Austin-Sparks.net

Jalan Allah

oleh T. Austin-Sparks

Bab 7 – Jalan Kemuliaan

“Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau … Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi … Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada” (Yohanes 17:1, 4, 5).

“Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.” (Yohanes 7:39).

“Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan” (Yohanes 11:4).

“Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia” (Yohanes 12:16).

“Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:23, 24).

“Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera” (Yohanes 13:31, 32).

“Jawab Yesus kepada mereka: “Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku” (Yohanes 16:31, 32).

“Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.” (Yohanes 16:14).

Saudara akan telah mencatat kata umum di semua bagian-bagian ini, yang hanya merupakan pilihan dari bagian-bagian lain yang mengandung kata yang sama. Kata ini membentuk sebuah jalan tepat melalui seluruh Injil oleh Yohanes. Ini adalah jalan kemuliaan. Saudara akan telah memperhatikan, bahkan dalam pilihan bagian-bagian ini yang telah kami kutip, bagaimana Tuhan Yesus menempatkan segala sesuatu di atas dasar Ia yang dipermuliakan. Bagi-Nya, dari awal hingga akhir, ini adalah dasar dari segalanya. Kita seharusnya terkesan dengan itu tanpa eksposisi atau perluasan apa pun tentangnya. Faktanya sangat diperlihatkan dan dinyatakan dan diverifikasi di dalam kitab ini, bahwa bagi Tuhan Yesus, segala sesuatu bertumpu pada dasar Ia yang dipermuliakan. Ungkapan yang Ia gunakan beberapa kali, dan tampaknya sangat mengatur dalam hidup-Nya, adalah ‘saatnya’. “Saat-Ku” (Yohanes 2:4); “Saatnya telah tiba” (Yohanes 12:23); “Saatnya belum tiba” (Yohanes 8:20). Ada saat yang mengatur seluruh hidup-Nya. Ada saat yang mengatur segalanya dalam segala hal dan saat itu, saat khusus itu, ada di dalam pikiran-Nya, muncul berulang kali seiring berjalan-nya waktu. Ia menyebutnya ‘saatnya’, saat Ia dipermuliakan. Ini seolah-olah Ia sedang mengeluarkan sesuatu dari masa depan yang mengatur situasi saat ini, apa pun itu, dari waktu ke waktu.

Ketika saudara bertanya apakah kemuliaan Tuhan Yesus itu, apa artinya mempermuliakan Tuhan Yesus, jawabannya di seluruh Alkitab adalah ini: kemuliaan Allah selalu merupakan ungkapan perkenanan-Nya yang penuh. Ketika Allah secara sempurna berkenan, maka kemuliaan Allah selalu muncul keluar. Saudara dapat melacaknya melalui Perjanjian Lama dan Baru. Tuhan Yesus sedang hidup dalam terang suatu waktu yang Ia sebut ‘saatnya’, ketika perkenanan penuh Bapa akan diwujudkan. Ia hidup dalam terang Bapa yang diperkenankan sepenuhnya, kemuliaan perkenanan Allah, dan membawa itu ke dalam setiap detail dari kehidupan-Nya.

Tetapi saudara perhatikan bahwa Ia terus-menerus diatur oleh uruan ‘saat’ ini, apa pun itu. Mulailah dalam Yohanes 2 pada perkawinan di Kana di Galilea – “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya” (Yohanes 2:11). Tetapi perhatikan apa yang menyebabkan hal itu: pesta, kegagalan anggur, dan ibu-Nya, cemas dan khawatir, berpaling kepada-Nya dan berkata, “Mereka kehabisan anggur” (Yohanes 2:3). Yesus menoleh kepadanya dan berkata, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” (Yohanes 2:4). Tetapi kemudian Ia bertindak. Setelah jeda itu, menantikan sesuatu, berkata pada dasarnya: ‘Aku tidak bisa melakukan apa-apa dari diri-Ku sendiri. Aku hanya dapat melakukan apa yang Aku lakukan sebagaimana Bapa membolehkan-Ku, memberi Aku izin-Nya untuk melakukannya, dan ketika itu berasal dari Bapa, itu akan baik-baik saja. Bapa akan dipermuliakan. Aku tidak berada di sini untuk mempermuliakan diri-Ku sendiri dengan apa yang Aku lakukan; Aku ada di sini untuk mempermuliakan Bapa.’ Dalam hati-Nya Ia berkata: ‘Bapa, akankah Engkau dipermuliakan jika Aku melakukan hal ini?’ dan Ia mendapatkan jawabannya kembali – ‘Baiklah’, dan “menyatakan kemuliaan-Nya.” Saat-Nya, saat di masa depan yang besar itu akan perkenanan Bapa, dimajukan. Dan itu bukanlah imajinasi dan penafsiran yang diulurkan, sebab saudara memiliki kesempatan nyata ketika Ia berkata, “Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Maka terdengarlah suara dari sorga: “Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!” (Yohanes 12:28). Ia hidup, saudara lihat, dalam hubungan yang dekat dengan Bapa.

