Austin-Sparks.net

Jalan Allah

oleh T. Austin-Sparks

Bab 6 – Jalan Peningkatan Rohani

Bacaan: Galatia 4:21-31; Yohanes 3:6; Wahyu 12:1-11, 13, 15, 17.

Dalam Galatia 4, kita memiliki Abraham dan kedua isterinya, Sara dan Hagar, dan kedua anak laki-lakinya, Ishak dan Ismael. Abraham, sebagaimana adanya dia itu, dengan segala apa adanya, adalah seorang yang percaya, seorang yang kepadanya wahyu awal telah diberikan, seorang yang pada mulanya telah dipisahkan dari dunia kepada Allah. Rasul mengatakan di sini bahwa pada suatu titik di dalam hidupnya di mana ia mengalami ujian iman yang sangat berat, Allah membagi hidupnya menjadi dua. Allah menciptakan suatu persimpangan di dalam hidupnya dan dari Abraham ada datang keluar dua jalan. Rasul berkata bahwa kedua jalan itu adalah daging dan Roh, atau duniawi dan rohani (bukan yang dilahirkan kembali dan tidak dilahirkan kembali) tetapi keduanya mengambil jalan mereka dari Abraham, seorang laki-laki yang dipisahkan kepada Allah, seorang laki-laki di jalan iman.

Rasul memegang ini dan menggunakannya dengan cara ganda. Pertama-tama, ia menunjukkan penerapannya pada Israel dan jemaat. Israel menurut daging pada saat Paulus menulis, sesuai dengan Ismael, anak dari daging, jalan alami yang biasa, yang berasal dari Abraham. Meskipun demikian, ini adalah asal mula yang baik, keluar dari apa yang pertama-tama dan awalnya benar-benar menurut Allah, tetapi dengan penyimpangan muncullah sesuatu yang sama sekali berbeda dari pikiran Tuhan. Sementara masih, dalam arti tertentu, milik Tuhan, itu tidak memenuhi niat awal-Nya, yang sama sekali berbeda dari pikiran-Nya untuk milik-Nya. Seiring berjalannya waktu, itu menjadi ancaman nyata bagi pikiran-Nya. Artinya, Israel menurut daging, sebagaimana Israel menjadi benih yang duniawi. Jemaat, yang bertentangan dengan itu, berbicara secara umumnya, benih sorgawi, yang rohani, apa yang adalah menurut pikiran Allah.

Tetapi kemudian hal ini ditekankan lebih jauh, dan diperlihatkan bahwa hal kedua itu, jemaat, memiliki sebuah persimpangan. Ada titik di mana itu terbagi, dan bahkan di dalam jemaat, apa yang memiliki asal usul yang begitu indah, apa yang pada permulaannya sepenuhnya menurut Allah seperti Abraham, sekarang pada titik tertentu dalam sejarahnya juga terbagi dan di dalam jemaat ada yang duniawi dan rohani. Ini ditemukan tepat di sepanjang sejarah hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Ini tidak dimulai dengan Abraham. Kami menemukannya ini dimulai dengan Kain dan Habel, anak-anak pertama Adam, dan ini ditemukan di mana-mana dan bertahan terus di sepanjang zaman, dan sama seperti Ishak dan Ismael, demikian pula dengan jemaat. Selalu ada konflik yang tidak dapat didamaikan di antara yang duniawi dan yang rohani. Allah tidak pernah mengatakan apa pun di arah mendamaikan atau mengadakan suatu pemahaman dan kerja sama di antara keduanya. Allah itu mutlak dan final dalam sikap-Nya terhadap daging dan Roh, yang duniawi dan yang rohani. Ia mengatakan bahwa kedua hal ini terpisah jauh, sejauh langit di atas bumi. Pikiran-Nya jauh lebih tinggi daripada pikiran duniawi Israel. Ada rentang langit dan bumi di antara keduanya, dan keduanya tidak akan pernah bisa didamaikan. “Tetapi seperti dahulu dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini” (Galatia 4:29). Dan ini tidak hanya benar di antara Yahudi dan Kristen, ini juga benar di dalam jemaat di antara yang duniawi dan rohani, dan kesimpulan Tuhan tentang hal ini bukanlah ‘Mendamaikan’, tetapi, ‘Mengusir!’ “Oleh karena itu usirlah …”.

