara mengetahui suaranya. Saudara mungkin mendapatkannya secara mekanis, tetapi itu tidak akan bernilai banyak secara rohani. Eli berkata, “Apakah yang disampaikan-Nya kepadamu?” (3:17). Potonglah itu dari sebuah pertanyaan menjadi pernyataan: ‘Tuhan telah berfirman kepadamu.’ Ini adalah hal yang luar biasa bagi kita untuk dapat mengatakan, ‘Tuhan telah berfirman kepadaku.’ Saya pikir kita harus waspada terhadap orang-orang yang begitu yakin tentang pikiran Tuhan tentang segala hal-hal, dan selalu mengatakan kepada kita bahwa Tuhan telah berbicara kepada mereka. Tetapi mengenai tujuan nyata Allah dalam hubungannya dengan umat-Nya, dalam kaitannya dengan zaman, kita harus berada dalam kebaikan Tuhan yang telah berbicara kepada kita. Kita tahu apa yang dikehendaki Tuhan sebab Ia telah berbicara kepada kita di dalam hati kita.

Mengenal Diri Tuhan Sendiri

Jadi pertama-tama, suaranya, kemudian firman. Kemudian sesuatu yang lebih dari itu, diri Tuhan sendiri menampakkan diri-Nya kepada Samuel di Silo. Suara, firman, diri Tuhan sendiri. Samuel datang untuk memiliki pengetahuan pribadi tentang Tuhan, hubungan pribadi dengan Tuhan. Ya, firman termasuk di dalam itu. “Ia menyatakan diri di Silo kepada Samuel dengan perantaraan firman-Nya” (ayat 21). Ya, firman disertakan, suara disertakan, tetapi garis-bawahi ‘diri-Nya sendiri’ sekarang. Tuhan menampakkan diri-Nya sendiri. Ini adalah diri Tuhan sendirilah yang merupakan jantung sesungguhnya dari masalah ini. Itu terdengar sangat sederhana sebagai masalah pernyataan, tetapi itu memang mewakili sesuatu dari konsekuensi yang utama, tertinggi, bahwa kita sedang belajar mengenal diri Tuhan sendiri.

Ini adalah ujian apakah ini adalah suara Tuhan yang sedang kita dengar, dan apakah itu tujuan Tuhan yang kita pikir kita tahu. Ini adalah mungkin, dan tentu saja ini menjadi kenyataan dalam kasus banyak orang, bahwa mereka entah bagaimana memiliki pengetahuan tentang tujuan Allah. Misalnya, ada sebuah konferensi tentang tujuan kekal, dan setelah konferensi itu, saudara tahu apa tujuannya, dan saudara dapat mengatakan, aku tahu sekarang. Saudara dapat berbicara tentang tujuan kekal; saudara memiliki semua persyaratan-nya dan semua ide-idenya, tetapi ketika saudara menghadapi banyak orang Kristen dan para pemimpin orang Kristen yang mungkin belum melihat itu dan tidak tertarik pada hal itu dan melanjutkan dengan segala macam hal-hal lain untuk Tuhan, dan tampaknya diberkati, maka seluruh pertanyaan-nya muncul, “Aku bertanya-tanya apakah ini benar-benar begitu penting, setelah semuanya?” Jika ini adalah sebuah ajaran, sebuah doktrin, sebuah penafsiran kebenaran, kita berkata, “Orang-orang ini tampaknya dapat berlanjut dengan baik-baik saja tanpanya, mereka benar-benar tampaknya tidak kehilangan banyak dengan tidak memiliki ide ini …”. Saudara diuji oleh cobaan dan kesulitan, dan jika hal itu adalah sebuah teori, sebuah doktrin, sebuah ajaran, itu tidak ada nilainya bagi saudara. Itu tidak akan berarti apa-apa bagi saudara di hari kesulitan. Samuel harus melalui banyak hal-hal. Oh, sungguh suatu zaman di mana ia hidup! Hal-hal apa yang akan ia alami! Ia mungkin, kemudian, mempertanyakan suara itu. Apakah aku bermimpi, bermimpi buruk? Apakah aku berada di bawah beberapa tekanan pada malam itu yang menyebabkan aku untuk membayangkan dan mendengarkan hal-hal? Sungguh aneh bagaimana, di bawah tekanan yang luar biasa, saudara dapat mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang pada waktu tertentu adalah yang paling nyata bagi saudara. Saudara melihat ke belakang dan berkata, Pada saat itu, hal itu sangatlah nyata, tetapi aku bertanya-tanya apakah itu baik-baik saja? Hal-hal telah berubah!

Di situlah mengenal Tuhan adalah hal yang utama. Samuel diselamatkan pada hari percobaan, dari kesulitan, dari konflik dan apa yang tampaknya adalah sebuah kontradiksi, sebab itu adalah masalah pribadi antara dia dan Tuhan. Itu sama sekali bukan hal-hal; itu adalah diri Tuhan sendiri. Saya memohon kepada saudara untuk memastikan bahwa posisi saudara bukanlah posisi yang didasarkan pada sesuatu yang kurang dari ini, yaitu bahwa saudara mengenal diri Tuhan sendiri secara pribadi. Saudara tidak hanya ‘mengenal’ Dia melalui pengajaran, melalui kata-kata; saudara mengenal diri Tuhan sendiri. Tuhan menampakkan diri-Nya sendiri kepada Samuel, dan itu adalah satu-satunya hal yang akan memastikan bahwa kita terus berjalan.

Ini berhubungan dengan kekuatan dan ukuran rohani yang nyata. Kita telah belajar untuk mengenal suara Tuhan, ketika ini adalah Tuhan yang sedang berbicara; kita telah datang untuk mengetahui apa tujuan Tuhan mengenai Israel umat-Nya; dan kita telah tiba pada pengetahuan tentang diri Tuhan sendiri yang merupakan hal yang pribadi, dan bukan hanya tujuan-tujuan belaka, bukan hanya ajaran-ajaran belaka, bukan hanya penglihatan-penglihatan belaka; tetapi diri Tuhan sendiri.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.