Pada kesempatan lain, ketika hari raya Pondok Daun sudah dekat, saudara-saudara-Nya menurut daging berkata: “Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea” (Yohanes 7:3), menyiratkan bahwa semua orang akan pergi ke Yerusalem untuk merayakannya. Ia berkata: “Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap” (Yohanes 7:8). Pada dasarnya Ia berkata, ‘Aku tidak hanya diatur oleh apa yang orang lain lakukan. Aku tidak diatur oleh penerimaan umum, opini populer, hal yang modis untuk dilakukan. Aku harus mendapatkannya dari Bapa bahwa kepergian ini dalam beberapa cara akan menjadi perkenanan Bapa. Kamu pergilah.’ “Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ” (Yohanes 7:10). Perilaku yang aneh, bukan? Tetapi apa yang sedang terjadi di dalam? Ini adalah begini di sepanjang waktu: ‘Bapa, apakah Engkau akan mendapatkan sesuatu dari ini? Apakah ini akan menjadi perkenanan-Mu? Aku tidak dapat melakukannya atas dasar lain selain bahwa ini memuliakan-Mu. Jika Engkau tidak akan menemukan perkenanan di dalam hal ini, biarkan mereka mengadakan segala pesta yang mereka sukai. Aku tidak akan berada di sana. Biarkan mereka melakukan apa yang selalu mereka lakukan, tetapi Aku tidak akan terlibat di dalamnya. Kecuali ada sesuatu untuk kemuliaan dan perkenanan dan kesenangan Bapa, ini bukanlah saat-Ku.’ Ia jelas-jelas mendapatkan kesaksian dari Bapa pada saat itu: “Tidak apa-apa. Aku memiliki sesuatu di dalam hal ini.’ Dan Ia pergi. Dan, saudara lihat, Allah memang memiliki sesuatu dalam kepergian-Nya ke pesta itu.

Ia meletakkan segalanya di atas dasar kemuliaan, kemuliaan Allah di dalam Yesus Kristus; kemuliaan Kristus. Itu sungguh sesuatu untuk mengatur hidup, bukan? Apakah ini benar-benar melayani kemuliaan Kristus, kepergian-ku ke sini, atau jika aku tidak pergi? Apa yang aku lakukan, atau apa yang tidak aku lakukan, apakah aku bertindak, atau menahan diri dari bertindak; berapa banyak dari hal ini yang akan melayani kemuliaan-Nya? Itulah hal yang mengatur: sentuhan dengan sorga. ‘Bisakah aku melakukan ini? Akankah aku melakukannya untuk kemuliaan diri-ku sendiri, kesenangan-ku sendiri, perkenanan-ku sendiri, atau apakah kemuliaan-Nya membutuhkannya? Apakah itu akan melayani kemuliaan-Nya?’ Itulah dasar kehidupan Tuhan Yesus. Ia menyebutnya ‘Saat-Nya’. Ia diatur oleh saat perkenanan Bapa, dan itu adalah kemuliaan-Nya. “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yohanes 4:34). Itu hanyalah cara lain untuk mengatakan, ‘Kemuliaan-Ku adalah perkenanan-Nya.’

