Austin-Sparks.net

Pembangunan Yerusalem Baru

oleh T. Austin-Sparks

Bab 2 – Kasih yang Tulus Ikhlas

“Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah” Wahyu 2:1-7.

“Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening” Wahyu 21:21.

Dalam meditasi kami sebelumnya, kami mempertimbangkan tujuan utama kepada apa Tuhan sedang bekerja dan akan bekerja di dalam umat-Nya yang sejati untuk mendatangkan wahyu dan perwujudan suatu umat di dalam Anak-Nya, yang memiliki kemuliaan-Nya. Segala sesuatu dalam pemikiran-Nya dan tindakan-Nya memiliki satu tujuan itu dalam pandangan – kemuliaan Allah, dan kami mengatakan bahwa bagi kita akhir tersebut harus mengatur seluruh detail kehidupan kita setiap hari. Kita selanjutnya melihat bahwa Kota itu adalah jumlah keseluruhan dari ciri-ciri Tuhan Yesus yang dibawa ke kesempurnaan di dalam milik-Nya sendiri sehingga apa yang kita lihat di dalam diri Tuhan Yesus secara pribadi dibawa keluar secara menyeluruh di dalam organisme korporat tersebut. Dan hal yang pertama adalah transparansi, kebenaran, kejujuran dan kenyataan mutlak.

Keseimbangan Kebenaran dan Kasih

Saudara perhatikan bahwa kepada Efesus Tuhan berkata, “Aku tahu … engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.” Itu hanya mengatakan dengan kata lain, “Aku tahu bahwa engkau membenci ketidak-nyataan, ketidak-tulusan; engkau sangat cemburu terhadap kebenaran. Engkau telah menyelidiki, menyelidiki perkara tentang pengakuan dan klaim orang-orang ini, dan engkau telah menelitinya dan membuktikannya bahwa mereka pendusta di dalam kecemburuan-mu untuk kebenaran, untuk kenyataan dan ketulusan” hal-hal itu sendiri yang harus dimiliki Tuhan. Kemudian Ia datang kembali kepada orang-orang tersebut itu dan berkata, “Ya, meskipun demikian, meskipun Aku mendapati hal itu, hal itu dalam dirinya sendiri tidak membenarkan Aku untuk menyimpan kaki dianmu pada tempatnya, alat kesaksianmu.” Ada sesuatu yang harus menyertainya dan kedua hal ini sangatlah sulit untuk dijaga tetap bersama – kasih dan kebenaran; kecemburuan mutlak untuk kenyataan, kejujuran, ketulusan dan kebenaran – dan kasih, kasih ilahi. Itulah tugas saudara, itulah pekerjaan saudara, untuk mendapatkan hal-hal itu bersama.

Saudara lihat, kecemburuan semacam ini untuk kebenaran dalam dirinya sendiri dapat membuat kita curiga, terpisah, kritis, legal dan keras, jika ini hanyalah sendiri. Allah harus memilikinya. Ini sangatlah penting untuk memiliki kejujuran dan kenyataan yang benar-benar ini dari lubuk hati kita sendiri. Ia harus memilikinya, tetapi ini harus seimbang, ini harus tertutupi, ini harus memiliki sesuatu yang berjalan seiring dengannya, kalau tidak, kesaksian dan kemuliaan tidak akan ada di sana. Kecemburuan, giat, dan gairah kita untuk kebenaran dan kenyataan mungkin tidak memiliki kemuliaan. Kita semua telah berdosa, kita semuanya telah terjerumus ke dalam itu, kemuliaan tidak ada di sana, pancaran kemuliaan Tuhan tidak ada di sana bahkan ketika kita sudah begitu peduli tentang kenyataan dan kebenaran.

