Austin-Sparks.net

Pembangunan Yerusalem Baru

oleh T. Austin-Sparks

Bab 3 – Iman Anak Allah

Bacaan: Mazmur 132:13-14; Mazmur 2:6; 40:8; Ibrani 12:22-23.

“Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita … Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka. Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (Galatia 4:26, 31, 5:1).

Di dalam Galatia pasal empat dan di dalam bagian-bagian lainnya yang telah kita baca, kita diperkenalkan dengan kedua keluarga Abraham. Kedua keluarga ini juga disebut dua gunung-gunung, dan sekali lagi, dua kota-kota; dan kemudian lebih lanjut lagi, mereka di satu sisi disamakan dengan seorang hamba, dan di sisi lain dengan seorang anak laki-laki. Semua perumpamaan ini digunakan untuk hal yang sama. Satu keluarga Abraham melalui Hagar ialah satu gunung, Sinai; satu kota, Yerusalem duniawi; seorang hamba. Keluarga lainnya melalui Sara ialah gunung lainnya, Gunung Sion; kota lain, Yerusalem yang di atas, Yerusalem sorgawi, dan sekarang bukan seorang hamba, melainkan kali ini seorang anak, Ishak. Saudara perhatikan bagaimana Kitab Suci, dan rasul Paulus khususnya dalam kaitan-kaitan ini, memberikan gagasan yang terkait dengan set yang berbeda.

Satu gunung adalah hukum, yaitu Sinai; gunung yang lain adalah kasih karunia, yaitu Sion. Satu kota Yerusalem yang berada di bawah, di bumi ini, dalam perhambaan; kota lainnya, Yerusalem sorgawi, adalah merdeka. Rasul berkata, “Ibu kita dulu adalah perempuan yang merdeka dan kini adalah perempuan yang merdeka, kita adalah anak-anak perempuan merdeka, ialah ibu kita.”

Sejauh ini kita telah disibukkan dalam pesan-pesan ini dengan pemikiran dan niat ilahi ini bagi umat Tuhan yang dikemukakan di Kota, Yerusalem sorgawi, dan kegenapan akhir dari pemikiran ilahi tersebut, pikiran Tuhan bagi umat-Nya. Sebelum kami melanjutkan dalam perkara ini, saya akan mengatakan satu hal.

Jika kita berada di sini atas dasar yang benar, sebagaimana seharusnya, kita berada di sini atas dasar yang sangat tidak alami, dasar yang paling tidak alami, posisi kita adalah satu yang paling tidak alami. Saya tidak hanya bermaksud dengan itu bahwa kita berada pada dasar rohani dan bukan dasar alami. Yang saya maksudkan adalah sesuatu yang lebih dari itu. Ini adalah hal yang sangat tidak alami bagi siapa pun untuk berusaha mengetahui pikiran dan kehendak dan niat orang lain ketika orang lain itu, dengan pikiran, kehendak dan niat-Nya, memanggil mereka untuk meninggalkan kehendak mereka sendiri dan menerima kehendak-Nya. Ini adalah hal yang paling tidak alami bagi siapa pun untuk ingin mengetahui kehendak Allah ketika mereka mengetahui dengan baik bahwa dengan mengetahuinya, mereka harus melepaskan kehendak mereka sendiri seluruhnya dan menerima kehendak lain, suatu kehendak yang sama sekali berbeda dan bertentangan dengan kehendak mereka sendiri. Itu tidak alami, namun itulah inti dari instruksi rohani, itulah hakikat instruksi itu sendiri di dalam Firman Allah, dan itu mewakili perbedaan besarnya antara sekedar pengajaran Alkitab, dan instruksi di dalam Firman Allah. Saya sungguh ingin membuat perbedaan itu sangat jelas.