Jadi, saudara lihat, hidup-Nya diatur oleh hal ini. Tetapi kemudian saudara perhatikan dari satu bagian yang kita baca, mempermuliakan Tuhan Yesus ini adalah tanda untuk perubahan dispensasi dengan kedatangan Roh Kudus. “Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan” (Yohanes 7:39). Dengan kata lain, Yesus dimuliakan dan Roh dilepaskan. Roh datang; kedatangan besar Roh terjadi. Dispensasinya diubah menjadi dispensasi Roh Kudus – dan betapa banyaknya Tuhan Yesus menekankan fakta ini! “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu” (Yohanes 16:7). Jelasnya, Ia lebih mementingkan kedatangan Roh Kudus daripada kehadiran-Nya sendiri di dalam daging.

Tanda kedatangan Roh, sebagaimana Pentakosta dengan begitu jelas nyatakan dan tunjukkan baik dalam tindakan maupun selanjutnya, adalah Yesus yang telah dipermuliakan. Maksud saya dengan ‘dalam tindakan’, hari Pentakosta adalah hari yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Ke mana pun para murid pergi, penuh dengan kemuliaan ini, mereka memberitakan, ‘Yesus dimuliakan! Yesus ada di tempat tinggi!’ Kemuliaan menyebar ke seluruh bumi, tetapi tandanya adalah Yesus yang dipermuliakan.

Dan ini adalah hal yang sangat praktikal. Apa pun yang kita inginkan dari Roh Kudus (dan kita berdoa memohon untuk Roh Kudus ketika kita menginginkan kuasa, terang, bimbingan dan kita memohon untuk Roh Kudus untuk banyak hal-hal untuk banyak tujuan-tujuan) ingatlah ini: Roh Kudus hanya akan bertindak dengan cara apapun sama sekali jika motifnya adalah mempermuliakan Tuhan Yesus. Tidak ada alasan lain! Saudara dapat berdoa sampai saudara tidak dapat lagi berdoa untuk Roh Kudus, tetapi Roh Kudus benar-benar tidak akan memberikan tanggapan sampai motif saudara adalah agar Yesus dapat dipermuliakan; bukan bahwa ‘Aku mungkin mendapatkan sesuatu, melakukan sesuatu, atau menjadi sesuatu.’ Tidak, tidak seperti itu. Yesus yang dipermuliakan mengatur seluruh perkara tentang Roh Kudus. Yesus telah meletakkannya di atas dasar itu. Jadi saudara dapat sangat yakin akan hal ini, bahwa begitu saudara disesuaikan sepenuhnya untuk mempermuliakan Tuhan Yesus, disesuaikan dengan sungguh dan benar, dan telah memberikan Roh Kudus dasar yang Ia inginkan, maka Ia akan bergerak secara spontan.

Perhatikan lagi – dan ini adalah pintu yang melaluinya saudara masuk ke dalam kekayaan yang begitu besar dalam Injil ini – bahwa perkara tentang mempermuliakan Tuhan Yesus ini adalah dasar untuk membalikkan keadaan dari yang mustahil menjadi mungkin, atau menjadi nyata. Ada suatu pengertian di mana seluruh Injil Yohanes ini adalah Injil tentang situasi-situasi yang mustahil yang diubah menjadi kenyataan. Pernahkah saudara memikirkan itu? Ini adalah serangkaian peristiwa-peristiwa dari awal hingga akhir, dari situasi yang sama sekali mustahil pada tingkat alami. Kami akan melihat mereka secara singkat.

Perkawinan di Kana yang di Galilea (Yohanes pasal 2)