Satu Jalan dari Emas Murni

Jadi, ketika kita beralih dari awal Wahyu ke akhirnya, ke Kota, kita sampai pada semua hal ini yang menyarankan dan menyajikan gagasan tentang kemurnian, kebenaran, transparansi, tetapi kita juga sampai pada hal-hal lain: “Jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.” Emas murni, ya, transparan. Oh, saya bisa melihat dengan jelas apa artinya ini. Apa emas ini? Apa jalan ini? Nyanyian pujian kita berbicara tentang jalan-jalan di Yerusalem Baru, “Jalan-jalan-nya, aku diberitahu, dilapisi dengan emas murni” – namun Alkitab tidak mengatakan demikian. Kita semua harus hidup di satu jalan ketika kita mencapai kemuliaan! Tidak akan ada tempat kecil yang menyenangkan di suatu tempat di luar belakang sana di mana saudara dapat menyingkirkan diri saudara dan menyendiri. Akan ada satu jalan raya, dan kita semua akan berada di jalan itu secara rohani – saya tidak sedang berbicara tentang geografi sekarang, yang kekasih. Dengan demikian, tidak akan ada ‘sarang-sarang,’ tidak ada pemisahan diri, tidak ada pergi ke luar sana di suatu tempat kita sendiri. Ini akan menjadi persekutuan kasih yang tulus ikhlas, yaitu, kasih yang transparan, kasih persaudaraan yang tulus ikhlas (1 Petrus 1:22); tulus ikhlas, murni dan jernih bagaikan kaca bening. Kita hanya harus hidup bersama – oh, apakah perlu adanya paksaan? Kita kemudian akan bersama. Emas itu adalah kasih-Nya dan kita semua akan bersama dalam kasih yang tulus ikhlas itu.

Menurut saya, tampaknya tidak ada jalan lain yang mungkin untuk mewujudkan akhir besar Tuhan – kemuliaan-Nya – tidak ada jalan lain yang mungkin selain jalan kasih yang tulus ikhlas. Sementara kita berada di sini di dalam kerangka manusia ini, dalam kehidupan manusia ini sebagaimana adanya, kita akan selalu begitu beragam, berbeda, dan mungkin saling bertentangan. Akan selalu ada hal-hal yang harus kita tanggung dan bersabar; ktia tidak akan pernah, selama kita masih berada di sini, mencapai pemahaman yang sempurna. Kita mungkin mencapai pemahaman yang luas dan kesatuan batin yang berukuran besar, namun kita tidak akan pernah terbebaskan dari setidaknya kemungkinan konflik, perpecahan dan hubungan yang tegang karena cara pandang kita yang berbeda, mentalitas kita yang berbeda. Saudara memiliki satu mentalitas; saya mempunyai mentalitas lain. Ktia semua mempunyai mentalitas yang berbeda, bahkan mengenai hal-hal tentang Tuhan. Saya rasa kita tidak akan pernah bisa mencapai kebulatan suara mutlak di sepanjang garis diskusi dan membahas berbagai hal serta berkumpul untuk membicarakan semua hal-hal ini. Tidak, mari kita hadapi dengan sejujurnya – kita tidak bisa melakukannya, ini tidak akan bisa dilakukan. Namun apakah kita kemudian akan meninggalkan semua harapan karena hal itu tidak mungkin dilakukan di sini? Tidak, yang kekasih, saya percaya bahwa ada garis lain dari kemungkinan tak terbatas yang menjadikan ketidak-mungkinan ini bukan sekedar perkara keputusasaan, dan itu adalah garis kasih-Nya yang dicurahkan di dalam hati kita, bukan kasih tiruan. Kasih tiruan adalah sesuatu yang kita usahakan, bayangkan dan khayalkan. Kita berkata kita saling mengasihi, mungkin kita bersungguh-sungguh, dan kita berusaha mempertahankannya, tapi itu adalah kasih tiruan. Kasih-Nya adalah sesuatu yang dari kemungkinan tak terbatas atas apa Iblis tidak memiliki kuasa. Persekutuan di dalam kasih Allah, kasih Roh, adalah sesuatu melawan apa Iblis akan menghancurkan dirinya sendiri dan sesuatu yang mendatangkan kemuliaan yang besar bagi Tuhan.

Dan kasih Allah itu sama sekali tidak bergantung atau bersandarkan pada kondisi manusia apa pun. Saudara tahu, yang kekasih, ini adalah mungkin bagi orang-orang untuk berada bersama-sama, yang secara alamiah, atas dasar manusia, dengan sepenuh hati tidak menyukai satu sama lain namun pada saat yang sama mereka saling mencintai. Saudara berkata, “Itu adalah sebuah kontradiksi!” Ya, ini mungkin adalah sebuah kontradiksi, tetapi ini adalah kontradiksi yang luar biasa. Ini adalah mungkin bagi kita untuk melampaui itu. Misalkan kita berkumpul untuk berdoa bersama; kita diangkat ketika kita sedang berdoa sehingga, sementara kita adalah orang-orang yang sama, yang jika kita turun ke tingkat kemanusiaan kita yang biasanya, semuanya berada di tingkat enam dan tujuh, dalam kebingungan atau perselisihan, namun di sinilah kita berada di dalam kehadiran Tuhan dalam doa dan kasih Allah mengalir seperti aliran yang tidak terputus; tidak ada pemutusan, tidak ada keretakan. Kita telah mengetahui hal itu; saudara telah mengetahui hal itu. Saudara tahu betul bahwa ketika saudara menemui kebuntuan, jalan buntu, dan merasa bahwa situasi antara saudara dan orang lain adalah satu yang mustahil dan hanya itu yang ada, jika saudara mau berlutut dan berdoa bersama, sebuah harapan dan prospek baru segera datang masuk dan saudara bergerak ke alam lain di mana hal-hal tidak begitu mustahil, setelah semuanya. Hal itu hanya terjadi jika saja saudara berdoa bersama; saudara berhubungan dengan Tuhan.

