Austin-Sparks.net

Pembangunan Yerusalem Baru

oleh T. Austin-Sparks

Bab 4 – Kemerdekaan dan Hidup

“Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.” (Galatia 4:26).

“Tetapi apa kata nas Kitab Suci? “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu.” Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka … Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (Galatia 4:30-31, 5:1).

Kita telah melihat di dalam renungan kita sebelumnya bahwa Roh Kudus, melalui rasul di dalam pasal ini dan ayat-ayat lainnya di dampingnya, mengemukakan dua gagasan yang berkaitan dengan apa yang sedang dilakukan Allah. Di satu sisi, ada keluarga Abraham yang menurut daging; di sisi lain, keluarganya yang menurut Roh. Keluarga itu diubah dalam gelarnya. Pada satu titik, keluarga itu disebut dengan nama dua gunung-gunung, Sinai yang berhubungan dengan keluarga yang menurut daging, dan Sion yang berhubungan dengan keluarga yang menurut Roh; dan dua kota-kota, Yerusalem yang ada sekarang, Yerusalem duniawi, yang berhubungan dengan keluarga yang menurut daging, dan Yerusalem sorgawi, yang berhubungan dengan keluarga yang menurut Roh. Ia mengemukakan dua gagasan lagi: hamba, keluarga yang menurut daging; dan anak, (bukan seorang hamba, melainkan seorang anak) keluarga yang menurut Roh. Semua ini dikumpulkan ke dalam Yerusalem sorgawi, dan masing-masing dari perumpamaan yang digunakan ini, gunung dan Kota dan sebagainya, mewakili hal-hal rohani yang pada akhirnya akan ditemukan disempurnakan di Kota itu atau di dalam umat itu.

Di dalam meditasi ini, marilah kami mulai dengan menunjukkan satu hal lain yang sangat berada di dalam pandangan di dalam hubungan ini – “Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka … kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.” Kota ini, umat ini yang Tuhan berusaha untuk membawa sampai kepada kepenuhan akhir, kesempurnaan, ditandai dengan kemerdekaan.

Perhambaan Hukum

Tentu saja kita tahu bahwa rasul di sini dan di tempat lain di dalam tulisannya, berurusan dengan perhambaan hukum dan kemerdekaan kasih karunia. Kami tidak akan berbicara secara khusus mengenai hukum itu sendiri, melainkan apa yang diwakili oleh hukum, yaitu, pemaksaan dari luar suatu sistem kewajiban yang sangat lengkap, komprehensif, terperinci dan menyeluruh. Itulah hukum itu – ini adalah pengenaan sesuatu dari luar dan penuntutan ketaatan pada sistem hal-hal yang dipaksakan itu, yang tidak ada habisnya. Sementara hukum, pertama-tama, adalah apa yang datang melalui Musa, ketika mereka yang menangani hukum telah selesai dengannya, mereka telah mengembangkannya dengan begitu luasnya sehingga muncul situasi yang sama sekali mustahil, sehingga bahkan mereka yang beragama Yahudi – bangsa Yahudi ortodoks, yang setia dan berbakti, yang sangat menjunjung tinggi Musa, para rasul sendiri dan tidak kurang dari rasul Petrus sendiri, mengatakan tentang hal ini bahwa ini adalah sesuatu “yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri.” Saudara ingat Kisah Para Rasul 15. Itulah titik dari krisis besar – apakah orang Kristen harus tunduk pada peraturan hukum Musa, khususnya tentang sunat – yang menjadi perhatian bangsa-bangsa bukan Yahudi yang bertobat. Petrus sendiri menentang hal ini dan berkata, “Kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri.” Dan Ia menghimbau agar kuk ini tidak ditimpakan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Pada saat hal-hal lahiriah ini jatuh di tangan manusia dan mereka berusaha mengerjakannya, mereka telah mengembangkannya sedemikian rupanya sehingga saudara tidak dapat memalingkan kepala saudara tanpa menyinggung perasaan, penampilan saudara itu sendiri adalah perkara penghakiman; hampir setiap tindakan patut dicurigai; ada sesuatu untuk mengontrol setiap gerakan. Ini seperti jaket pengekang yang mengerikan dan orang-orang menjadi diterorkan karena sistem yang dipaksakan ini yang begitu menyeluruh dan hanya berkaitan dengan hal-hal yang eksternal saja.

