Austin-Sparks.net

Salib Tuhan kita Yesus Kristus

oleh T. Austin-Sparks

Bab 7 – Salib dan Dinamis Kemenangan

Sekarang, ya Tuhan, kami percaya bahwa Engkau tidak akan membiarkan pekerjaan-Mu tidak diselesaikan dan jika masih ada sesuatu yang perlu Engkau tambahkan, kami mohon kepada-Mu agar hal itu dapat dilakukan dalam terang yang sama seperti pada saat-saat lain selama hari-hari ini. Kami berdoa semoga berapa pun panjangnya pesannya, semoga segalanya menghasilkan kebaikan dan bantuan rohani yang nyata bagi kami. Secara rohani, ini mungkin bukan suatu pembuntutan dan pemudaran, pengunduran … meskipun banyak yang telah pergi, kami mohon kepada-Mu untuk menjaga tingkatnya tinggi dan sungai Allah tetap penuh dengan air, dan kami, pohon-pohon Allah, penuh dengan getah. Maka bantulah kami dalam kebutuhan kami pada malam hari ini demi Nama-Mu. Amin.

Kalau begitu, kita sampai pada bagian terakhir dari rangkaian meditasi tentang Salib Tuhan kita Yesus Kristus ini seperti di dalam beberapa surat rasul Paulus. Dan malam ini, tentu saja, secara berurutan, kita sampai pada surat kepada jemaat di Filipi dan tempat khususnya, makna dan penerapan Salib seperti yang kita dapatkan di dalam surat ini. Dan untuk memberinya nama atau judul atau titel, di dalam surat ini, kita memiliki apa yang saya yakini cukup benar: Salib dan Dinamis Kemenangan.

Sekali lagi, kata “Salib” mungkin tidak ditemukan di sini, namun referensi terhadapnya cukup pasti. Mungkin kunci dari surat ini adalah kata-kata yang ditujukan kepada jemaat di Filipi ini: “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.” Itu adalah referensi yang tidak diragukan lagi mengenai tempat Salib. Atau kemudian, kata-kata yang sangat dikenal, seruan Paulus: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Ayat-ayat ini dan di satu atau dua ayat lainnya menyiratkan dengan sangat jelas, di dalam sebuah surat yang sangat singkat, bahwa Salib memiliki tempat yang sangat nyata di dalam surat ini. Jika saudara menginginkan referensinya tanpa kita membukanya dan membacanya, mereka ada di pasal 1, ayat 29; pasal 2, ayat 5 sampai 8; pasal 3, ayat 3 sampai 10 dan ayat 18.

Sekarang, tak seorang pun yang mengenal surat kecil ini – surat besar yang kecil ini atau surat kecil yang besar ini – yang akan meragukan bahwa ini adalah surat kemenangan. Ini tidak diragukan dan tidak salah lagi adalah surat kemenangan, tepat dari awal hingga akhir. Rasul Paulus mengacu pada permulaan segala sesuatu dalam hubungannya dengan jemaat di Filipi ini, dan ia mengacu pada penderitaan pada awalnya. Dan saudara ingat kisah kedatangannya akhirnya ke Eropa, Filipi dan apa yang ia temui segera setelah tiba: perempuan yang kerasukan setan itu, perempuan kuil itu. Saya sering kali berhenti untuk membahas hal tersebut – saya akan berhenti sejenak di sepanjang jalan dan akan menanyakan sebuah pertanyaan kepada saudara: Mengapa iblis harus memberitakan Injil? Perempuan kuil yang kerasukan iblis ini berseru di hadapan semua orang: “Orang-orang ini adalah hamba Allah yang Maha-tinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan!” Saudara tidak bisa mendapatkan pemberitaan Injil yang lebih baik dari itu, bukan? Mengapa iblis harus melakukan hal itu? Oh, sungguh kedalaman iblis! Dan mengapa rasul harus memadamkannya dengan mengusir iblis itu dari dalam dirinya? Baiklah, saya akan meninggalkan pertanyaan itu untuk saudara jawab. Seperti yang saudara ketahui, terkadang iblis mensponsori perkara-perkara Allah untuk mendiskreditkannya. Dan ada banyak yang demikian di dalamnya; ngomong-ngomong, itu saja.

