Austin-Sparks.net

Surat-Surat Petrus

oleh T. Austin-Sparks

Bab 5 – Iman dan Keselamatan Jiwa

Bacaan: 1 Petrus 1:10-17.

Poin khususnya dalam bagian itu adalah dispensasi baru dengan cara hidupnya yang baru. Ini cukup mengesankan untuk mencatat dua hal yang dikatakan tentang sikap terhadap dispensasi ini dari luar. Para nabi memiliki isyarat bahwa hal-hal yang harus mereka katakan tidak berhubungan dengan diri mereka sendiri, melainkan berhubungan dengan suatu umat dan suatu waktu yang ada di masa depan mereka sendiri. Mereka bernubuat untuk suatu waktu yang akan datang dan untuk kepentingan suatu umat yang belum hadir, suatu umat dari dispensasi yang akan datang; mereka dibuat sadar akan hal itu. Dan reaksi mereka terhadap isyarat itu adalah bahwa mereka ditemukan dalam keadaan penyelidikan yang sungguh-sungguh dan penuh semangat: “Apa artinya ini? Kami sangat ingin tahu apa yang akan dialami umat ini, apa yang akan mereka warisi, apa yang akan mereka masuki.” Mereka menyelidiki dan meneliti dengan tekun untuk mengetahui arti dan nilai dari hal-hal yang mereka katakan yang merupakan milik suatu umat dari dispensasi yang akan datang. Mereka sangat terkesan dengan sesuatu yang berada di luar waktu mereka sendiri dan di luar penerapan sekarang dan segera dari hal-hal yang mereka katakan.

Kemudian hal lain yang tampaknya lebih dari itu adalah “hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat,” dan kekuatan bahasa yang sebenarnya digunakan oleh sang rasul adalah bahwa malaikat-malaikat membungkuk untuk meneliti; mereka berada dalam sikap tenang dan penuh minat dan pertanyaan, “hal-hal di mana malaikat-malaikat membungkuk untuk meneliti,” “ingin diketahui.”

Jika kedua hal itu benar, itu pasti berarti bahwa jika ini adalah dispensasinya, seperti yang dikatakan Petrus, dari hal-hal itu, ada sesuatu yang luar biasa yang terkait dengan dispensasi ini, bahwa kita telah masuk ke dalam sesuatu yang para nabi dan malaikat-malaikat belum masuki, tetapi yang mereka sungguh-sungguh dan bersemangat ingin mengetahui. Sulit, mungkin, untuk dipahami, tetapi inilah Kitab Suci, inilah Firman Allah, yang mengatakan ini. Nah, apa itu?

Kita lihat lagi, dan kita menemukan bahwa ini ada hubungannya dengan penderitaan Kristus dan kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Para nabi bersaksi tentang penderitaan Kristus dan kemuliaan yang menyusul sesudah itu tetapi bukan hanya untuk diri-Nya sendiri. Ini adalah “kepada kamu,” “Kepadamulah mereka bersaksi tentang hal-hal ini” – “penderitaan Kristus, dan kemuliaan yang menyusul sesudah itu” terkonsentrasi pada suatu umat di dalam dispensasi ini. Makna penderitaan-Nya memiliki nilai khusus bagi umat dari dispensasi ini. Kemuliaan yang menyusul sesudah penderitaan-Nya secara khususnya terikat dengan umat dari dispensasi ini.

Di manakah semua orang kudus Perjanjian Lama datang masuk? Apakah mereka dikecualikan? Tidak, tidak demikian. Itu dibenarkan oleh surat kepada orang Ibrani. “Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan” (Ibrani 11:39-40); artinya, mereka harus menunggu kita sebelum mereka mendapatkan bagian mereka. Itu semuanya mengarah ke depan kepada kita. Ini hanyalah penekanan ulang pada signifikan luar biasa dari dispensasi ini, sebab semua dispensasi lain bertemu dalam dispensasi ini, semua dispensasi lainnya memperoleh nilainya dari dispensasi ini di mana penderitaan Kristus dan kemuliaan yang menyusul sesudah itu dipusatkan.

Kemudian Petrus mengatakan bahwa ada dua hal yang berhubungan dengan warisan yang luar biasa ini: dua hal sejauh mana kita bersangkutan. Salah satunya adalah iman, dan yang lainnya adalah efek dari iman itu – penyelamatan jiwa kita.