Sekarang, itulah akhir kepada apa Tuhan sedang bekerja; itulah Kota sorgawi ini, Yerusalem Baru, namun itu bukanlah sesuatu yang dibangun di akhir secara tiba-tiba. Oh tidak, Kota ini tidak diderita dalam sehari, tidak dilahirkan dalam satu jam. Kota ini sedang dibangun sekarang, dan saudara dan saya sekarang ditantang pada saat ini dan setiap hari dengan masalah-masalah luar biasa dari Kota Allah untuk akhir yang besar itu, kemuliaan Allah. Dan ini tidak mengerjakan kemuliaan Allah jika umat Tuhan tidak dapat berhubungan, tidak dapat bersekutu; dan persekutuan adalah hal yang sangat praktis di dalam Perjanjian Baru.

Ini sangatlah baik untuk berbicara tentang kasih ini dan persekutuan ini dan menjadi satu dan semua hal lainnya, namun tetap menjauhkan diri kita sendiri, di suatu sudut, tidak terikat, dan tidak memiliki hubungan praktis. Itu tidak masuk akal; itu bukanlah kebenaran! Tuhan itu praktis tentang kebenaran dan praktis tentang kasih dan kasih yang tidak bisa menyatukan kita bersama bukanlah kasih sama sekali.

Baiklah, saya tidak perlu berbicara lebih banyak lagi mengenai hal ini. Saya merasa bahwa Tuhan ingin menunjukkannya. Saudara lihat apa yang ada dalam pandangan. Akhirnya adalah bahwa kita semua ditemukan bersama, di satu jalan, dalam kasih yang murni. Itulah akhirnya dan ke arah itulah Tuhan sedang bekerja. Ini tidak akan terjadi begitu saja. Ini adalah sesuatu yang harus dikerjakan ke dalam diri kita sekarang dan ke dalam apa kita harus dikerjakan oleh Roh Allah. Saya tahu dan saudara tahu betapa praktisnya hal ini, dan betapa sulitnya hal ini. Itulah sebabnya ini sangat praktis. Jika segala sesuatunya mudah dan terjadi begitu saja, ya, mereka tidak akan memiliki banyak nilai praktisnya, namun inilah sebuah proposisi yang, di sisi alami, sangatlah sulit, dan mungkin reaksi saudara adalah, “Ya, tetapi Tuhan harus melakukan semuanya itu, kami tidak dapat melakukannya, kita harus menunggu sampai Tuhan melakukannya!”

Tuhan Membutuhkan Kerja Sama Kita

Apakah itu benar? Jika kita mengambil posisi itu, kita seharusnya mengambil posisi bahwa keterhubungan kita dengan Tuhan menghancurkan jiwa kita sendiri, dan Tuhan menantang jemaat-jemaat ini di sini atas dasar tanggung jawab mereka. Ia berkata, “Kamu harus melakukan sesuatu dalam hal ini, kamu memiliki tanggung jawab dan kamu harus mengambil tanggung jawab itu dan kamu harus menyelaraskan kehendakmu dengan kehendak-Ku di dalam hal ini. Kamu tidak boleh menjadi orang yang tidak memiliki kemauan dan tidak memiliki jiwa, kamu adalah orang yang bermoral dan mempunyai tanggung jawab ini. Dan sementara Aku tahu bahwa kamu tidak dapat mencapainya dengan kekuatan jiwamu sendiri, dengan apa pun yang ada di dalam jiwamu sendiri, kamu harus menyelaraskan jiwamu itu, pikiranmu itu, hatimu itu, kehendak-mu itu, dengan tujuan-Ku dan bekerja sama dengan-Ku, dan Aku katakan kepadamu bahwa ini adalah sesuatu yang ada di depan pintumu.” Ketika kita membaca pesan-pesan ini kepada jemaat-jemaat, kita tidak bisa lepas dari kenyataan bahwa Tuhan menaruh sesuatu di depan pintu mereka: “Ini adalah tanggung jawabmu! Inilah pemikiran-Ku, kehendak-Ku dan kamu mengetahuinya; kamu harus melakukan sesuatu tentang hal ini!”