Ketika Stefanus berbicara kepada Majelis Agama yang berkumpul di Yerusalem dan memberikan ceramah yang panjang dan indah, mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dalam keheningan yang sempurna hingga ia mencapai titik tertentu. Dikatakan sampai saat itu, mereka memberikan perhatian. Mengapa? Ya, ia sedang membahas Alkitab, ia sedang menelusuri sejarah Israel, ia sedang berbicara tentang Perjanjian Lama. Jika saudara berkenan, ia sedang mengajarkan Kitab Suci. Hingga titik itu, semua hal tersebut semuanya berada di luar penerapan langsung yang praktis di dalam kehidupan mereka sendiri dan oleh karena itu mereka mendengarkannya dan mungkin akan terus mendengarkannya selama berjam-jam jika ia menetap di sana. Namun begitu ia berbalik untuk menyampaikan hal ini ke dalam hati dan untuk menunjukkan bagaimana semua hal ini merupakan sebuah tantangan bagi mereka di dalam alam kemauan dan sikap mereka sendiri, mereka tidak lagi tertarik dan mereka tidak lagi mendengarkannya. Dan itulah perbedaannya antara pengajaran tertentu dari Alkitab dan instruksi di dalam Firman Allah.

Ini merupakan hal yang paling tidak alami untuk menundukkan atau menyerahkan diri kita sendiri kepada instruksi di dalam Firman Allah karena ini bertentangan dengan keinginan dan sifat kita sendiri. Hal ini menimbulkan suatu tantangan, suatu tuntutan. Di Amerika, ungkapan yang sangat umum di kalangan orang Kristen adalah bahwa mereka akan mendengarkan pengajaran Alkitab dan saudara lihat orang-orang ini berbondong-bondong mengunjungi ribuan sekolah dan institusi Alkitab dengan membawa buku catatan mereka. Mereka bergegas ke sana dan mereka bergegas pergi, tetapi saudara tidak pernah menemukan, hanya dalam kasus yang sangat jarang, bahwa keseluruhan sistem pengajaran Alkitab ini mempunyai hubungan langsung apa pun dengan kehidupan pribadi mereka. Bisa jadi ini adalah jenis pengajaran apa pun yang lain. Namun keburukannya adalah bahwa mereka mengira mereka mengetahui Alkitab, mereka dapat mengutip Alkitab dan jika saudara mengutip Kitab Suci, mereka dapat menyelesaikannya untuk saudara dan seluruh ketajaman hal-halnya berubah karena mereka terbiasa dengan isi Firman Allah. Ketajamannya diubah; mereka mengetahuinya; saudara tidak bisa memberi tahu mereka. Mereka bisa menyelesaikan setiap kalimat yang saudara mulai dari Kitab Suci dan kalimat itu langsung hilang begitu saja seperti air yang mengalir dari punggung bebek.

Oh, kita harus berhati-hati, dan pikiran serta keinginan kita bukanlah untuk mendapatkan pengajaran Alkitab dalam pengertian itu, melainkan instruksi itu yang merupakan sebuah tantangan, yang langsung masuk ke dalam hati dan bertentangan dengan kehendak kita. Betapa besarnya perbedaan yang akan terjadi jika kita dan semua anak-anak Allah mengambil sikap seperti itu – “Aku ada di sini, dan jika Tuhan mengatakan apa pun, jika ada sesuatu yang keluar dari waktu ini yang benar-benar bertentangan dengan keinginan-ku, ide-ide-ku, kemauan-ku, aku menyerahkan diriku sendiri kepada Tuhan mengenai perkara itu untuk mendapatkan sisi hal-hal-ku disingkirkan semuanya, untuk menerima apa yang berasal dari Tuhan, meskipun itu berarti pergolakan dalam hidupku!” Betapa besar perbedaan yang akan dihasilkan, betapa besar keuntungan yang akan diperoleh Tuhan! Saya percaya bahwa hal ini mungkin benar bagi sebagian besar dari kita, saya percaya akan semua orang, namun saya merasa ini adalah sebuah kata yang penting sebab apa yang akan saya katakan bisa menjadi perkara Alkitab atau pengajaran Alkitab yang sangat menarik. Kiasan-kiasan ini, analogi-analogi ini, betapa menariknya mereka itu: Hagar dan Sara, Sinai dan Sion, dan Yerusalem duniawi dan Yerusalem sorgawi. Perbedaannya, perbandingannya, penafsirannya dan implikasinya dari berbagai hal-hal tersebut sangatlah menarik. Namun jika itu berhenti di situ, kita telah membuang-buang waktu kita dan mungkin kita telah melakukan lebih banyak kerugian daripada manfaatnya. Hal ini harus datang kepada kita dengan kekuatan yang mengacaukan jika ini akan mencapai akhir Allah.