Akibat dari peristiwa itu, sebagaimana yang saudara ketahui, adalah Paulus dan Silas yang didera dan dijebloskan ke dalam penjara bagian dalam, kaki mereka dipasung, berdarah, memar, namun tidak menjadi bingung. Penuh kemenangan, bernyanyi di tengah malam – dan bernyanyi dengan konsekuensi yang luar biasa! Saya suka berpikir bahwa Paulus memiliki suara – bahwa ia dapat bernyanyi. Di antara semua hal yang ia miliki, ia bisa bernyanyi. Saya menginginkan itu! Ada suatu masa ketika saya bisa bernyanyi. Sebagai seorang anak laki-laki, saya dibawa dari satu tempat ke tempat lain untuk bernyanyi, sebelum suara saya pecah (dan, ini hanya sedikit kenangan pribadi, dan menurut saya ada sebuah pelajaran di dalamnya) kemudian suara saya pecah dan saya ingin sekali bahwa ketika suara saya kembali lagi, suara laki-laki saya, ini akan menjadi suara bas, suara bas yang bagus. Dan ketika suara saya kembali, suara saya adalah tenor! Saya kehilangan kejantanan saya dan saya (dengan bodohnya … para tenor akan memaafkan saya) pada hari-hari itu saya berpikir, “Suara tenor … yah, itu feminin! Itu lebih seperti suara perempuan.” Suara bas …. dan di sini saya mempunyai suara tenor. Apa yang saya lakukan? Mencoba membuatnya menjadi bas dan merusak semuanya; tidak bisa bernyanyi bas ataupun tenor. Nah, saudara bisa mengambil pelajaran dari hal itu jika saudara mau. Seringkali kita mengganggu kedaulatan Allah dan merusak segalanya.

Ya, Paulus bisa bernyanyi! Dan bernyanyi dengan efek tertentu, dan bernyanyi di tengah malam. Sekarang maksud kami adalah bahwa ini adalah kemenangan – kemenangan tepat pada awal sejarah Jemaat di Filipi dan dari kemalangan dan penderitaan serta kesengsaraan dan kemenangan yang pertama itu, datanglah Jemaat itu. Dan Jemaat tersebut dengan cepat terjerumus ke dalam antagonisme dan penderitaan yang sama. Dan hal ini terus berlangsung selama bertahun-tahun sehingga, di dalam pemenjaraan yang terakhir ini, rasul berkata kepada mereka, dalam bentuk waktu sekarang: “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.” Dan ada lebih banyak lagi mengenai hal itu di dalam suratnya mengenai penderitaannya karena ia berbicara tentang sekarang, pemenjaraannya saat ini, dengan mengatakan bahwa di penjara Roma (dan mungkin pemenjaraannya yang terakhir) injil tersebut sudah sampai ke seluruh penjaga Roma, markas besar Roma, dan di istana Kaisar. Jelas-jelasnya, para budak di istana Kaisar, hamba-hambanya, mengalami pertobatan sementara laki-laki ini menderita di dalam pemenjaraannya yang terakhir.

Baiklah, bagi dia dan bagi mereka, ini adalah surat kemenangan, bukan? Kemenangan yang luar biasa! Dan kami ingin mengetahui apa rahasia kemenangan ini.

Dinamis Kemenangan

Akhirnya dinyatakan mengenai Tuhan Yesus, dan bergerak ke dalam apa yang ada di pengaturan mekanis kita pasal 2. Tuhan Yesus sudah turun ke kedalamannya, “Taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.” Ini adalah kemenangan! Kemenangan, Paulus! Kemenangan, Filipi! Kemenangan, Kristus! Itulah apa yang ada di sini. Namun apa yang menjadi perhatian kami, di dalam waktu yang singkat ini, adalah jalan menuju kemenangan itu. Dan ini adalah jalan menuju kemenangan yang sangat tidak natural.