Dispensasi Iman

Sekarang, ini adalah dispensasi iman. Paulus mengatakan itu kepada Timotius – “sebuah dispensasi dari … iman” (1 Timotius 1:4). Tidak ada keraguan tentang itu, dan tidak ada jalan keluar darinya, lebih baik kita menghadapinya sejujur-jujurnya – sesuatu yang belum kita lakukan dan kita merasa itu adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan. Ini baik-baik saja untuk menguranginya menjadi masalah iman dalam Tuhan Yesus untuk keselamatan; yaitu, untuk diselamatkan dari penghukuman, untuk menjadi milik Tuhan, tetapi itu hanyalah sebagian kecil dari keseluruhannya. Di dalam dispensasi ini, Allah sedang berurusan dengan umat-Nya dengan cara yang sama sekali berbeda dari bagaimana Ia menangani mereka pada saat itu, di dalam dispensasi yang lain. Saat itu, saudara hanya perlu mematuhi perintah-perintah Tuhan dan saudara memiliki kemakmuran duniawi. Semua tanda kesetiaan saudara kepada Allah nyata dan jelas. Tetapi dalam dispensasi ini, itu bukanlah cara Tuhan berurusan dengan umat-Nya. Saudara mungkin benar-benar setia kepada Allah tanpa reservasi, dan tidak mendapatkan meterai materi apa pun di alam hal-hal duniawi.

Ada saat-saat, tentu saja, ketika Tuhan bekerja untuk kita dan menyediakan serta membebaskan kita, tetapi itu bukanlah keadaan normal dari dispensasi ini. Keadaan normal dari dispensasi ini adalah bahwa ini adalah dispensasi iman, dan itu bekerja dengan demikian bahwa, bahkan ketika saudara sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan, terkadang Tuhan tidak mengeluarkan saudara dari kesulitan-kesulitan saudara. Saudara berada dalam kesulitan, saudara berada dalam penderitaan, saudara berada dalam keadaan sulit. Hal ini sangat jelas. Mengapa Paulus harus mentabulasi semua kemalangan itu: lapar, dahaga, tanpa pakaian, bahaya, mengalami karam kapal, dalam penjara, pengkhianatan, bahaya penyamun, musuh di antara mereka yang dianggap teman-teman, penyakit, kelemahan, dan Tuhan tidak campur tangan kecuali pada waktu-waktu tertentu untuk tujuan khusus memberikan intervensi khusus, seperti dalam mengeluarkan Petrus dari penjara pada kesempatan itu. Tetapi Ia tidak pada akhirnya mengeluarkannya dari penjara dan membebaskannya dari algojo, begitu juga dengan Paulus. Mereka semua ini menderita dengan cara itu, dan itu semuanya adalah masalah iman. Jika aku lapar, di manakah Bapa sorgawi-ku? Jika aku berada dalam kesulitan dan kesengsaraan, dan Tuhan tidak melakukan apa-apa, apakah itu berarti Tuhan tidak setia, Tuhan tidak baik, Tuhan tidak benar? Tidak! Dalam ribuan cara itulah sifat dari dispensasi ini, dan saya katakan kita belum menghadapinya dan kita tidak secara jujur menghadapinya dan menerimanya. Ini adalah sifat dari dispensasi ini. Ini adalah dispensasi iman.

Jalan Keselamatan Jiwa

Rasul berkata bahwa efeknya adalah bahwa jiwa saudara diselamatkan. Ini adalah keselamatan jiwa, dan itu terbukti menjadi hal yang jauh lebih besar daripada apa yang kita maksudkan ketika kita berbicara tentang keselamatan jiwa. Kita bermaksud mengeluarkan mereka dari dosa dan cengkeraman iblis dan kepada Tuhan, tetapi Perjanjian Baru menunjukkan bahwa keselamatan jiwa adalah hal yang jauh lebih besar daripada itu, bahwa keselamatan jauh lebih besar daripada pertobatan, dan ‘keselamatan jiwamu’ terus berjalan tepat sampai akhir. “Mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” Dengan cara apa keselamatan jiwa terjadi? Apakah itu tidak hanya terikat dengan ini – aku berada dalam kesulitan, aku berada dalam kesengsaraan, aku berada dalam pencobaan, seluruh jiwaku mendambakan untuk perubahan situasinya. Ini adalah alam jiwa. Tetapi bukankah Tuhan lebih peduli untuk mendapatkan aku di atas situasinya dalam roh, di mana jiwa-ku tidak mendikte persyaratannya dan mengatur-ku dan membawa-ku ke dalam penindasan karena kerinduannya akan kondisi yang berbeda? Aku menyangkal jiwa-ku dan di dalam roh-ku aku berjalan dengan Tuhan, dan jiwa-ku tidak dominan.