Apa yang kita lakukan mengenai perkara keterkaitan ini, persekutuan ini, kasih ini? Apakah kita adalah orang-orang yang tidak seimbang, semuanya demi kebenaran? Kami mulai membahas poin-poin pentingnya, detail-detailnya, poin-poin yang intens-nya penting dari doktrin dan kebenaran dan benar dan salah. Sisi lain ini menjaga keseimbangan-nya – bukan hanya kasih yang abstrak dan tidak terikat, tetapi kasih yang praktis yang mengambil tanggung jawab, namun yang berkekurangan. Bagaimana dengan itu?

Hal ini dapat didekati di sepanjang banyak garis dan ditangani dari banyak sisi. Saya hanya telah mendesakan ke dalam satu bagian kecil dan suatu bentuk presentasi tertentu dari seluruh Perjanjian Baru, bisa saya katakan seluruh Alkitab. Jika saudara membaca lagi Perjanjian Baru saudara, membaca Kisah Para Rasul dan Surat-Suratnya lagi, saudara akan melihat bahwa inilah hal yang mengatur mereka dan berjalan melalui mereka semua. Ini adalah dua hal utama dalam Perjanjian baru dan karena hal ini tidak ada di beberapa bagian, maka terjadilah situasi yang mengerikan dan kesaksian tersebut tidak dikonfirmasikan. Tuhan ingin kesaksian itu dikonfirmasikan, dan apakah konfirmasi kesaksian itu? Pertama, apa kesaksian itu? Ini adalah kemuliaan Allah di dalam Yesus Kristus, di dalam alat, jemaat, dan di dalam jemaat-jemaat sebagai yang membentuk alat itu.

Kasih Membuka Jalan bagi Wahyu yang Lebih Penuh

Sekarang, di satu sisi, tepat melalui surat-surat itu, terdapatkan pertanyaan tentang kepedulian benar-benar ini untuk kebenaran, dan sejajar dengan itu, kepedulian benar-benar untuk kasih. Beberapa dari mereka memiliki yang satu tanpa yang lain, kebenaran tanpa kasih. Namun perhatikan, jika saudara menemukan kasusnya di mana kasih adalah yang utama, selalu ada jalan yang besar bagi Tuhan untuk memberikan wahyu yang lebih penuh.

Saudara lihat sejarah Efesus. Saudara ingat bagaimana Efesus terbentuk – tanggapan hati yang besar terhadap Tuhan itu, meskipun dengan biaya yang sangat mahal. Angka tersebut disebutkan, dengan biaya yang sangat besar mereka membawa semua buku-buku mereka tentang sihir, perpustakaan yang besar, dan semuanya hangus terbakar. Suatu tanggapan hati yang luar biasa kepada Tuhan. Apa hasilnya? Mengapa, lihatlah apa yang Allah berikan kepada Efesus dalam bentuk terang, kebenaran, wahyu – luar biasa! Tidak heran jika Ia berkata, “Sebab itu ingatlah, betapa dalamnya engkau telah jatuh” (Wahyu 2:5). Ya, kasih berkobar dan kasih membuka jalan untuk terang. Ini lebih baik, jika kita akan menjadi orang-orang yang tidak seimbang, untuk berbuat salah di sisi kasih daripada di sisi legalitas, namun Tuhan ingin mereka berjalan bersamaan.