Saya tidak tahu apa yang secara mental saudara bayangkan atau pikirkan, sebagai gambaran kemenangan, dan jalan menuju kemenangan. Tentu saja, kemenangan itu sendiri menyiratkan peperangan dan konflik. Ya, tapi dalam surat ini, ada sesuatu yang lebih dari itu. Kemenangan ini bukan hanya sekedar objektif, apakah itu penjara Filipi atau penjara Roma atau penganiayaan dari luar. Kemenangan di sini bersifat subjektif, bersifat batiniah … dan ini adalah cara kemenangan yang aneh – sangat tidak natural. Dan hal ini terutamanya dan terunggulnya disajikan di dalam kasus Tuhan Yesus (pasal 2 dari ayat 5 dan seterusnya). Siklusnya … Setara dengan Allah … setara dengan Allah – dengan hak-Nya sendiri, dalam hak-Nya sendiri – setara dengan Allah, dalam kemuliaan. Dikatakan melalui Yohanes, “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” Semua itu! Seluruh isinya dari itu … mengosongkan diri-Nya sendiri, ditemukan di dalam rupa manusia, dalam wujud seorang budak, “taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu Salib.” Dari ketinggian tertinggi hingga kedalaman terendah. Dari kepenuhan terbesar hingga kekosongan terseluruh.

Siklus Kemenangan

Siklus kemenangan, jalan menuju kemenangan. “Oleh sebab itu” yang besar, datang masuk pada titik terdalam itu – mati di kayu Salib. Cara yang tidak natural, bukan? Sekarang saudara perhatikan bahwa hal ini dianggap oleh rasul Paulus, sebagai sejarah orang-orang percaya di Filipi, dan tentu saja, dalam kasus diri kita sendiri. Pada prinsipnya rasul mengambil hal itu dari Kristus dan meneruskannya kepada orang-orang percaya dan berkata, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Melalui proses yang sama, melalui pengalaman yang sama secara prinsip, dengan perbedaan-perbedaan tertentu antara Kristus dan diri kita sendiri (selalu harus menjaga hal itu) namun secara prinsip: siklus yang sama, sejarah yang sama, pengalaman yang sama bagi orang-orang percaya, “Hendaklah kamu menaruh pikiran yang sama …” Pikiran yang sama – yaitu, memiliki watak yang sama.

Di Skotlandia, kami mempunyai cara berbicara, kami bertanya kepada seseorang apakah mereka akan melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu, dan berkata: “Apakah engkau berpikiran untuk melakukannya?” Apakah engkau berpikiran? Suatu pikiran … suatu watak … suatu sikap. Biarlah watak yang sama ini ada di dalam dirimu seperti yang ada di dalam Kristus Yesus. Dan hasilnya akan sama dalam kedua caranya: turun, turun, turun, turun hingga menyentuh dasarnya. Dan di bagian dasarnya, titik akhirnya ditemui dan segala sesuatunya berputar kembali dan naik, dan naik. Tapi tidak ada naik sampai ada turun. Dan ini bukanlah sesuatu di dalam sejarah kita yang dilakukan sekali untuk selamanya. Ini demikian dalam halnya dengan Tuhan Yesus, dan itulah salah satu perbedaannya.

Seringkali ketika saya ingin berhubungan dengan seseorang, jika saya pergi ke toko dan naik lift, saya berkata kepadanya “Hidup itu penuh naik dan turun, bukan?” dan tentu saja ia paham, dan saya berkata kepadanya, “Pastikan kamu selesai dengan posisi naik dan bukan turun!” Itulah pikiran Tuhan. Ini mungkin melalui jalan ke bawah tetapi melalui jalan ke bawah, ini adalah jalan ke atas.