Saudara lihat bagaimana hal ini berlanjut dalam hal perilaku dalam dispensasi ini, “Jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,” tidak diatur oleh kehidupan jiwa itu; tetapi sekarang untuk hidup di atas kehidupan jiwa dan perintahnya dan keinginannya, dalam kekuatan roh. Di masa lalu, jika jiwa saudara mendambakan sesuatu, saudara mengejarnya untuk memuaskan jiwa saudara, dan itu membuat saudara terikat di alam alami, dan itu benar-benar bertentangan dengan iman. Kepuasan jiwa, kepuasan jiwa secara positif bertentangan dengan iman. Di sinilah saudara, seperti Paulus atau Petrus, tiba-tiba dijepit di penjara: “Ini mengerikan, aku tidak suka ini, tolong biarkan aku keluar!” Seluruh jiwa saudara mulai menggeliat dan menuntut dan mendambakan. Jiwa saudara tidak akan pernah puas sampai saudara keluar, menerobos keluar, atau entah bagaimana menyuap seseorang untuk membebaskan saudara, dan keuntungan rohani apa yang didapat? Sampai di mana saudara mendapatkan secara rohani? Tetapi seandainya seperti Paulus, saudara adalah seorang tahanan yang dibelenggu, dan sementara jiwa saudara sangat ingin bebas – sebab Paulus berkata, “Aku mau berdoa kepada Allah … semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini” (Kisah Para Rasul 26:29). Belenggu-belenggu itu ada di sana, ia sadar akannya, jiwanya tidak menyukai belenggu-belenggu itu, tetapi ia berada di atas belenggu-belenggunya. Ketika ia menulis surat-surat itu kepada Efesus dan Kolose, rohnya berada di atas, ia telah membawa jiwanya takluk kepada Kristus, jiwanya diselamatkan.

Sekarang Petrus berkata bahwa iman adalah jalan keselamatan jiwa, dan ketika jiwa diselamatkan melalui kemenangan iman, sesuatu terjadi. Kemuliaan yang menyusul sesudah penderitaan itu datang ke dalam roh saudara. Saudara bergembira “karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan.” Ini sangat benar kepada pengalaman, bahwa jika di dalam roh kita memperoleh kemenangan atas jiwa kita sendiri, ketika kita membawa kegiatan-kegiatan dan keinginan-keinginan jiwa itu takluk kepada Kristus dan menguasai jiwa kita sendiri dalam roh, bahkan dengan cara yang kecil, suatu sukacita yang luar biasa datang masuk. Tetapi cara lain, memuaskan jiwa, memberikannya apa yang diinginkannya, tidak membawa banyak sukacita. Kita berkata, “Aku berharap aku tidak pernah melakukan itu! Aku hanya mengikuti kodrat-ku yang lebih rendah!” Bawalah jiwa itu takluk kepada Kristus dan dalam roh mendapatkan kenaikan, dan Roh Kudus yang adalah Roh kemuliaan, sekaligus bersaksi di dalam, dan saudara memiliki beberapa kemuliaan yang menyusul sesudahnya itu. Ini adalah secara rohani sekarang memasuki kemuliaan zaman yang akan datang itu. Ini adalah melalui ujian iman yang berat dan kemenangan iman yang merupakan keselamatan jiwa itu sendiri. Jiwa harus melihat; iman, tentu saja, adalah iman dan tidak melihat. Kemenangan iman adalah keselamatan jiwa, dan keselamatan jiwa adalah mewarisi kemuliaan yang menyusul sesudahnya itu.

Kita harus memohon kepada Tuhan untuk menguatkan kita untuk menghadapi dengan jujur dispensasi iman ini. Aku selalu meminta Tuhan untuk ini, itu, dan yang lainnya, tetapi mengapa aku menginginkannya? Apakah itu jiwa-ku? Apakah itu ‘aku’? Mungkin saja Tuhan tidak akan pernah bisa mengabulkannya sampai aku telah datang ke tempat di mana aku siap untuk pergi tanpanya. Itulah kemenangan jiwa saudara. Tuhan mungkin memberi saudara hal itu pada saat itu, tetapi sementara untuk diri saudara sendiri saudara menginginkannya, saudara bertentangan dengan hukum dispensasi ini – iman saudara.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.