Pertama, perkawinan di Kana yang di Galilea. Seluruh acaranya sedang berjalan dan kemudian tiba-tiba, hancur, runtuh, sebab mereka tidak punya anggur. Anggur adalah kunci untuk hal itu. Itu adalah dasar dari segala sesuatu, dari sukacita dan persekutuan, dan itu hancur di sana. Ada rasa malu, kekecewaan, celaan, dan dasarnya, seperti yang kami katakan, telah runtuh. Ketika anggur itu gagal, ini adalah situasi yang tanpa harapan. Apa yang akan mereka lakukan? Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Semuanya berada di akhir. Saya mengira mereka yang tahu tentang hal itu saling memandang dengan ketakutan, dan mungkin takut untuk memberi tahu orang-orang karena bencana yang akan ditimbulkan darinya, kerusakan total dari semuanya. Itu tanpa harapan. Dan, perhatikan, Yesus sangat berhati-hati – dan ini muncul berulang kali dalam Injil – untuk memastikan bahwa situasi itu tidak ada harapannya. “Mereka kehabisan anggur … Mau apakah engkau dari pada-Ku?” ‘Aku tidak berada di sini hanya untuk menebus acara sosial yang rusak. Aku berada di sini bukan hanya untuk membuat hal-hal sedikit lebih menyenangkan bagi orang-orang dan menyelamatkan mereka dari rasa malu mereka. Aku berada di sini untuk tujuan melakukan apa yang sama sekali mustahil bagi manusia. Itulah sebabnya Aku telah datang!’ Hidup telah hancur. Hidup penuh dengan penghinaan dan rasa malu serta kekecewaan dan keputusasaan. Di situlah saudara memulai: situasi yang tanpa harapan dan mustahil bagi manusia secara alami. Dan Ia telah datang masuk ke dalam itu, dan Ia menunjukkan kemuliaan-Nya dengan mengubah situasi yang tanpa harapan ini menjadi tidak hanya yang dari harapan, tetapi dari kenyataan. Itulah pasal dua.

Yohanes Pasal 3

Bagaimana dengan pasal tiga? Laki-laki ini, Nikodemus sedang mencoba untuk menemukan jalannya ke dalam kerajaan, untuk menemukan rahasia kerajaan Allah, dan ia memiliki semua yang pernah dimiliki manusia: agama dan pembelajaran. “Engkau adalah pengajar Israel” kata Yesus. Ia memiliki segalanya dari tradisi, warisan, kedudukan dan martabat, segala sesuatu yang dapat dimiliki manusia; dan tetap saja ia tidak puas, berbicara seperti seorang yang putus asa. Ia datang kepada Yesus pada malam hari untuk mencoba dan menemukan solusi untuk masalah hatinya, dan ini adalah masalah hati dengan laki-laki ini. Yesus bersusah payah untuk menunjukkan betapa tidak ada harapannya situasinya. Ia tidak mengambil laki-laki ini di atas dasarnya sendiri dan mendorong serta menghiburnya. Ia melemparkannya langsung ke arahnya – “Kamu harus dilahirkan kembali”; “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Ini tidak ada harapannya untuk yang terbaik dari dunia ini. Ini adalah situasi yang mustahil secara alami, tidak peduli seberapa banyak agama yang saudara miliki.

Tetapi Yesus mengubah situasi yang tanpa harapan itu, tidak hanya untuk Nikodemus, tetapi untuk lebih banyak orang lagi, dan untuk kita. Ia mengubahnya tidak hanya menjadi harapan, tetapi menjadi kenyataan di kerajaan. Itu adalah apa yang mustahil, saudara lihat. Maksud saya adalah bahwa Yesus terus-menerus membuatnya sangat jelas bahwa, kecuali karena Dia, situasinya mustahil, tetapi dengan Dia, tidak ada yang namanya mustahil.

Yohanes pasal 4

Apakah pernah ada contoh keputusasaan yang lebih jelas daripada tentang perempuan Sikhar itu? “Engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu.” Dan ketika perempuan itu mulai berbicara, saudara mendengar nada keputusasaannya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” Ini adalah tangisan seorang perempuan yang telah menghabiskan hidupnya dari segala harapannya dan masih tetap berada dalam keputusasaan. Saudara tahu apa yang Ia lakukan dengan itu! Yesus menarik keluar situasi tanpa harapan ini, bukan? Ia membuatnya sadar akan hal itu; Ia bersusah payah untuk memberi tahunya. Kedengarannya kejam bagi-Nya untuk mengungkit masa lalunya, tetapi Ia sedang membiarkan dia melihat bagaimana keadaannya sendiri adalah satu yang tanpa harapan agar Ia dapat menunjukkan bahwa Ia adalah harapan bagi yang tanpa harapan.