Tuhan Sendiri menyentuh hal itu secara langsung ketika Ia berbicara tentang kuburan yang dilabur putih, kerusakan di sebelah dalamnya, tulang belulang, namun sebelah luarnya memang bersih tampaknya, begitu bagus, begitu bersih di luarnya; atau piringnya dicuci sangat bersih di sebelah luarnya, tetapi jangan melihat ke sebelah dalamnya (Matius 23:25-28). Orang-orang ini adalah penafsir hukum taurat, pemelihara hukum taurat, dan ini adalah sebuah sistem perhambaan yang mengerikan.

Ini bukan hanya sesuatu yang terjadi di dalam sejarah; ini merupakan kecenderungan yang terus-menerus, dan hal ini dapat menjadi sama benarnya dalam Kekristenan, sama benarnya dalam Perjanjian Baru, seperti dalam agama bangsa Yahudi dan Perjanjian Lama, sehingga mengakibatkan perhambaan.

Perhambaan Batiniah

Perhambaan ini bisa masuk ke dalam batin, tidak hanya perhambaan pada hukum, namun juga keterikatan di batin. Saudara bertemu dengan banyak orang Kristen yang kekasih, anak-anak Allah, yang semuanya terikat di batin. Mereka tidak merdeka, mereka tidak spontan, mereka tidak terbuka, mereka berada di bawah semacam pengekangan dan saudara tidak dapat pergi ke mana pun bersama mereka. Persekutuan hanya berjalan sejauh ini dan ini tidak akan berlanjut lebih jauh lagi. Ada keketatan, ketutupan, pertanyaan sepanjang waktu. Sekarang, semua hal seperti itu bertentangan dengan roh kemerdekaan di dalam Kristus. Tuhan ingin kita menikmati kemerdekaan Kota sorgawi, ingin menjadikan kita orang-orang yang merdeka dari Kota itu dalam cara batiniah yang dalam ini.

Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka. Hagar harus melakukan apa yang diperintahkan kepadanya karena ia adalah seorang hamba perempuan. Berbeda dengan itu, ibu kita semua tidak melakukan apa pun karena terpaksa oleh kewajiban dan perhambaan, melainkan merdeka. Betapa hebatnya ibu itu – betapa murah hatinya, betapa ramahnya, betapa liberalnya – semuanya tanda pelepasan. Saya tidak tahu apa yang saudara rasakan mengenai hal ini, namun saya merasa bahwa ada kebutuhan besar di antara anak-anak Tuhan untuk pelepasan batiniah ini dari ketegangan dan perhambaan batiniah. Kita bisa begitu tepat mengenai surat Perjanjian Baru sehingga menjadi terikat seluruhnya. Kita bisa menjadi begitu rewel dan khusus mengenai suratnya, bahkan mengenai wahyu Perjanjian baru, sehingga kita kehilangan kemuliaannya, kemerdekaannya. Tidak ada seorang pun yang akan berpikir bahwa saya menyarankan sejenak pun bahwa kita tidak harus begitu khusus tentang Firman Tuhan, namun ada segala perbedaannya antara memaksakannya dan meletakkannya, dan masuk ke dalamnya dan hidup di dalamnya di dalam Roh hidup.

Kemerdekaan Yerusalem Baru

Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan, seperti yang telah sering dikatakan, berkat besar yang diberikan kewarganegaraan sorgawi yang sejati kepada kita sekarang adalah bahwa kita dapat melakukan apa pun yang kita kehendaki. Saudara bisa pergi dan berbuat apa pun yang saudara kehendaki, asalkan Roh Kudus ada di dalam diri saudara. Itulah argumen Galatia. “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Galatia 4:6). Roh Anak-Nya ke dalam hati kita – asalkan demikian, jika Roh Kudus adalah Tuhan di dalam hati kita, kita dapat melakukan tepatnya apa pun yang kita kehendaki. Ini adalah bagi saudara untuk mencari tahu apa yang saudara kehendaki. Kami menemukan bahwa kami tidak menyukai hal-hal yang kami pikir seharusnya kami sukai. Kami mencobanya dan kami mendapati bahwa kami tidak menyukai mereka, kami tidak senang akan mereka sama sekali. Itu adalah jalan yang jauh lebih baik, jalan yang jauh lebih menguntungkan untuk masuk ke dalam hal-hal Tuhan daripada untuk mendapatkan mereka dikenakan kepada kita bahwa kita tidak boleh melakukan ini dan itu, dan dimasukkan ke dalam jaket pengekang.