Sekarang, kita sampai pada sisi kehidupan Abraham ini yang diwujudkan dalam keluarga sorgawi, keluarga rohani, keturunan sorgawi, gunung sorgawi, seorang anak laki-laki, untuk melihat apa arti sebenarnya dari ciri-ciri rohani dari kehendak Allah bagi kita. Yerusalem sorgawi, Sion yang bukanlah Sion duniawi, gunung itu, keluarga, anak laki-laki, ini adalah perwujudan dari hal-hal rohani yang sangat penting jika Allah ingin mewujudkan perwujudan kemuliaan-Nya di dalam orang-orang kudus.

Ini sangat jelas sekali, ketika saudara melihat pada kedua keluarga dan dua gunung dan dua kota dan mengingat bahwa keduanya adalah objek yang identik dengan judul atau nama yang berbeda, bahwa saudara mempunyai dua set gagasan yang berbeda. Yang satu dikatakan telah disingkirkan, disisihkan, dihapuskan; tidak ada lagi tempat baginya. Yang satunya lagi adalah sesuatu yang dikatakan adalah menetap, mapan, kekal: hal yang menjadi fokus Allah saat ini.

Kota adalah Perwujudan Iman

Ini jelas sekali bahwa satu keluarga Abraham yang melalui Hagar bukanlah keluarga dari iman, dan ini lebih jelas lagi bahwa keluarga yang melalui Sara adalah keluarga dari iman. Itu muncul di pegunungannya. Alkitab mengambil banyak ruang untuk menjadikannya sangat jelas bahwa Sinai, gunung itu, bukanlah dari iman, melainkan perbuatan. Di sisi lain, Sion adalah iman. Yerusalem sorgawi ini, Kota yang tak terlihat ini, ini yang jauh lebih nyata, dan ya, jauh lebih praktis di dalam kehidupan anak Allah, namun demikian pada dasarnya adalah sebuah hal iman. Ini adalah iman dari awal sampai akhir. Ini adalah ibu kita; oleh karena itu kita telah dilahirkan dari atas. “Kewarganegaraan kita adalah di dalam sorga,” kata rasul (Filipi 3:20). Waralaba kita ada di Kota sorgawi itu; di situlah kita terdaftarkan. “Yang namanya terdaftar di sorga” (Ibrani 12:23).

Bagaimana kita bisa menjadi kelahiran warganegara sebuah Kota sorgawi yang tak terlihat? Belum ada seorang pun yang telah dilahirkan kembali tanpa iman. Iman adalah hal pertama dalam kehidupan rohani. Kelahiran kita yang baru itu sendiri dari atas adalah perkara tentang iman. Kami menyebutnya ‘percaya kepada Tuhan Yesus untuk diselamatkan.’ Itu adalah langkah pertamanya; di sanalah kelahiran kita dari atas terjadi. Pada hakikatnya ini adalah perkara tentang iman, kewarganegaraan sorgawi ini, dan sejak awal, terus menerus, hal ini demikian dan menjadi semakin intensnya demikian seiring dengan penyempurnaan kewarganegaraan kita. Perwujudan kemuliaan anak-anak Allah adalah penyempurnaan iman. Kota ini adalah perwujudan iman dan penyingkapannya yang terakhir dan penuhnya tidak lain adalah keluarnya iman kemenangan yang telah Allah kerjakan di dalam orang-orang kudus.

Perlunya Kerja Sama dengan Allah melalui Iman

Itu menghilangkan segala sesuatu yang mekanis. Ada sistem pengajaran yang membuat segalanya menjadi begitu mekanis sehingga saudara diselamatkan dan tidak ada hal lain yang penting. Saudara diselamatkan dan secara otomatis saudara akan dimuliakan; hal itu akan berlangsung secara mekanis; saudara akan berada di akhir di dalam kepenuhan. Ajaran ini sama sekali menghilangkan semua pekerjaan yang dibutuhkan dan sangat diperlukan untuk mencapai akhir penuh Allah, yaitu pekerjaan penyempurnaan iman ini. Ini bukanlah pencapaian mekanis, perwujudan mekanis dan otomatis. Allah sedang melakukan sesuatu. Ini tidak pernah mengabaikan kasih karunia-Nya atau meremehkan kasih karunia-Nya bahwa Ia sedang mengerjakan sesuatu di dalam diri kita dan memanggil kita untuk tunduk pada pekerjaan-Nya. Itu masih membuat kita semakin bergantung pada kasih karunia-Nya. Namun ada tempat di mana kita harus dijadikan serupa dengan gambar Anak-Nya melalui persetujuan dan kerja sama, melalui ketundukan, dan semua ini di sepanjang garis ujian iman.