Masih dalam pasal empat: “Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea … Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit … dan pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati.” Sekali lagi kedengarannya sangat kejam. Kepada ayah yang malang, bingung, dan patah hati ini, dengan seluruh hidupnya terbungkus dalam anak laki-laki itu yang sedang berada di ambang kematian, Yesus berkata: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” Apakah ini ketidakbaikan? Apakah ini kekejaman, kurangnya simpati? Tidak, Yesus sedang menarik orang ini keluar sampai ke ujungnya dan membuatnya menyadari dan mengakui bahwa hanya di dalam Dia ada harapan. Ia berkata, “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” Ini adalah tangisan yang hampir putus asa, seolah-olah ia telah sampai pada pilihan terakhir – Yesus. Tetapi itulah yang Yesus inginkan! Hanya Yesus. Tidak ada harapan lain. Dan Yesus tidak pergi. Ia berkata, “Pergilah, anakmu hidup.” Saudara tahu sisa kisahnya. Ini adalah satu contoh lagi dari hal yang mustahil.

Yohanes Pasal 6

Pasal 6: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Ada banyak sekali lima ribu orang. “Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar” – dan jika saudara ingin melihat ke dalam Alkitab saudara dan mengerjakannya, saudara akan menemukan bahwa itu mewakili upah setahun untuk seorang pekerja di Palestina – “tidak akan cukup untuk mereka ini.” Dua ratus dinar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ini. Yesus telah mengajukan pertanyaannya sebagai suatu ujian: ‘Bagaimana hal ini bisa dilakukan?’ ‘Ini tidak bisa dilakukan’, kata murid-murid, ‘Ini tidak ada harapan. Ini mustahil.’ “Suruhlah orang-orang itu duduk,” kata Yesus. Nah, saudara tahu sisa kisahnya. Situasinya sangat tidak ada harapan, sangat mustahil, tetapi situasi ini diubah menjadi kenyataan yang nyata.

Yohanes Pasal 9

Di sini kita menemukan seorang laki-laki yang dilahirkan buta. Ini adalah bahasa yang aneh dan argumen yang aneh. Banyak yang telah dibuat tentang ini dan segala macam hal telah dikatakan tentangnya. Murid-murid bertanya kepada Guru, “Siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta? Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” Nah, laki-laki itu buta sejak lahirnya dan, perhatikan, bahasa laki-laki itu sendiri tentang hal ini menunjukkan bagaimana ia menyadari keputusasaan posisinya itu sendiri. Ketika para penguasa menantangnya tentang siapa yang memberinya penglihatan dan berkata, “Orang ini adalah orang berdosa,” laki-laki itu berkata, “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu … Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta.” Sejak dunia dijadikan! Idenya tentang hal itu, saudara lihat, adalah ini: bahwa ini adalah situasi yang tanpa pertanyaan adalah situasi yang tanpa harapan. “Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta.” Itu sangat tidak ada harapan, bukan? Ya, Yesus bermaksud seperti itu untuk kemuliaan. Situasi yang tanpa harapan!

Yohanes Pasal 11

Pasal sebelas membawa kita ke Lazarus. Dan saudara tahu sikap Tuhan di sini! Mereka mengutus untuk memberitahu-Nya, “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Ia tidak membantah pernyataan itu tentang kasih-Nya; meskipun demikian Ia menetap di tempat Ia berada selama empat hari. Dan ketika akhirnya Ia datang dan bergerak menuju kubur, saudari perempuannya berkata, “Tuhan, ia sudah berbau.” Tuhan telah dengan sengaja memaksakannya sampai ke titik itu untuk membuat situasinya setanpa harapannya seperti apa pun yang bisa secara alami. “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”

Yohanes Pasal 21

Lanjutkanlah sampai akhir, pasal terakhir. Apa itu? “Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.” Ketajaman, pengetahuan dan kemampuan seumur hidup seorang nelayan – semuanya habis! ‘Tidak menangkap apa-apa’ adalah keputusannya atas hal itu. Nah, saudara tahu sisanya: “Tebarlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Suatu situasi yang mustahil diubah menjadi kenyataan yang mulia, untuk kemuliaan-Nya. Ia meletakkan segala sesuatu di atas dasar kemuliaan-Nya.