Sekarang, saya ingin membuat hal ini menjadi sangat singkat dan langsung menuju ke inti permasalahan ini – dengan menerapkan pemikiran ini, watak Kristus ini yang telah diterapkan dalam tindakan, dalam efek, dengan begitu penuhnya dan menyeluruhnya – apa jumlahnya dari semua itu? Tepatnya apa yang terjadi? Ya, Tuhan Yesus, dan pikiran yang ada di dalam Kristus Yesus ini, adalah yang dari kapasitas luar biasa bahwa saudara dan saya harus memiliki ditanamkan di dalam diri kita sendiri sebagai satu-satunya jalan menuju kemenangan: kepasitas untuk melepaskan … kemampuan untuk melepaskan.

Kami tahu, dan mungkin saudara telah mendengarnya berkali-kali sebelumnya, bagian di dalam pasal 2 ini dari surat ini tentang Ia yang setara dengan Allah, pengosongan-Nya yang besar, pengosongan diri-Nya dan turun ke kedalaman terdalam, merupakan penyeimbang dari sesuatu. Ini adalah penyeimbang dari semua pekerjaan yang pernah dilakukan iblis! Dan motifnya, atau pola pikirnya – watak iblis yang menjadi asal muasal semua kejahatan dan kehancuran yang sudah berlangsung selama ini – adalah keserakahan, keposesifan, menarik kepada diri sendiri, memiliki dan memegang untuk diri sendiri. Kitab Suci menunjukkan kepada kita bahwa iblis adalah kerub yang menaungi, jelas-jelas di tempat yang sangat tinggi, mungkin jika tidak tepatnya, di sebelah Anak, sangat dekat dengan Anak, tetapi iri terhadap Anak. Inilah sebabnya, saudara lihat, ketamakan adalah penyembahan berhala – ini adalah iblis. Tamak, iri hati, posesif, serakah – untuk memiliki apa yang Allah tidak kehendaki ia miliki – apa yang disediakan untuk Anak. Ya, ia berupaya untuk mencapai kesetaraan; kesetaraan dengan Allah sebagai pengganti Anak. Dan sejarahnya … sejarah yang mengerikan.

Saudara tahu, teman-teman yang kekasih, sejarah rohani kita dilihat dari satu sudut pandang di dalam Kitab Suci, sejarah rohani kita adalah kehancuran pekerjaan iblis! Apakah saudara tahu itu? Ketidak-percayaan adalah kejatuhan Adam, oleh karena itu iman adalah kehancuran pekerjaan iblis di sana. Itulah sebabnya ini sangat penting! Dan semua hal-hal seperti itu, mereka ada di sini untuk menghilangkan rasa keposesifan itu, keserakahan itu, ambisi yang melanggar hukum itu – untuk menghancurkannya secara prinsip. Harus ada Seseorang yang secara sukarela mengosongkan diri-Nya sendiri dari hak-hak-Nya sendiri dan semua yang ada dan terkandung di dalam hak-hak itu … untuk menghancurkan hal yang mengerikan ini, bukan di dalam diri-Nya sendiri, sebab hal itu tidak pernah benar tentang Yesus, melainkan untuk menghancurkannya di dalam umat manusia! Dan dengan Salib-Nya, Ia menghancurkan pekerjaan iblis! Anak Allah diwujudkan untuk menghancurkan pekerjaan iblis! Dan pekerjaan iblis yang pertama dan paling mengerikan adalah keinginan untuk memiliki ini, untuk memposes ini, untuk memperoleh ini … Saudara tahu, Kain, dikatakan di dalam Kitab Suci, bahwa ia berasal dari si jahat itu. Ia, karena, kata penulisnya, ia berasal dari yang jahat itu … nama Kain artinya serakah – serakah. Dari si jahat.