Kita sampai pada kitab Wahyu dan kita ingat bahwa kitab itu tidak dituliskan berdasarkan prinsip dan dasar kronologis, kitab itu dituliskan dalam urutan rohani. Hal terakhir yang dikatakan dalam Wahyu dalam pesan kepada jemaat adalah: “Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku” (Wahyu 3:16). Saya menganggap itu untuk berartikan, ‘Kamu adalah orang Kristen namun bukan orang Kristen; kamu tidak sepenuhnya berada di luar. Jika ya, akan ada kesempatan untuk menginjili kamu dan menyelamatkan-mu, tetapi karena kamu berada di dalam dan telah sampai pada posisi mapan ini dengan pikiran dan kehidupan duniawi-mu, kamu berada di dalam posisi tanpa harapan sejauh mana rencana-Ku bersangkutan. Aku tidak dapat menginjili-mu; Aku tidak bisa melakukan apapun denganmu selain memuntahkanmu.’ “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya”; “Aku akan memuntahkan engkau.” Saya tidak begitu yakin (walaupun saya tidak akan bersikap dogmatis tentangnya) bahwa kata-kata itu tidak masuk ke inti Wahyu 12. Ada sekelompok Anak laki-laki (jelasnya jamak) yang dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya untuk menggembalakan semua bangsa dengan gada besi. Perkataan itu telah diucapkan kepada salah satu jemaat, kepada jemaat itu sendiri yang telah kita rujuk – Laodikia; “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku.” Itulah masalahnya tentang yang rohani di atas yang duniawi. Sekelompok anak laki-laki itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Kemudian akhir kisahnya adalah bahwa naga itu pergi memerangi keturunan perempuan itu yang lain.

Saudara memiliki kedua benih itu di dalam jemaat, bukan yang dilahirkan kembali dan yang tidak dilahirkan kembali, tetapi di dalam jemaat itu sendiri. Mereka adalah benih dari perempuan ini, mereka adalah anak-anak perempuan itu yang merupakan keturunannya yang lain. Mengapa mereka tidak dirampas dan dibawa lari? Mengapa mereka tidak berada bersama dengan Tuhan di takhta-Nya? Mengapa mereka berada di sana di padang gurun selama periode ini? Apakah ini tidak mungkin bahwa mereka mewakili yang menurut daging di antara umat Tuhan, yang tidak cukup rohani untuk dirampas dan dibawa lari? Mengesampingkan semua perkara tentang waktu, ini adalah prinsip dari hal ini yang harus kita kenali – bagaimana Allah menetapkan hati, pikiran, dan tujuan-Nya pada yang rohani di antara umat-Nya, dan bagaimana waktunya harus tiba ketika tatanan hal-hal ‘Kristen’ duniawi itu yang legalistik dan tidak rohani yang ada dan yang dominan dalam hal peluang-peluangnya dan kekuatan duniawinya, akan dimuntahkan keluar dari mulut Allah. Apakah ini tidak menjadi jelas bahwa Kekristenan dalam pengertiannya yang terorganisir, sistematis, duniawi, sedang kehilangan tempatnya dengan Allah? Allah mengesampingkannya dan mencari sesuatu di dalam perkumpulan yang besar itu yang lebih menjawab kepada pikiran-Nya – sebuah perkumpulan rohani.

Jika hal itu benar, itulah maksud dari perkataan-Nya kepada kita, dan khususnya maksud perkataan-Nya kepada umat Kristen pada hari ini, untuk menunjukkan bahwa pikiran-Nya terikat dengan Ishak dan bukan dengan Ismael. Ia berkomitmen kepada Ismael sejauh mana Ismael telah datang pada dasar kasih karunia. Maksud saya, jika seseorang adalah seorang Kristen, betapapun duniawinya, jika mereka telah menerima Kristus sebagai Juruselamat, maka Allah terikat dengan yang seorang itu dan dengan umat itu seperti dengan Ismael, tetapi Ia tidak mengikatkan tujuan penuh-Nya dengan umat itu. Pikiran penuh-Nya ada bersama perkumpulan Ishak, anak-anak Roh, anak-anak yang memiliki sebagai dasar kehidupan mereka itu sendiri suatu ketidakmungkinan jika bukan karena Allah. Ini tidak mungkin bahwa Ishak itu ada, kecuali karena Allah; dan itu adalah dasar dari perjalanan dan sejarah benih Ishak, bahwa ini pada awalnya dan terus menerus adalah perkara tentang Allah, atau ini tidak ada apa-apanya. Ini adalah Allah yang datang masuk pada awalnya dan Allah datang masuk di sepanjang waktu dalam keajaiban kebangkitan. Kecuali karena Allah, tidak mungkin ada keberadaan, tidak ada berjalan terus; Allah-lah yang menjadi hidup dan keberadaan umat itu sendiri. Itulah benih Ishak. Kita adalah dari Ishak, kata rasul.