Ada banyak penghiburan bagi kita di dalam hal ini. Oh, betapa sering kita putus asa dan merasakan keputusasaan dalam segala hal-hal! Selama Yesus hidup, tidak ada yang namanya kemustahilan dan keputusasaan. Tidak perlu banyak untuk mengatakan itu, tapi, oh, kadang-kadang ini adalah hal yang paling menguji bahwa kita dapat percaya bahwa sesuatu itu mungkin setelah semuanya. Tetapi ini mungkin. Banyak dari kita yang telah memiliki cukup pengalaman dalam hal ini, sebab Ia telah bersusah payah untuk membawa kita ke tempat di mana, kecuali karena Tuhan, ini adalah akhirnya. Kecuali karena Tuhan tidak ada lagi yang mungkin. Namun, berulang kali, Ia telah mengubah situasi yang tidak ada harapan dan mustahil itu menjadi sesuatu untuk kemuliaan-Nya sendiri, menempatkan segalanya untuk kemuliaan-Nya!

Sekarang apakah saudara melihat apa yang Ia lakukan dalam semua ini? Ia menempatkan hidup kita di atas dasar yang sama dengan milik-Nya. Ia datang dan menjalani hidup-Nya di atas dasar itu, kemuliaan Bapa. Tidak ada yang tidak bagi kemuliaan Bapa yang dapat dilakukan. Semuanya harus untuk kemuliaan Bapa. Segalanya diuji dan ditantang oleh ini: ‘Seberapa banyak dari hal ini yang akan melayani kemuliaan Bapa? Jika tidak, tidak ada tempat untuk hal itu. Hanya jika iya Aku akan melayaninya.’ Sekarang Ia membalikkannya dan meletakkan hidup kita di atas dasar yang sama itu. Ia menempatkan orang-orang di Kana di atas dasar itu. Ia menempatkan perempuan Samaria di atas dasar itu. Ia menempatkan Nikodemus di atas dasar itu.

Kolam Betesda (Yohanes Pasal 5)

Dan saya meninggalkan satu kasus: laki-laki di kolam Betesda. Sungguh suatu kisah keputusasaan, situasi itu, di dalam pasal lima! Laki-laki ini akan memberitahu saudara bahwa ia merasa situasinya adalah situasi yang tidak ada harapan! Ia telah berada di sana selama tiga puluh delapan tahun, dan setiap kali ia mencoba masuk ke dalam air, seseorang lain mendahuluinya. Tangisan keputusasaan – dan Yesus mengubahnya. Ia meletakkan hidup laki-laki ini di atas dasar yang sama dengan hidup-Nya sendiri.

Di sepanjang jalan ini seperti itu. Ini adalah posisi yang sangat aman untuk memiliki hidup saudara di atas dasar yang sama dengan Tuhan Yesus. Dan saudara tahu, itulah takdir jemaat. Apa itu yang dikatakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus? “Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya” (Efesus 3:21). Bagaimana? Hanya begini: bahwa hidup jemaat telah menjadi hidup dari situasi-situasi yang mustahil yang berubah menjadi kenyataan yang mulia. Bukankah itu adalah sejarah jemaat yang sejati selama ini? Lihatlah di awal, dan saudara berkata ‘Mustahil!’ Nero membantai sepuluh juta orang Kristen! Itu menunjukkan betapa jemaat telah bertumbuh, betapa cepatnya dan betapa perkasanya. Tetapi dihitung bahwa ia membantai tidak kurang dari sepuluh juta orang Kristen! Yah, itu banyak sekali, dan menyisakan hal-hal menjadi sangat kecil, lemah, dan tanpa harapan. Dan berulang kali jemaat telah berjalan seperti itu di sepanjang sejarah – tetapi jemaat terus berlanjut. Jemaat lebih besar dari sebelumnya pada hari ini. Tidak ada harapan dan mustahil … kecuali karena Yesus! Dan apa objeknya, apa itu yang mengatur ini? Oh, ini bukanlah karena jemaat adalah sesuatu, atau bahwa saudara dan saya adalah sesuatu; kemuliaan-Nya mengatur segalanya. Ini adalah untuk kemuliaan-Nya – “Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus.”