Di sinilah di mana semua ambisi kita untuk menjadi sesuatu, untuk memiliki, untuk memposes, untuk memegang, untuk menyimpan, kuasa, supremasi, dominasi – dari sinilah semuanya ini berasal: dari si jahat. Dan kehancuran dari semua itu sebagai sebuah prinsip dan dengan segala konsekuensinya, pertama-tama ada di dalam Kristus – pikiran yang ada di dalam Kristus Yesus, dan kemudian itu ditransferkan kepada jemaat di Filipi. Dan menurut saya, jemaat Filipi adalah contoh yang bagus mengenai hal ini, saudara tahu. Meskipun ada keharusan untuk mengatakannya kepada mereka, yang kebutuhan tersebut tidak perlu kita pikirkan karena hal itu ada di sini di dalam surat ini. Namun demikian, mereka adalah contoh yang indah tentang pelepasan ini, pemberian, menyerahkan! Seorang akan memikirkan tentang apa yang dikatakan rasul tentang kemurahan hati mereka, kepedulian mereka terhadapnya, keprihatinan mereka terhadapnya. Merekalah yang pertama-tama memikirkan situasi laki-laki ini. Ia mungkin hidup tanpa makanan, ia mungkin kekurangan pakaian, ia mungkin hidup dalam kemiskinan tanpa memiliki apa yang dibutuhkannya atau bahkan kemewahan di dalam penjaranya. Mereka memikirkan dia, melakukan semua yang mereka bisa untuk melayani-nya. Betapa bersyukurnya dia di dalam surat ini untuk itu. Bacalah sekali lagi! Keluarannya, pelepasannya, tanpa memikirkan apa biayanya bagi mereka … Pikiran yang ada di dalam Kristus Yesus.

Sekarang, apapun metodenya, bagaimanapun cara melakukannya, prinsipnya; inilah hal yang ingin kita dapatkan dan pergi dengannya. Teman-teman yang kekasih, Salib di sini adalah simbol kemenangan. Jangan lupa itu atau ragu akan hal itu – ini adalah simbol kemenangan. Tapi, tapi, prinsip Salib di dalam surat ini adalah kuasa, kemampuan, untuk melepaskan! Untuk melepaskan kepada Allah, untuk mengendurkan genggaman saudara – pegangan saudara. Untuk melepaskannya. Tepat melalui sejarah Alkitab, saudara akan melihat kemenangan itu, kemenangan yang luar biasa itu, yang terjadi ketika itulah masalahnya. Bahkan terkadang ketika ini adalah sesuatu yang adalah pemberian Allah, Allah memintanya kembali. Ini tidak selalu sesuatu yang buruk yang harus saudara serahkan, sesuatu yang patut dipertanyakan yang harus saudara lepaskan. Tidak. Sesuatu yang diberikan Allah: Ishak. Apakah ada sesuatu yang lebih dari pemberian Allah selain Ishak? Sebuah keajaiban Allah, Ishak itu! Sungguh hadiah yang luar biasa … hadiah yang supernatural. Mustahil, mungkin saya pikir kita dapat mengatakan pastinya mustahil untuk diulangi: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, dan persembahkanlah dia …” Diberikan oleh Allah secara ajaib, secara supernatural, sebagai jawaban atas doa yang panjang – banyak, banyak rintihan hati, keadaan yang putus asa, keputusasaannya – kemudian diberikan, dan Allah berfirman, “Serahkan, serahkan dia. Persembahkanlah dia.”