Itu sangatlah penting, khususnya bagi kaum muda Kristen. Saudara akan sering ditanya di dunia ini mengapa saudara tidak melakukan ini dan itu, mengapa saudara tidak pergi ke sini dan sana, mengapa saudara tidak pergi ke bioskop, ke teater, mengapa saudara tidak melakukan hal ini dan hal yang lain itu. Apa yang akan menjadi jawaban saudara? “Yah, orang tuaku tidak akan menyukainya! Kami tidak melakukan hal semacam itu di rumah!” Mengapa saudara melakukan hal-hal yang saudara lakukan? Apakah ini karena saudara telah dibesarkan seperti itu, karena ini adalah pendapat orang-orang terdekat saudara dan yang berkuasa atas saudara dan saudara harus patuh? Nah, begitu saudara mendapatkan kemerdekaan, maka saudara akan melakukan sebaliknya.

Kita harus memiliki jawabannya dari dalam batin, dan satu-satunya jawaban yang cukup baik adalah, “Yah, itu bukanlah kebahagiaanku, itu bukanlah kesenangan bagiku seperti halnya bagimu. Aku tidak menemukan hidupku di dalamnya seperti yang kamu dapatkan, hal itu tidak memberikan kepadaku apa yang hal itu berikan kepadamu! Sesuatu telah terjadi di dalam diriku yang telah mengubah kesukaanku dan ketidaksukaanku, yang telah menyatukanku dengan hal-hal yang jika tidak, aku tidak akan menyukainya sama sekali, dan telah menjadikan mereka hidupku; sesuatu yang telah memisahkanku dari hal-hal yang secara alami harus aku kejar seperti yang kamu lakukan, tetapi sekarang hal-hal itu tidak berarti apa-apa!” Itulah satu-satunya jawaban. Saudara tahu, itulah akar dari segala perkara ini. Tidak peduli seberapa jauh kemajuan kita di dalam kehidupan Kristen, hal ini harus tetap seperti itu. Kita harus terus berjalan dan selalu maju berjalan, sehingga Roh itu sendiri yang menetapkan standar-standar-Nya sendiri di dalam diri kita dengan cara yang baru dan kita semakin menemukan bahwa hal-hal yang tadinya tidak menjadi perhatian kita kini menjadi perhatian dan kesenangan kita, dan hal-hal yang sangat kita pikirkan, bahkan secara rohani, kini kehilangan arti pentingnya bagi kita karena hal-hal tersebut telah dilampaui.

Bolehkah saya berbicara dari dalam hati saya sendiri, bahkan sebagai seorang yang telah memikul tanggung jawab rohani selama bertahun-tahun dan yang telah mengajarkan umat Tuhan selama jangka waktu yang cukup lama? Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, saya telah memperhatikan adanya perubahan penekanan dengan diri saya sendiri. Hanya beberapa tahun yang lalu, saya menaruh seluruh penekanan saya pada hal-hal tertentu, namun dalam beberapa tahun itu, saya percaya, saya telah berada di bawah tangan Tuhan dan penekanan saya berubah. Ini bukan berarti bahwa hal-hal ini kehilangan arti penting mereka. Saya masih menganggapnya sebagai hal yang sangat penting, tetapi saya melihat nilai yang lebih besarnya dari hal-hal lain.

Jadi di dalam batin, ada sesuatu yang terjadi agar kita senantiasa dibebaskan dari pengukuran, dari pembatasan dalam cara yang batiniah dan meluas, dan memang demikianlah seharusnya. Mereka adalah standar-standar baru bagi kita meskipun mereka bukanlah hal yang baru bagi Roh Kudus dan mereka bukanlah hal yang baru bagi Tuhan. Ini adalah pelepasan yang penuh kasih karunia, sebuah pengalaman yang sangat diberkati, kemerdekaan itu. Kita bergerak dari kemerdekaan ke kemerdekaan, dan ini adalah dari kemuliaan ke kemuliaan, dan kita bersyukur kepada Tuhan. Kita telah begitu terikat, bahkan di dalam pengabdian kita kepada hal-hal Tuhan, dan mungkin kita membuat kesulitan bagi orang lain.

Nah sekarang, saya harap saudara dapat memahami apa yang ingin saya sampaikan kepada saudara, bahwa pekerjaan Roh Allah di dalam diri kita senantiasa adalah untuk pelepasan kita dari perhambaan dan dari keterbatasan menuju kemerdekaan dan perluasan.