Abraham, kita tahu, adalah teladan iman yang luar biasa. Setiap langkah di dalam kehidupan Abraham merupakan sebuah langkah menghadapi tantangan iman, yang memanggilnya untuk menyerahkan dirinya sendiri kepada tantangan tersebut. Allah yang Maha Mulia menampakkan diri kepada Abraham dan memerintahkan dia untuk keluar dari negerinya sendiri, sanak saudaranya sendiri, rumah ayahnya sendiri, ke suatu negeri yang akan diperlihatkan kepadanya. Nah, langkah pertamanya adalah kerjasama dengan Allah di dalam iman, sebuah langkah iman. Dan tahap selanjutnya tidak terjadi begitu saja. Krisis baru muncul, tahap baru dalam ujian iman, dan sekali lagi Abraham harus melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Namun sekali lagi Allah menantang dia dan ia harus melakukan sesuatu dalam perkara ini, untuk bertindak bersama Allah dalam iman. Semua pemikiran dan niat ilahi tidak akan pernah mengamankan akhirnya. Abraham tidak akan berada di sana jika ia telah duduk dan berkata, “Yah, aku percaya Allah adalah benar dan aku menyerahkan diriku kepada Allah dan aku menerima semua kehendak-Nya dan menerima tujuan yang mulia-Nya. Sekarang, ya Tuhan, aku duduk di sini dan Engkau kerjakanlah semuanya itu!” Tidak akan ada apa pun yang terjadi. Ia harus datang ke dalam kerja-sama yang aktif dengan Allah atas dasar iman. Dan itu adalah keluarganya; ia memperanakkan keluarga dari jenis itu. Itulah kota yang ia cari; itulah Yerusalem sorgawi; itulah Sion. Kita telah datang, bukan ke suatu tempat, bukan ke suatu benda apa pun, melainkan ke posisi rohani.

Sekarang, semuanya itu sangatlah sederhana, sejauh mana kata-kata bersangkutan, namun sungguh menyenangkan untuk memikirkan tentang Kota yang indah ini yang akan kita kunjungi. “Aku pernah membaca tentang sebuah kota yang indah, jauh di suatu wilayah yang tak terungkapkan” – dan kita bisa menjadi sangat sentimental dan bahkan dramatis tentang Kota yang indah ini. “Kami berbaris menuju Sion, Sion yang indah, yang indah.” Yang kekasih, saudara dan saya hanya mengalami kemajuan menuju Sion ketika kita melewati ujian iman sehari-hari. Kita tidak pernah datang ke Kota itu, karena kota itu bukanlah suatu lokasi di suatu tempat di dalam atau di luar awan ke mana kita akan dipindahkan secara tiba-tiba. Pada saat ini, jika saudara sedang menjalani ujian iman, iman di dalam Allah, di dalam jalan-jalan Allah, di dalam kasih, hikmat, kebaikan Allah, jika saudara sedang menjalani ujian iman apa pun, itulah jalan menuju Sion bagi saudara, ini adalah jalan menuju Yerusalem. Itulah jalan keluarga sorgawi. Saudara tidak dapat menceraikan hal-hal ini. Saudara tidak bisa berada di jalan menuju akhir Allah, menuju Kota, dan tidak diaturkan oleh apa Kota itu dalam makna rohaninya, dan Kota ini pertama-tama adalah iman yang disempurnakan. Untuk memiliki tempat yang besar di dalam Kota itu berarti untuk mendapatkan iman yang besar disempurnakan. Saya percaya ukuran kemuliaan di dalam Kota itu akan menjadi ukuran ujian dan kemenangan iman di sini dan saat ini, dari hari ke hari.