Nah, bagaimana dengan itu? Apakah itu kemenangan Salib? “Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat.” Ini adalah kemenangan yang luar biasa, yang luar biasa untuk mampu melepaskan. Tentu saja, saya dapat memikirkan hal ini dan menerapkannya dalam banyak cara. Beberapa dari kita, saudara tahu, kepada siapa Allah kita rasa tidak diragukan lagi telah diberikan pelayanan, memanggil kita kepada pelayanan dan memberikan kita sebuah pelayanan, kita telah dibawa ke tempat di mana kita harus menyerahkan kembali pelayanan kita kepada Tuhan. Menyerahkannya kembali dan berkata, “Tuhan, baiklah. Jika Engkau tidak ingin kami melanjutkan, ini dia. Engkau memberi dan Engkau mengambil.” Dan untuk sementara waktu merasakan kesedihan atas kehilangan itu. Saya rasa saya bisa mengatakan, saya rasa saya bisa mengatakan bahwa itu tidak hilang. Ada sesuatu yang lebih setelahnya. Sesuatu yang lebih. Ada banyak sejarah dalam apa yang saya katakan. Allah memberi, dan Ayub … saya hanya mengutip Ayub, bukan? “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil …” dan kemenangan: “Terpujilah nama Tuhan!” Saya tidak tahu apakah kita semua sudah sampai di sana. Namun saya sudah sampai di sana secara mutlak ketika beberapa hal ini terjadi dan saya secara spontan mengucapkan “Terpujilah nama Tuhan!” Saat ini ada penderitaan dan kesakitan (setidaknya untuk sementara waktu) namun ada perluasan rohani dan keuntungan rohani. Allah bukanlah orang yang berutang kepada siapa pun.

Ya, itulah prinsip yang ada di sini di surat kepada jemaat di Filipi, dan saudara perhatikan bagaimana rasul Paulus menerapkannya dalam kasusnya sendiri. Ia tidak mengatakannya dengan banyak kata-kata bahwa pikiran yang ada di dalam Kristus Yesus ini ada di dalam saya dan saya mengikutinya, tetapi dalam apa yang ia katakan ia memberi contoh. Ia menceritakan kepada kita semua hal yang merupakan keuntungan baginya: segala kelebihan dari kelahiran, warisan, didikan, pendidikan, kesuksesan, manjat sampai ke puncak pohon dalam profesinya sebagai seorang Rabi dan segala yang dimaksud dengan pengaruh dan kesempatan serta kekuasaan dan kepemilikan darinya. Betapa kepenuhan yang dimiliki laki-laki ini sebelum pertobatannya! Dan kemudian ia berkata dalam surat ini, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.” Semuanya hilang! Apakah saudara akan memberitahu saya bahwa pelepasan Paulus merupakan kerugian baginya? Bagi Allah? Bagi Jemaat? Oh, betapa ruginya kita selama berabad-abad ini jika Paulus tetap mempertahankan semua keuntungan tersebut. Hal-hal yang ia katakan adalah keuntungan, adalah keuntungan … dan memang mereka adalah keuntungan, jika ia memegangnya … Tidak, ia melepaskannya. Namun sekarang apakah saudara memperhatikan apa yang ia katakan, setelah semua itu, ia katakan, “Segala sesuatu kuanggap rugi, menganggapnya sampah, sampah, sampah. Itulah nilai mereka seperti yang aku lihat sekarang. Kamu akan segera melihatnya sebentar lagi alasannya – aku melihatnya sekarang. Hanya sampah!”

Namun ia berkata, “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, dan aku juga belum mencapainya pada saat ini, di akhir hidupku, hidupku yang penuh, sepanjang umur … sepanjang umur.” Tentu saja, itu terjadi dua puluh abad yang lalu dan Paulus adalah seorang pemuda menurut standar saat ini, saya jauh lebih maju dari usia Paulus. Tapi, baginya, hidup yang penuh dan panjang – akhir dari semuanya itu? “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya.”

Apakah saudara memperhatikan jalannya? Kebangkitan! Persekutuan penderitaan-Nya! Menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. Puncak hidup kebangkitan adalah Salib. Apakah saudara mengerti itu? Puncak hidup kebangkitan adalah Salib. Karena seluruh pengetahuan kita akan kuasa kebangkitan-Nya hanya akan membawa kita semakin jauh ke dalam makna Salib. Kepada apa? Menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya … untuk mencapai kebangkitan yang unggul dari antara orang mati, sesuatu yang jauh lebih besar daripada pengalaman awal persatuan dengan Kristus dalam kebangkitan itu. Tapi, itu sudah selesai, saudara lihat.