Saya ingin tahu apakah saudara pernah bersusah payah untuk mempelajari ukuran Yerusalem Baru di dalam kitab Wahyu? Jika saudara mengukur Yerusalem Baru, saudara akan menemukan bahwa tidak ada sebidang tanah pun di bumi ini yang dapat menampungnya. Di suatu tempat ini akan tumpang tindih dengan laut karena ini begitu besarnya, begitu luasnya. Jika saudara meletakkannya di Rusia, saudara akan melintasi laut di suatu tempat. Sekarang, itu adalah salah satu aspek dari kota itu, namun ingatlah bahwa keluasan kota itu hanyalah ekspresi dari vitalitasnya. Ini bukanlah geografis atau batasan geografis. Hal ini begitu vital; ini tidak besar; ini sungguh luar biasa. Ini begitu vitalnya sehingga ini mampu menjadi luas. Dengan beberapa hal-hal, semakin saudara memperluasnya, semakin kurang efektif hal tersebut. Mereka kehilangan saat saudara memperbesar; ini adalah area yang dangkal. Nilai nyatanya hilang seiring dengan semakin meluasnya mereka. Itulah sejarah dari banyak gerakan yang dimulai dengan sesuatu yang berasal dari Allah di dalam mereka. Unsur manusianya telah meningkat dan gerakan-gerakan ini telah kehilangan vitalitas mereka dan kini menjadi wilayah dangkal yang luas, dan nilai terkonsentrasinya dari apa yang berasal dari Allah tidak sesuai dengan jangkauan-nya, kepada apa manusia membawanya.

Namun tidak demikian halnya dengan kota Allah. Kota Allah begitu luar biasanya dalam nilai hakikinya yang penting dan vitalitasnya sehingga kota Allah dapat melampaui semua dimensi duniawi dan tidak kehilangan apa pun, dan Tuhan bekerja berdasarkan prinsip tersebut. Ia tidak ingin memperbesar hanya untuk menjadikan kita besar. Prinsip perluasan adalah hasil dari sesuatu yang telah Ia masukkan ke dalam, dan ini hanyalah perluasan dari Kristus, kuasa vital Kristus, hidup Diri Tuhan itu sendiri. Inilah apa yang memperbesar dan itulah apa yang melepaskan – peningkatan Kristus. Nah, kita harus memohon kepada Tuhan untuk pelepasan batiniah, untuk kemerdekaan keanakan ini, yang merupakan faktor yang begitu penting di dalam Yerusalem sorgawi.

Pembebasan dari Ketakutan

Pelepasan ini adalah pembebasan dari ketakutan. Ketakutan, kata Firman, mengandung hukuman (1 Yohanes 4:18). “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh … kasih” (2 Timotius 1:7). Roh kemerdekaan adalah Roh pembebasan dari ketakutan dan Iblis selalu berusaha untuk membawa kita ke dalam perhambaan ketakutan! “Mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya …” (Ibrani 2:15). Pekerjaan Iblis adalah ketakutan dan ketakutan membawa kita ke dalam perhambaan. Pekerjaan Allah, pekerjaan Roh, adalah kemerdekaan dan pembebasan dari ketakutan dan dengan demikian Iblis dihancurkan. Jangan berpikir sejenak pun bahwa ini tidak berlaku bagi saudara, bahwa ini tidak penting bagi saudara. Faktanya adalah bahwa beberapa dari anak-anak Allah yang paling suci, setelah sekian lamanya berjalan bersama-Nya, pada akhirnya telah diserang pada titik ini sendiri dan, sebelum pingsan, telah berada di bawah awan ketakutan yang mengerikan, hidup dalam perhambaan ketakutan. Iblis tidak pernah menyerah untuk mencoba mewujudkan hal ini pada anak-anak Allah, untuk membawa mereka kembali ke dalam perhambaan.

Sebuah gambaran nyata tentang pekerjaan Iblis diberikan kepada kita dalam kasus Firaun dan orang-orang Mesir. Setelah mengalami kemunduran yang luar biasa dalam kematian anak sulung mereka, setelah semua penghakiman yang ditimpakan kepada mereka, mereka masih tetap bersikeras. Ketika mereka membiarkan bangsa itu pergi, tidak lama kemudian mereka mengejar bangsa itu untuk membawa mereka kembali. Itulah tepatnya yang selalu dilakukan musuh. Ia tidak pernah benar-benar menyerah; ia mengejar kita untuk membawa kita kembali ke dalam perhambaan.