Kami dapat menghabiskan banyak waktu untuk membahas perkara tentang iman ini, namun ini hanyalah kebalikan dari Hagar dan Ismael; ini hanyalah kebalikan dari Sinai; ini hanyalah kebalikan dari Yerusalem yang berada di bawah, di bumi ini; dan hanyalah kebalikan dari perhambaan.

Upaya Iblis untuk Merusak Iman

Hal ini menantang kita dalam banyak cara. Saudara tahu, jika ada satu hal yang ditakuti dan dibenci oleh Iblis, ini adalah perwujudan Kota itu. Itu adalah akhir dari rezimnya, kerajaannya, akhir baginya ketika hal itu terungkapkan di dalam kemuliaan. Oleh karena itu, jika Kota itu adalah iman yang disempurnakan dari Anak Allah di dalam milik-Nya sendiri, Iblis akan melakukan segala apa pun untuk mengganggu, merusak dan mengguncang iman kita, untuk menghancurkan keyakinan kita, kepastian kita, untuk membawa kita ke dalam kutukan dan keraguan. Iblis akan melakukan segala apa pun untuk mengganggu iman kita, karena iman itulah yang akan menjadi kehancurannya. Oh, Iblis tidak akan disingkirkan sebagai sebuah item dalam sebuah program. Iblis akan digulingkan melalui kuasa rohani Anak Allah yang dikerjakan di dalam orang-orang kudus, dan hal pertama dalam kuasa rohani itu adalah iman Anak Allah.

Saudara lihat, bagaimana Iblis berusaha untuk membuat Anak Allah membiarkan sedikit keraguan datang masuk, dan salah satu kehalusan-nya adalah untuk mencoba memasukkan kita ke dalam keanakan itu untuk membuktikan posisi kita. Itu halus – untuk melakukan sesuatu untuk membuktikannya. “Jika Engkau adalah Anak” – buktikanlah dengan melakukan sesuatu. Kehalusannya dulu dan kini selalu hanyalah ini, bahwa segera saudara mulai mengambil tindakan itu dan melakukan sesuatu untuk membuktikannya, saudara telah membiarkan keraguan datang masuk. Satu-satunya jawaban terhadap Iblis adalah, “Begini, hal ini tidak perlu dibuktikan. Ini adalah sebuah fakta; hal ini sudah berdiri; sudah pasti. Aku tidak akan melakukan ini dan itu dan hal lainnya untuk membuktikan bahwa aku adalah anak Allah; aku adalah anak Allah. Aku tidak akan berdebat tentang hal itu atau melakukan apa pun mengenai hal itu.” ‘Jika’ – maka lakukanlah sesuatu untuk membuktikannya. Betapa halusnya! Ambil-lah tantangan itu: “Baiklah, aku akan melakukan hal ini sebagai anak Allah untuk membuktikan bahwa aku adalah anak Allah; aku akan bereksperimen dengan status keanakan-ku untuk membuktikannya!” Iblis memiliki saudara di atas dasarnya sekaligus, dan saudara telah membiarkan pertanyaan itu masuk. Ya, apa pun untuk menimbulkan keraguan, ketidak-percayaan, untuk membatalkan. Hal ini akan menggagalkan Tuhan Yesus Sendiri jika Ia tidak menutup pintu itu, dan berkata, “Pintu itu tidak terbuka – tidak terbuka untuk dipertanyakan, tidak terbuka untuk diperdebatkan, didiskusikan, hal itu sudah selesai. Allah telah berkata, ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, yang Kukasihi.’ Allah telah mengatakannya, pintunya tertutup. Aku tidak akan melakukan apa pun untuk membuktikannya!”

Ya, Iblis keluar untuk mengganggu iman tersebut yang berarti ia akan digulingkan, dan untuk mempertahankan dasar itu merupakan sebuah perjuangan yang sengit, namun saudara dapat melihat bahwa di balik penanganan Allah dengan umat-Nya terdapatkan permasalahan yang sangat besar.