Jalan menuju kemenangan selalu adalah peningkatan kapasitas untuk melepaskan kepada Tuhan. Sementara kita berpegang, mempertahankan pendirian kita, menuntut hak-hak kita, menjaga segala sesuatu di dalam tangan kita – kita berada dalam kekalahan. Ada ribuan cara untuk menerapkan hal ini. Namun, teman-teman yang kekasih, dalam banyak, banyak cara, Tuhan menunggu untuk prinsip ini diterapkan, atau berhasil. Seorang isteri cemburu pada suaminya … dan ia berdoa dan berdoa dan berdoa, dan Tuhan tidak pernah menjawab. Tidak pernah menjawab. Ia ingin memegangnya, menjaganya untuk dirinya sendiri, hanya untuk memiliki dia dalam kepemilikannya. Dan doanya tidak terkabul dan tidak terjadi apa-apa sampai suatu hari, Tuhan berfirman: “Biarkan ia pergi. Lepaskanlah. Jika kamu mau melepaskannya, Aku akan memegangnya.” Dan ketika kita belajar seperti itu – ini mungkin sebaliknya – saya hanya mengambil contoh itu, bukan karena semua perempuan cemburu seperti itu, tapi laki-laki juga bisa sama, cemburu pada isterinya … atau anak-anaknya. Mereka memegang dengan begitu eratnya; tidak akan melepaskannya. Atau sesuatu … apa saja … saya telah menyebutkan pelayanan, tidak peduli apa itu, jika saudara dan saya memegang teguh hal ini pada diri kita sendiri, meskipun ini mungkin sesuatu yang tidak salah – tidak jahat dalam dirinya sendiri, bukan dosa dalam dirinya sendiri – tetapi kita sudah memegang hal ini dan kita sudah memegang posisi kita sendiri dan hak kita sendiri dan kita tidak akan melepaskannya.

Sekarang, saudara tahu bahwa itulah alasan kekalahan Jemaat di Korintus. Kekalahan yang mengerikan dari Korintus secara rohani adalah: mereka tidak mau melepaskannya. Cinta mereka pada kekuasaan … cinta mereka untuk hikmat dunia … cinta mereka untuk kepuasan emosional … menarik semua hal ini, bahkan hal-hal rohani, kepada diri mereka sendiri. Dan baru setelah mereka hancur karena hal itu dan saudara melihat kehancuran dari Surat Kedua kepada Jemaat di Korintus di mana mereka benar-benar hancur, barulah kemenangan mereka tiba.


Kemenangan

Nah, apakah saudara sudah mendapatkan ini? Saudara ingin kemenangan? Mungkin saja, saudara lihat, ada semacam kontroversi mengenai melepaskan kepada Tuhan … melepaskan tangan saudara. Oh, ini adalah sebuah pelajaran besar yang harus kita pelajari di dalam kehidupan Kristen – untuk menjauhkan tangan kita dari … dari tabut … dari orang-orang. Oh, ini adalah hal yang menguji dengan tangan kita sendiri – untuk mengarahkan hidup orang lain; menyebabkan mereka mengambil jalan yang menurut kita harus mereka ambil; memaksakan pikiran penilaian dan keinginan kita pada orang lain. Saudara tahu, bertahun-tahun yang lalu Tuhan berkata, “Lepaskan tanganmu, dan Aku akan melakukannya. Lepaskanlah tanganmu.” Oh, betapa kita senang sekali, bukan, untuk meletakkan tangan kita pada hidup orang lain dan pada orang lain? Ini adalah rasa cinta akan kuasa – bawaan lahir, bawaan – cinta akan kuasa … untuk memiliki. Dan jalan Salib adalah jalan melepaskan bahkan hal-hal yang baik kepada Tuhan, jika Ia menghendakinya.