Pekerjaan Roh adalah batiniah dan merupakan pelepasan total dari perhambaan dan ketakutan. Apakah saudara sangat berhati-hati, begitu berhati-hati sehingga tidak ada seorang pun yang dapat mendekati saudara, tidak ada seorang pun yang dapat memiliki persekutuan yang benar-benar diberkati dengan saudara, karena saudara begitu berhati-hati, begitu ragu-ragu, begitu curiga? Ya, mungkin memang demikian dan itu adalah perhambaan yang menghancurkan hakikat pekerjaan Roh Allah itu sendiri. Semua itu tidak perlu dilakukan jika kita benar-benar berada di dalam tangan Roh Kudus. Ini adalah kehidupan yang merdeka. Saudara dapat melihat dengan jelas bahwa perhambaan ini bertentangan dengan kesaksian penuh tentang Tuhan itu dan bertentangan dengan hal utama itu yang Ia kehendaki – kemuliaan-Nya sendiri.

Di mana kami memulai meditasi ini, di sanalah kami mungkin akan mengakhirinya: membiarkan kemuliaan masuk. Ada sesuatu yang harus kita lakukan untuk benar-benar membiarkan kemuliaan itu masuk, dan kita mungkin harus melepaskan banyak hal untuk dapat membiarkan kemuliaan itu masuk. Kita mungkin harus mendapatkan pelepasan dari diri kita sendiri dan kegiatan mental kita sendiri tentang hal-hal ilahi untuk dapat membiarkan kemuliaan masuk. Kesungguhan kita itu sendiri bagi Tuhan, kegigihan kita itu sendiri, mungkin menghalangi kemuliaan masuk. Jangan salah paham tentang hal itu. Ada banyak anak-anak Allah yang kekasih yang kami temui yang begitu intens. Mereka hampir dikacaukan dengan intensitas terhadap hal-hal rohani dan intensitas itu membuat wajah mereka tertuju dan mata mereka menetap dan mereka takut untuk bersenyum karena mereka takut mereka akan menjadi duniawi. Saudara mengatakan itu adalah hal yang ekstrim, tapi itu benar. Ini hanyalah sebuah bentuk dari perhambaan ini, keterikatan ini.

Tuhan menginginkan anak-anak-Nya selain dari itu – merdeka dan dengan kemuliaannya di sana – kemuliaan kadang-kadang menembus keluar dari wajah mereka; kemuliaan terdengar melalui suara. Oh, jangan sampai kita berpikir bahwa untuk menjadi benar-benar rendah hati dan lemah lembut, kita harus mempunyai suara yang sangat melankolis. Hal ini mungkin tidak berlaku bagi saudara, namun demikian halnya dengan beberapa orang. Ini hanyalah apa yang bersifat eksternal. Mereka tidak ada hubungannya dengan kemuliaan Tuhan. Tuhan menginginkan umat yang menunjukkan kemuliaan-Nya dan kemuliaan-Nya tercerminkan di dalam nada suara dan di dalam pandangan, dan di dalam sentuhan. Dan untuk itu, harus ada banyak pelepasan dari konsepsi yang salah tentang apa kerohanian itu, tentang apa keseluruhan bagi Tuhan itu berarti; pelepasan dari penafsiran mental yang salah tentang hal-hal tentang Tuhan. Semua itu hilang ketika kita benar-benar menjalin hubungan yang hidup dengan Tuhan. Saudara menemukan bahwa hidup bersama Tuhan, setelah semuanya, bukanlah hal yang berat seperti yang dipikirkan oleh sebagian orang. Itu adalah salah satu pelajaran yang telah dipelajari oleh sebagian dari kita selama beberapa waktu dan sesuatu yang Tuhan berusaha lakukan untuk membawa kita ke tempat merdeka bersama-Nya, yang bukan dari izin sama sekali. Tidak akan ada izin jika saudara benar-benar berada di dalam tangan Roh Kudus, dan sebaliknya, tidak ada ketakutan, tidak ada kengerian, tidak ada kekakuan dan tekanan serta ketegangan di dalam batin. Ini bukanlah sungai yang terbendung; ini adalah sungai yang mengalir, dan bagaimanapun kita menerapkan prinsip kemerdekaan, ini hanyalah berarti bahwa ini merdeka.

Sekarang bagaimana dengan alam hubungan kita? Apakah hubungan ini merdeka, mengalir, spontan? Apakah hubungan ini menunjukkan penghargaan yang besar terhadap kasih karunia Allah, karena itulah penolakan terhadap Sinai yang diberikan Sion. Sion mewakili kasih karunia Allah. Sion mengalir. Kasih karunia sering kali dianggap sebagai sebuah sungai, dan memang demikianlah, tapi ini adalah sebuah sungai yang mengalir. Menghargai kasih karunia Allah berarti bahwa segala sesuatunya mengalir.