Saya ingin menunjukkan bahwa Perjanjian Baru berjalan di sepanjang garis paralel ini, dan selalu demikian secara praktis. Keseimbangan kedua hal inilah yang ada dalam pandangan dalam keberadaan jemaat itu sendiri dan jemaat-jemaat. Jangan berpikir bahwa Tuhan memberikan kepada hamba-hamba-Nya, para rasul, gagasan untuk sekedar membentuk jemaat-jemaat di sana-sini, bahwa ini adalah skema Perjanjian Baru untuk pergi dan membentuk jemaat-jemaat. Itu sama sekali bukan permulaan hal-hal, itu bukanlah kebenaran. Apa yang diinginkan Tuhan adalah memiliki di setiap tempat alat-alat untuk kemuliaan-Nya, perkumpulan umat yang dibentuk oleh kedua hal ini untuk kemuliaan Allah. Lepaskan hal-hal itu atau biarkan mereka menjadi tidak seimbang dalam hal-hal itu, dan apa yang Tuhan katakan? “Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya” (Wahyu 2:5). Apa itu? Alat kesaksian. Jemaat akan pergi; perkumpulan lokal itu akan pergi. Saya tidak tertarik pada hal-hal dalam dirinya sendiri, tidak hanya sekedar sekumpulan orang-orang yang berkumpul di suatu tempat yang bisa disebut “jemaat”. Saya tidak sedikit pun tertarik pada hal itu, namun saya tertarik pada hal ini: bahwa Tuhan seharusnya memiliki umat di bumi ini, jika mungkin bersama-sama, yang benar-benar mewujudkan ciri-ciri Anak-Nya ini semaksimal mungkin, bebas dari segala kontradiksi dan ketidak-konsistenan dan kepalsuan dalam bentuk apa pun, dan dipenuhi dengan kasih Allah. Dapatkan perkumpulan seperti itu, dan saudara akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa untuk kemuliaan Allah dan untuk kehancuran semua yang telah dilakukan Iblis, sebab apa yang Iblis telah lakukan adalah selalu menentang kedua hal tersebut: kebenaran dengan dusta, dan kasih dengan perpecahan. Apakah itu tidak benar? Pekerjaan Iblis adalah untuk menempatkan dusta di tempat kebenaran (dan baginya campuran adalah dustanya), dan untuk menempatkan perpecahan di tempat kasih. Saya yakin saudara setuju dengan hal itu.

Namun apakah kita adalah korban secara tidak sengaja, mungkin secara tidak sadar, dari tujuan musuh yang memisahkan umat Tuhan? Oh, apakah kita terpisah? Jika demikian, Tuhan telah dirampas dari sesuatu dari kemuliaan-Nya dan Iblis mendapatkan sesuatu. Menyatukan kedua hal ini bersama berarti pembebasan dari segala macam posisi yang salah.

Hasil Kerja Praktis dari Kasih

Sekarang kembalilah ke Surat-Surat ini. Apa yang saudara miliki di dalam Surat-Surat ini? Misalnya saja dalam 1 Korintus, saudara melanjutkan sampai mencapai ketinggian yang luar biasa di pasal 15. Saudara mendapatkan penyingkapan sorgawi tentang seperti apakah nantinya itu di kebangkitan, apa tubuh kebangkitan itu nantinya. “Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi” (ayat 40). “Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi” (ayat 49). Ketika maut telah ditelan dalam kemenangan, maka terdengarlah seruan nyaring, “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita … Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus” (1 Korintus 15:55-16:1). Oh, saudara berkata, pasal-pasalnya terbagi! Ya, tapi pembagian itu dibuat-buat. Allah tidak pernah membuat pasal-pasal tersebut; manusia membuatnya bertahun-tahun kemudian. Saudara bilang bahwa itu adalah antiklimaks; itu adalah turun dari langit ke bumi dengan hantaman. Tidak sama sekali. Hal semacam itu diulangi berkali-kali di dalam Perjanjian Baru dengan kesengajaan Roh Kudus. Tuhan tidak ingin saudara melayang di awan dan hidup di sana dalam posisi kerohanian yang salah, ketika ada orang-orang kudus yang malang di sini yang membutuhkan kasih nyata saudara. “Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus … Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing – sesuai dengan apa yang kamu peroleh – menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah …”. Ini sama sekali bukan antiklimaks; ini semuanya adalah satu bagian. Tuhan sangat praktis dalam hal-hal sorgawi-Nya.

Korintus? Nah, jika ada tujuh sorga dan Korintus adalah yang ketiga, maka saudara naik ke Efesus yang lebih tinggi lagi, kembali ke kekekalan yang lampau, “Di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan”; “Memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga”; penyingkapan yang menakjubkan dari jemaat yang merupakan tubuh-Nya; Tatkala Tuhan naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Tiga pasal pertama dari Efesus itu sungguh menakjubkan.