Sekarang saudara lihat di sini di Filipi berdasarkan sesuatu yang jelas-jelas ada di sana, “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.” Satu dengan yang lain – dua perempuan yang kekasih. Saya ingat Kapten Wallace mengutip hal itu, salah mengutipnya. Ia berkata, “Menjijikkan [Odious] kunasihati dan Sangat-sensitif [So-touchy] kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.” Menjijikkan [Odious] dan Sangat-sensitif [So-Touchy] … ya, mungkin saja. Apapun itu, ada sesuatu di antara keduanya ini dan mereka membela hak mereka sendiri. Yang satu tidak memberi jalan kepada yang lain, tidak mengatakan “Aku bersalah.” Kesombongan, kesombongan … membuat mereka bertahan pada pendirian mereka, pendirian mereka sendiri. Mungkin yang satu itu benar, namun ia tidak akan melepaskan hak-nya. Dan itulah sebabnya rasul berkata, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Ia mempunyai hak! Tidak diragukan lagi, hak-Nya adalah hak yang ada pada diri-Nya sendiri. Hak saudara mungkin bukan hak saudara setelah semuanya. Namun apakah hak itu adalah hak saudara atau bukan, intinya adalah: saudara melepaskannya. Melepaskannya. Saudara menyerah. Saudara menyerahkan ini ke dalam tangan Tuhan dan melepaskan tangan saudara. Saudara rela menderita kehilangan segalanya demi Dia. Dan meskipun itu adalah Salib, itu adalah kemenangan, “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia …”

Nah, sekarang saya menutup, tapi tandailah, memanggil perhatian saudara kepada hal ini. Bagaimana rasul Paulus bisa melakukan hal ini – menderita kehilangan segalanya, menganggap semua keuntungan sebagai sampah belaka? Bagaimana ia bisa melakukannya? Ini hanyalah daya tarik menjadi seorang hamba. Dan itu adalah motif yang bagus, bukan? “Karena bagiku hidup adalah Kristus. Aku tidak mempunyai tujuan atau motif lain dalam hidup selain Kristus. Kristus.” Lihatlah kembali betapa besarnya tempat yang dimiliki Kristus di dalam surat ini. “Karena bagiku hidup adalah Kristus.” Dan “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Ia terpikat oleh Kristus. Dan ketertarikannya itu pada Kristus, Kristus yang telah ia lihat, ketahui, jauh lebih besar, jauh lebih besar tanpa batas daripada semua hal ini yang pernah ia anggap sebagai keuntungan. Kedudukan di dunia, harta benda di dunia, dan segalanya – semua ini tidak berarti apa-apa jika saudara sudah melihat Tuhan Yesus! Dan tidak ada jalan kemenangan lain selain melihat Tuhan Yesus. Namun hanya orang yang telah disalibkan yang benar-benar melihat Tuhan Yesus. Apakah saudara tahu itu?

Ya, itu sudah cukup. Apakah ini berarti menutup konferensi dengan nada yang menyedihkan? Saya tidak bermaksud seperti itu. Maksud saya adalah kemenangan! Lihat jalan kemenangan? Ya – Salib bukan sekedar kehilangan segalanya dan mendapatkan kehidupan yang menyedihkan dilucuti dari segalanya. Salib adalah kemenangan! Ini adalah keuntungan dari kerugian! Ini adalah hidup dari kematian! Ini adalah banyak dari sedikit! Itulah Salib.

Marilah kita berdoa?

Sekarang, ya Tuhan, tuliskanlah ke dalam hati kami semua yang menjadi kehendak-Mu agar kami benar-benar mengetahuinya di hari-hari ini dan menutupinya di sana, melindunginya di sana dan berilah kami kasih karunia untuk menanggapi dengan ketaatan terhadap setiap tantangan, setiap panggilan, dan jadikan kami manusia yang begitu dikosongkan dari diri dari kesombongan dan kepentingan pribadi dan segalanya itu – begitu kosong … dan begitu sibuk dengan diri-Mu sendiri, Tuhan Yesus. Begitu terpikat pada diri-Mu, begitu terpesonanya oleh-Mu sehingga tidak ada yang terlalu banyak untuk dilepaskan kepada-Mu. Semoga ini menjadi dinamika, keterpikatan akan Tuhan Yesus ini pada setiap biaya. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.