Nah, kita terapkan ini kepada diri kita sendiri. Allah memiliki semua kepentingan dan tujuan-Nya terikat dengan umat rohani, dan Allah akan, cepat atau lambat, mengusir, memuntahkan apa yang tidaklah rohani. Ini melambangkan pemisahan yang luar biasa yang telah ditempatkan Allah di antara kedua ini yang akan bekerja sampai pada kesimpulan terakhirnya; mereka tidak dapat bertahan bersama untuk selama-lamanya.

Sekarang ada hal lain ini yang ingin saya sampaikan. Ini adalah peningkatan dari apa yang rohani. Rasul di sini mengutip dari Yesaya 54:1: “Karena ada tertulis: “Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami.” Ini adalah kutipan yang aneh yang disisipkan oleh Paulus di sini, dan saudara harus melihatnya dalam konteksnya. Ini jelas memiliki makna ganda. Yesaya 54 adalah pasal yang luar biasa. Ini dimulai seperti itu.

“Bersorak-sorailah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembiralah dengan sorak-sorai dan memekiklah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami, firman Tuhan. Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu! Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi. Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu. Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, Tuhan semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi. Sebab seperti isteri yang ditinggalkan dan yang bersusah hati Tuhan memanggil engkau kembali; masakan isteri dari masa muda akan tetap ditolak? firman Allahmu. Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali. Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman Tuhan, Penebusmu … Hai yang tertindas, yang dilanggar angin badai, yang tidak dihiburkan! Sesungguhnya, Aku akan meletakkan alasmu dari batu hitam dan dasar-dasarmu dari batu nilam” (Yesaya 54:1-11).

Itu dikutip di sini pada titik ini di mana rasul berbicara tentang yang duniawi dan yang rohani. Jelas-jelas itu memiliki arti ganda, sebab dalam Yesaya 54 kita telah sampai pada bagian itu, separuh dari nubuat itu yang melihat melampaui penawanan menuju pemulihan Israel. Itulah artinya di sini.

Israel, pengantin perempuan Tuhan, diusir karena dosa-dosanya, dan ditinggalkan oleh-Nya, pergi ke dalam pembuangan. Sisanya kembali dan dianggap sebagai keseluruhannya, dibicarakan sebagai keseluruhan bukan sebagai sebagian saja; dibicarakan seolah-olah sisanya adalah seluruh Israel, pengantin perempuan. Tuhan tidak berbicara kepada keseluruhannya, tetapi kepada wakil dari keseluruhannya, sisanya yang kecil, isteri yang diusir dan yang berkata, “Ke manakah anak-anak-ku pergi?” Lihatlah kembali kepada Yesaya 49:21, dan saudara lihat itu telah dibuat dengan lebih tepat: “Maka engkau akan berkata dalam hatimu: “Siapakah yang telah melahirkan sekaliannya ini bagiku? Bukankah aku bulus dan mandul, diangkut ke dalam pembuangan dan disingkirkan? Tetapi anak-anak ini, siapakah yang membesarkan mereka? Sesungguhnya, aku tertinggal seorang diri, tetapi mereka ini, dari manakah datangnya?” Kepada sisanya yang datang kembali ini Tuhan berkata, “Kamu telah kehilangan semua anak-anakmu, tetapi Aku memberimu suatu keluarga yang baru dan suatu keluarga yang besar. ‘Keturunanmu akan memiliki bangsa-bangsa.”’ Ia menjanjikan bentangan luas dalam pemulihan, dalam kebangkitan dari kematian suatu perluasan dan peningkatan yang besar. Pertama-tama, hal itu jelas berlaku bagi Israel secara harfiah: disingkirkan untuk sesaat, ditinggalkan, menderita murka yang meluap-luap, namun dikumpulkan kembali. Secara bersejarah, itu berlaku untuk Israel.