Masalah Universal Terkait dengan Iman Anak-Anak Allah

Saya sering berpikir bahwa ada banyak korespondensi di antara Ayub dan Efesus. Pernahkah saudara memikirkan hal itu? Ayub tampaknya mengatur drama alam semesta ini secara rohani. Inilah seorang laki-laki yang menurut Allah tidak ada seorang pun yang seperti dia di seluruh bumi, seorang manusia yang sempurna. Ia mengatakan hal itu kepada Iblis, dan kemudian Iblis mengajukan pertanyaannya dan Allah berkata, “Baiklah, kami akan menyelesaikan masalah ini berdasarkan sudut pandang laki-laki ini; kami akan menjadikannya panggung itu sendiri di mana seluruh permasalahan ini diselesaikan. Pergilah dan lakukanlah yang terburuk-mu, kecuali menyentuh nyawanya; lakukanlah segala yang kamu mampu!” Dan ketika Iblis mulai bekerja, kita melihat kelemahan Ayub; kita melihat Ayub di dalam api sambil meratap. Ya, itulah kemanusiannnya; namun pada akhirnya Ayub tidak menghujat Allah. Ayub pada dasarnya tidak meninggalkan imannya di dalam Allah dan pada akhirnya ia berdiri di dalam batin yang terdalamnya tetap benar terhadap Allah. Meskipun tidak dikatakan demikian, Allah pada akhirnya mampu kembali kepada Iblis dan berkata, “Bagaimana dengan itu? Kamu telah melakukan segala yang dapat kamu lakukan dan Ayub masih takut kepada-Ku; Ayub masih ada di sini. Kita telah memperjuangkan hal ini di medan pertempuran kehidupan manusiawi laki-laki ini.”

Efesus pasal 3 berkata, “Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga” (ayat 10). Jemaat adalah panggung di mana Allah mengerjakan drama ini di hadapan pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan kita terlibat di dalamnya. Sebuah persoalan yang besar, sebuah persoalan yang universal, sedang diperjuangkan di dalam iman kita, dan kita dimasukkan ke dalam api ujian iman yang mengerikan, dan ada beberapa persoalan rohani yang dipertaruhkan, dan persoalan tersebut tidak lain adalah Allah yang dibenarkan dan Iblis yang dihancurkan di medan pertempuran iman kita. Ini sangatlah sulit untuk memahami itu dan mempercayai itu. Saat kita berada di dalam api, tampaknya begitu jauh, namun itulah yang dikatakan Firman. Ada persoalan-persoalan besar yang berkaitan dengan ujian iman kita, dan pada akhirnya ketika iman itu, iman korporat umat pilihan Allah, diwujudkan, kerajaan Iblis tidak ada lagi dan kerajaan itu telah dilenyapkan melalui kemenangan iman Anak Allah yang terpilih.

Kehidupan dalam Roh

Sekarang saudara menyadari betapa praktisnya hal itu dan betapa dekatnya hal itu dengan kehidupan sehari-hari. Itulah yang sedang dilakukan Allah. Keluarga Abraham di sisi itu; Gunung Abraham di sisi sana; anak laki-laki Abraham di sisi itu, semuanya mewakili perwujudan iman.

Kemudian itu belum semuanya. Bersamaan dengan itu ada hal lain ini lagi, bahwa kehidupan iman ini adalah kehidupan di dalam Roh dan bukan di dalam daging. Keluarga melalui Hagar ada di dalam daging; melalui Ishak, di dalam Roh. Gunung Sinai, adalah perbuatan daging; Gunung Sion adalah perbuatan Roh. Kota Yerusalem duniawi adalah daging; Yerusalem sorgawi adalah Roh. Hambanya adalah daging; anak laki-laki adalah Roh. Saudara tahu itu benar sekali. Roma pasal 8 membuat hal itu sempurnanya jelas. Ini adalah pasal mengenai keanakan dan kehidupan di dalam Roh. Ini adalah kehidupan di dalam Roh, bukan di dalam daging. Apa yang Tuhan sedang kerjakan adalah untuk mendapatkan umat yang benar-benar berjalan menurut Roh, hidup dalam Roh dan bukan menurut daging, yang benar-benar berpikiran rohani dan tidak berpikiran duniawi. Yerusalem sorgawi pada akhirnya akan menjadi perwujudan dari berjalan di dalam Roh yang disempurnakan dan kita dipanggil ke jalan itu, jalan menuju Kota itu, dan Kota itu berada dalam formasi tersembunyi sekarang. Dan setiap kali saudara dan saya menolak kehidupan daging, pikiran duniawi, menghakimi menurut daging dan bukan menurut Roh; ketika kita mempunyai hubungan yang tidak menurut daging tetapi menurut Roh; ketika kita menolak untuk membiarkan sikap kita dan hubungan kita dengan orang lain untuk diatur oleh hal-hal yang bersifat duniawi dan alamiah, dan sebaliknya kita diatur oleh apa yang bersifat rohani, maka kita membuat kemajuan menuju Yerusalem sorgawi; itulah jalannya ke sana. Apakah saudara cukup jelas tentang hal itu? Saya rasa saya tidak perlu memperluas perkara itu saat ini. Ini adalah berjalan menurut Roh, belajar berjalan menurut Roh.