Hidup adalah Tanda dari Segala Sesuatu

Ini sederhana, namun sangat penting, untuk memiliki suatu umat yang seperti itu, yang mengalir di dalam kasih Allah, yang mengalir di dalam kasih karunia Allah: merdeka. Kemerdekaan ini berarti (seperti kata terakhir kami) bahwa tanda dari segala sesuatu ini di sisi sorgawi – baik itu kota sorgawi, gunung sorgawi, keluarga sorgawi, atau keanakan sorgawi seperti yang keluar dari sisi sorgawi dari keluarga Abraham – adalah Hidup. Saudara tidak bisa mengatakan bahwa Hagar dan Ismael mewakili hidup, namun saudara dapat mengatakan itu tentang Ishak. Ini adalah Hidup; ini adalah Hidup kebangkitan; ini adalah Hidup yang telah menang atas maut. Sion adalah Hidup, Yerusalem sorgawi adalah Hidup, dan kontak kita dengan satu sama lain, jika kita adalah anak-anak Sion, haruslah menjadi kontak dengan Hidup. Kita harus memastikan bahwa kita tidak memasang penghalang, tidak membiarkan di dalam diri kita sendiri, hal-hal yang bertentangan atau bekerja melawan Hidup. Semua hal ini memang bekerja bersama dengan sepenuhnya; mereka semuanya adalah dari satu bagian.

Kami telah berbicara di dalam meditasi sebelumnya tentang kasih, jalan emas. Nah, apa kasih itu? Paulus berkata bahwa kasih percaya segala sesuatu (1 Korintus 13:7). Ini bukan berarti bahwa kasih percaya dusta dan menyebut hitam putih, tapi ini berarti bahwa kasih tidak pernah menghubungkan motif apa pun sampai terbukti bahwa motif itu ada. Ini harus dibuktikan; kasih tidak secara alamiah, secara naluriah menuduh sesuatu, mencurigai sesuatu, berpikir bahwa ada motif tersembunyi. Itu bukanlah kasih. Kasih tidak melakukan hal semacam itu.

Kasih percaya segala sesuatu; kasih itu terbuka, percaya akan yang terbaik dan tidak menyalahkan apa pun. Saudara dapat melihat bagaimana itu akan melepaskan kita dari banyak perhambaan dan keterikatan. Begitu banyak ketegangan yang muncul ketika kita bertanya, “Apa yang mereka sembunyikan? Apa yang sedang terjadi di balik semua ini? Apa yang mereka kehendaki?” Kita menghubungkan sesuatu di latar belakang tindakan orang-orang, dan mengamati serta menunggu hingga hal tersebut terungkapkan dan kemudian siap untuk berkata, “Sudah kubilang!” Oh, dengan cara ini, kita tidak akan mencapai ke mana pun sebagai anak-anak Allah. Tidak ada pembangunan di atas hal semacam itu. Saya prihatin bagi saudara dan diri saya sendiri bahwa Tuhan harus mempunyai kondisi hal-hal yang memungkinkan Dia untuk membangun dan untuk mendapatkan apa yang Ia kehendaki.

Jadi Kasih dan Hidup dan Kemerdekaan, semua hal ini bekerja bersama, mereka semuanya adalah dari satu bagian dengan tujuan besar yang ada di dalam pandangan Tuhan. Kita harus meminta kepada Tuhan untuk bekerja sedemikian rupanya di dalam diri kita sehingga ini adalah diri Tuhan Yesus sendiri dan apa yang Ia kehendaki yang mengatur diri kita, keunggulan-Nya, yang merupakan kemuliaan di dalam jemaat sampai selama-lamanya, dari generasi ke generasi. Lihatlah sejauh mana hal ini harus berlangsung, berapa lama hal ini harus bertahan – sampai selama-lamanya, dari generasi ke generasi, atau segala zaman – kemuliaan di dalam jemaat! Nah, jika hal ini harus bertahan selama itu dan pergi sampai sejauh itu, maka hal tersebut haruslah sesuatu yang sangat nyata, sangat sejati, sangat murni dan sangat tidak dapat rusak. Marilah kita memohon kepada Tuhan untuk terus mengerjakan hal ini di dalam diri kita.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.