Tetapi Paulus, menggunakan itu dalam kaitannya dengan jemaat, memberikannya arti kedua dan membuatnya sangat jelas bahwa ini memiliki penerapan ganda, dan itu berlaku di sini. Ada sekelompok yang rohani kecil, dan jika saudara benar-benar berdiri untuk Allah, saudara akan kalah (ini tidak bisa sebaliknya; ini tak terelakkan) saudara akan kehilangan banyak sekali yang hanyalah orang Kristen duniawi; saudara akan kehilangan persekutuan mereka. Mereka akan dipotong; Allah harus menyingkirkan mereka. Yang sejati hanya akan menjadi sisa yang kecil, dan mereka akan merasa bahwa mereka dicukur dan kehilangan, diturunkan menjadi sesuatu yang sangat kecil, dan mereka bertanya-tanya apakah itu layak, tetapi Tuhan datang masuk pada titik itu.

Ini tidak hanya bekerja dalam penerapan dispensasi umum, tetapi ini juga bekerja di dalam hidup kita secara individu dan sebagai perkumpulan umat Tuhan. Kita kehilangan simpatinya, persekutuan dari banyak orang yang hanyalah orang-orang Kristen duniawi dan kadang-kadang kita tergoda untuk bertanya-tanya apa manfaat dan nilai sesungguhnya dari setia kepada Tuhan ketika hanya ada sedikit orang yang seperti itu. Tuhan berkata dalam hubungan itu bahwa Ia akan mewujudkan melalui yang rohani, rencana rohani yang agung. Akan ada keluarga rohani yang berkembang. Ia tidak akan meninggalkannya seperti itu. “Yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau.” Tuhan akan mendapatkan sebuah perkumpulan rohani, perkumpulan yang terus berkembang dari mereka yang menurut pikiran-Nya. Tuhan percaya akan peningkatan, akan kepenuhan. Tuhan tidak pada akhirnya akan memiliki hal kecil yang tidak signifikan sebagai hasil dari semua kerja keras dan penderitaan-Nya. Tuhan akan memiliki suatu perkumpulan yang besar yang telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Akhirnya tidak akan menjadi sekedar hal yang kecil; ini akan menjadi hal yang perkasa. Di sini firman-Nya mengatakan bahwa meskipun mungkin harus ada pengurangan, Ia hanya mengurangi demi menambahkan, Ia hanya sedang membuang apa yang tidak sesuai dengan pikiran-Nya dan memotongnya dan benar-benar menyingkirkannya untuk membuka jalan bagi sesuatu yang lebih menurut pikiran-Nya. Itu adalah prinsip yang Tuhan selalu jalankan: menyingkirkan hal yang menghalangi jalan dari apa yang benar-benar rohani demi meningkatkan apa yang rohani. Ada cukup banyak hal-hal yang benar-benar tidak sesuai dengan tujuan tertinggi Tuhan. Ini sedang berlangsung di dalam diri kita. Terkadang kita merasa diri kita dikurangi menjadi tidak ada apa-apanya, dan semua yang tersisa hanyalah benih kehidupan rohani belaka. Tuhan sedang membuat ruang untuk perluasan benih itu di dalam diri kita.

Kadang-kadang ini lahiriah, Tuhan harus memotongnya. Seperti yang dikatakan Yohanes “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita” (1 Yohanes 2:19). Tuhan telah memotong apa yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya demi membuat ruang bagi sesuatu yang sesuai dengan kehendak-Nya. Ini terbentang mulai dari kehidupan batiniah individu sampai ke perkumpulan-perkumpulan kecil hingga ke seluruh jemaat. Harinya akan tiba ketika Allah turun langsung ke semuanya dan memuntahkan banyak orang keluar dari mulut-Nya, tetapi ini hanya untuk membuat ruang bagi peningkatan. Kata-kata Yesaya 54 ini memiliki penerapan ganda, tidak hanya untuk Israel, tetapi juga untuk jemaat. “Aku akan meletakkan dasar-dasarmu dari batu nilam.” “Keturunanmu itu akan menduduki bangsa-bangsa.” Tuhan membuat ruang untuk peningkatan rohani dengan menyingkirkan hal-hal duniawi yang menghalangi di mana pun itu berada dan apa pun itu. Itulah yang rasul katakan di sini di Galatia. Itu harus pergi, dan ia hanya bisa melihat dengan jemaat di Galatia bahwa, jika mereka kembali ke dasar daging, itu adalah cara untuk disingkirkan, “Kamu hidup di luar kasih karunia, kamu terpisah dari Kristus, kamu harus disingkirkan.” Jadi permohonannya adalah untuk berjalan terus berdasarkan apa yang rohani dan sepenuhnya sesuai dengan pikiran Allah, sebab itulah jalan peningkatan yang nyata.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.