Ini adalah mempelajari segala sesuatunya sekali lagi dengan cara yang baru; ini adalah belajar berjalan lagi sebagaimana kita tidak pernah berjalan sebelumnya, kita tidak pernah berjalan di arah ini sebelumnya. Kita hanya seperti bayi yang sedang belajar berjalan. Kita terjatuh berkali-kali, namun seorang bayi tidak berhenti belajar berjalan karena ia terjatuh satu atau dua kali. Ia tidak mengabaikan semuanya dan berkata, “Ini adalah hal yang mustahil, di luar jangkauan manusia sama sekali, ide fantastis seseorang, bisnis berjalan ini. Aku menyerah, aku tidak akan pernah mencobanya lagi; itu tidak berhasil.” Tidak, anak yang normal bangkit dan berjalan lagi dan terus berjalan, mempelajari hal ini yang sangat baru.

Ketika kita dilahirkan kembali, ini seperti itu, dan begitulah demikian sampai akhirnya. Dalam hidup ini kita tidak pernah mencapai titik di mana kita berjalan dengan sempurna, di mana kita tidak pernah mampu untuk tergelincir, kehilangan arah, atau terjatuh karena, mungkin, karena kesombongan, rasa percaya diri. Berjalan adalah sesuatu yang harus menjadi soal pendidikan sampai akhir. Ini adalah jenis berjalan baru menurut Roh dan ini merupakan suatu pendidikan. Kita tidak tahu banyak tentang hal itu. Ini adalah sebuah dunia baru, berjalan menurut Roh ini.

Namun berjalan adalah hal yang sangat nyata dan ada banyak yang terkait dengan berjalan demi menjelajahi kepenuhan alam Allah itu. Ini sungguh hal yang luar biasa untuk berjalan naik dan turun di negeri. Artinya, untuk menyadari bahwa saudara telah datang ke tempat yang besar bersama Tuhan, tempat yang kaya, tempat yang penuh, tempat yang penuh dengan makna yang tak terbatas, dan meskipun saudara tidak dapat mendefinisikannya atau menjelaskannya, saudara merasa bahwa saudara sedang berjalan naik dan turun di alam yang sangat berarti dan bernilai tinggi. Kita berjalan naik turun di negeri yang kaya. Saya tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, tapi saya bisa berjalan naik dan turun di negeri ini dan melihat hal-hal yang luar biasa. Ini sungguh luar biasa untuk bisa datang ke tempat di mana saudara benar-benar bergerak di dalam pembesaran Tuhan, berjalan naik dan turun di negeri ini. Tapi ini adalah sebuah pendidikan; ini adalah belajar cara berjalan yang baru di dalam Roh.