Masih ada banyak lagi yang mendukung hal ini di dalam bagian-bagian yang kita baca itu. Saudara ingat suatu peristiwa menjelang akhir, pada Hari Raya Paskah, ada di Yerusalem di antara banyak orang, orang Yunani tertentu yang pergi ke Hari Raya itu. Mereka berkeliling melihat-lihat pemandangan Yerusalem dan mereka termasuk dalam tamasya mereka Satu yang dibicarakan semua orang ini, Yesus dari Nazaret. Mereka mendatangi para murid dan berkata, “Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.” Filipus datang dan memberi tahu Andreas; Andreas datang, dan Filipus, dan mereka memberi tahu Yesus. Dan apa yang Yesus katakan? Segera – “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:23, 24). Bagaimana Yesus dimuliakan? Bagaimana Yesus benar-benar terlihat? Mereka berkata, “Kami ingin bertemu dengan Yesus”, dan Yesus berkata, pada dasarnya, “Kamu tidak hanya melihat Aku ketika kamu melihat Aku secara lahiriah. Kamu melihat Aku ketika kamu melihat ‘suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa’ (Wahyu 7:9). Satu Biji, setelah mati, menghasilkan banyak buah dalam panen yang besar. Itu akan menunjukkan kemuliaan-Ku. Itu akan membuatmu mengetahui siapa Aku ini. Bukan hanya salah satu pemandangan di Yerusalem, tetapi salah satu pemandangan di sorga.” Ini adalah wahyu dan pengetahuan baru tentang Tuhan Yesus. Itulah pemikiran yang ada di sana: bagaimana Yesus benar-benar dikenal atau dilihat, bagaimana Ia dihasilkan di dalam biji gandum lain, di dalam diri saudara dan saya, dan di dalam banyak orang lainnya. Begitulah cara Dia dimuliakan. Ia menempatkan hidup kita di atas dasar itu.

Maka Ia berkata kepada kita bahwa ini harus sama dengan kita seperti dengan Dia, jatuh ke dalam tanah dan mati. Dan Ia segera menambahkan, “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal” (Yohanes 12:25). Saudara menyerahkan hidup saudara untuk Kristus, saudara mencurahkan hidup saudara sampai mati demi kepentingan-Nya, dan kemuliaan akan datang di sepanjang jalan itu. Itulah jalan menuju kemuliaan.

Saya pikir saya telah mengatakan cukup banyak untuk membuat poin saya jelas. Inilah pekerjaannya. Tuhan Yesus telah meletakkan segala sesuatu dari hidup-Nya sendiri dan hidup kita di atas satu fondasi ini – kemuliaan-Nya – menantang dan menguji segala sesuatu menurut itu; mengatur segalanya dengan itu, mengatakan kepada kita, “Sekarang, itu harus benar tentang kamu seperti halnya tentang Aku bahwa hidupmu diatur oleh satu motif dan satu kepentingan: berapa banyak hal ini melayani kemuliaan-Ku?” Itu menolak semua pembicaraan tentang, “Baiklah, haruskah aku?” atau, “Bolehkah aku tidak?” “Haruskah aku melakukannya?” Tidak ada tempat untuk pembicaraan seperti itu, teman-teman kekasih, ketika kita dikuasai oleh ini – kemuliaan-Nya. “Jika hal ini tidak melayani kemuliaan-Nya, maka aku akan melepaskannya”, dan, “jika jalan ini dapat menuntun kepada kemuliaan-Nya, tidak peduli apa artinya bagiku, maka itulah jalan yang akan aku tempuh.” Ini adalah jalan kemuliaan di sepanjang waktu, dasar kemuliaan.

Semoga Tuhan menuliskan kata-kata ini jauh di dalam hati kita dan menjadikan kita laki-laki dan perempuan, orang-orang, yang berkomitmen untuk kemuliaan Tuhan Yesus kita!

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.