Saya harus meminta saudara untuk bertanya kepada Tuhan apa maksudnya itu di dalam kasus saudara sendiri, seberapa jauh saudara mencoba untuk berjalan sesuai dengan akal budi saudara sendiri. Jika saudara adalah seorang yang menginginkan penjelasan atas setiap permasalahan sebelum saudara melanjutkan, maka saudara termasuk dalam keluarga Hagar yang berada dalam perhambaan, menurut daging, saudara adalah dari Yerusalem yang di bawah, saudara masih berada di gunung Sinai. Saudara bertanya, “Apakah berjalan di dalam Roh berarti kita tidak mempunyai penjelasan, kita selalu berada dalam kabut, selalu tidak yakin?” Tidak, itu tidak berarti demikian sama sekali. Penafsiran rohani, penjelasan rohani sangatlah berbeda dari yang alami dan yang rasional. Saudara bisa mendapatkan ketenangan hati yang sempurna tentang hal-hal Tuhan tanpa Dia datang dan menjelaskan setiap masalah dan setiap kesulitan. Di dalam hati saudara bisa merasa tenang tentang hal itu. Mungkin ini tanpa penjelasan; ini mungkin dengan kepastian bahwa ada penjelasannya dan Tuhan akan memberikannya pada waktunya; atau ini mungkin penjelasan selebihnya akan diberikan secara rohani, namun meskipun demikian saudara tidak dapat menyampaikan penjelasan tersebut kepada orang lain. Saudara tahu hati saudara terpuaskan, hal itu dijelaskan kepada saudara di dalam batin, tetapi jika saudara mencoba untuk membuat orang lain memahami apa yang saudara lihat dan apa yang telah datang kepada saudara dan dasar kepastian saudara, saudara akan bingung tanpa harapan. Penjelasan rohani adalah hal yang berbeda. Ini tidak dimulai di dalam akal budi kita; ini dimulai dari jauh lebih dalam. Kita datang melihat dengan cara lain selain dengan akal budi kita, dan memang demikianlah seharusnya.

Saudara berkata, “Lalu apa fungsi akal budi, mengapa Tuhan memberi kita akal budi? Bukankah Ia telah memberi kita kemampuan berpikir untuk tujuan ini sendiri? Apakah berjalan di dalam Roh menghancurkan akal budi kita?” Tidak sama sekali. Jika saudara bukan seorang yang rohani dan jika Roh Kudus tidak bekerja dengan leluasa di dalam diri saudara, apa yang saya katakan semuanya sinting dan tidak masuk akal. Ini tidak membantu saudara sedikit pun; ini semuanya fantastis. Jika saudara adalah seorang yang rohani yang sedang mengalami pengalaman rohani, apa yang saya katakan kepada saudara seharusnya dapat membantu. Tapi bagaimana hal ini datang kepada saudara? Hal ini datang melalui akal budi saya, tetapi tidak yang keluar dari akal budi saya. Saya mendapatkannya bukan dengan memikirkannya, bukan dengan mengasah otak saya, atau dengan mengerjakannya di dalam pikiran saya. Saya mendapatkannya di dalam sekolah pengalaman. Sekarang akal budi saya datang masuk untuk menyampaikan hal itu kepada saudara. Jika saudara berada di sekolah itu sebagai seorang yang cerdas, maka akal budi hanyalah saluran bagi Roh selama kita berada di sini sebagai manusia di bumi ini. Seandainya kita hanyalah roh yang tidak berwujud, entah bagaimana kita akan berkomunikasi dengan satu sama lain tanpa akal budi sama sekali, ini akan menjadi semacam saran rohani, dampak dari intuisi roh tanpa kata. Namun kita bukanlah roh yang tidak berwujud; kita masih manusia yang berakal dan akal budi adalah sebuah instrumen di antara kita, namun akal budi akan hancur kecuali ada wahyu rohani di baliknya. Apa yang saya lihat, apa yang telah diajarkan kepada saya di sekolah pengalaman, tidak ada nilainya kecuali saudara berada di sana, tetapi ketika saya menafsirkan pengalaman saudara di dalam pengalaman saya sendiri, itulah nilai dari akal budi manusia. Ini tidak dimulai dari sana, ini bukanlah sumber segala sesuatunya, tetapi ini adalah salurannya. Saudara lihat apa yang Tuhan kejar, untuk mendapatkan umat yang rohani, umat menurut Roh; bukan menurut daging, suatu umat yang memiliki iman yang sempurna. Itulah Kota yang sedang Ia bangun dan ingin Ia bangun di dalam kita.

Hal ini sungguh merupakan sebuah tantangan yang sangat nyata bagi kita. Semoga Tuhan membawa kita ke dasar yang mulia itu di Yerusalem sorgawi, di mana segala sesuatunya berada di dalam hidup dan di dalam kemerdekaan, di mana kita benar-benar dimerdekakan.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.