Sekarang hilangkan nomor pasal-pasalnya dan lanjutkan terus. “Hai suami, kasihilah isterimu.” “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu.” “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan.” “Hai hamba-hamba … tuan …”. Saudara mungkin berkata, “Dua alam yang berbeda, dua hal yang berbeda, antiklimak lagi – turunnya dari yang sorgawi ke yang duniawi!” Tidak sama sekali – ini adalah pengangkatan dari yang duniawi ke yang sorgawi. Praktis sekali! Ada orang yang tidak tertarik pada hal-hal semacam itu. Segala minat mereka tertuju pada wahyu-wahyu menakjubkan di atas itu, dan wahyu-wahyu menakjubkan mereka sendiri.

Apa intinya? Saudara harus menjaga hal-hal tetap bersama. Saudara bisa keluar dengan kebenaran dan meninggalkan kasih, tapi Allah berkata bahwa kedua hal ini adalah kembar. Mereka tidak dapat dipisahkan, mereka semuanya adalah dari satu bagian, mereka adalah satu, harus dijaga agar tetap seimbang dalam proporsi yang merata dan sangat praktis – hanya dengan cara itu. Demikianlah kasih datang masuk untuk menyelamatkan saudara dari posisi yang salah. Apa posisi yang salah itu? Mengapa, posisi yang salah adalah bahwa saudara selalu sibuk dengan tubuh kebangkitan dan mengabaikan kebutuhan orang-orang kudus yang malang. Itu adalah posisi yang salah. Untuk selalu sibuk dengan lokasi kekal saudara dan takdir saudara di dalam Kristus, dan kemuliaan sorgawi dari jemaat, Tubuh-Nya – dan isteri saudara, suami, anak-anak, orang tua, tuan dan hamba tidak memiliki kasih dan perhatian praktis yang seharusnya mereka dapatkan dari saudara sebagai anak Allah, adalah posisi yang mutlaknya salah; ini adalah sebuah kontradiksi, sebuah penyangkalan. Itu bukanlah kebenaran dalam batin; itu adalah dusta.

Mengasihi dengan Kasih Allah

Marilah kita membuka hati kita kepada tantangan Tuhan ini dan marilah kita menanggapinya sebagai orang-orang yang bertanggung jawab di dalam hal kasih dan kebenaran ini. Di dalam pasal ini, kata yang dimaksud adalah kasih; jadilah sejalan dengan itu. Saudara bilang saudara tidak bisa; saudara tidak bisa mengasihi, tapi kasih Allah bisa mengasihi. Ini bukanlah kasih kita yang harus diangkat kepada Allah; ini adalah kasih Allah yang telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus (Roma 5:5). Dan, lagipula, siapakah saya ini, dan siapakah saudara ini?

Apakah saudara makhluk yang begitu menyenangkan? Jika Allah memandang kepada saudara dari sorga dan mengenal saudara sepenuhnya, apakah saudara makhluk yang begitu menyenangkan sehingga Ia datang dan memberikan diri-Nya sendiri dan segala yang Ia miliki untuk saudara karena saudara begitu menawan? Apakah saya demikian? TIDAK! Namun Ia telah melakukannya. Kita tahu bahwa kita tidak dapat dikasihi. Ada banyak hal tentang diri kita yang begitu membencikan, lebih banyak lagi dari pada yang kita ketahui. Namun Allah mengasihi kita.

Contoh besar kasih ilahi adalah terhadap Israel, kaum Yahudi. Allah tidak pernah memilih orang atau bangsa yang paling cantik dan paling dicintai di muka bumi ini untuk menjadi teladan kasih-Nya. Tidak, Ia tidak; terkadang kita mungkin berpikir Ia justru memilih yang sebaliknya. Sejarah bangsa Yahudi bukanlah sejarah yang indah sama sekali tentang bangsa yang penuh kasih sayang, selalu benar, dan berjalan dengan hati yang selalu mengarah kepada Tuhan. Tidak, lihatlah pada sejarah mereka. Ini ditulis dengan besar dan jelas; suatu bangsa yang hanya membutuhkan sabar yang tak terbatas, kesabaran yang tidak terbatas, memiliki begitu banyak karakteristik yang dibenci dan tidak disukai oleh semua orang, namun dikatakan, “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal” (Yeremia 31:3). “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku” (Yesaya 49:16). Ya, itulah kasih Allah.

Ini adalah kasih Allah yang telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus, bukan usaha kita untuk mengasihi, melainkan kasih-Nya. Sekarang, hal itu seharusnya membuat kita bertekuk lutut dalam seruan yang luar biasa dan terus-menerus: “Ya Tuhan, baptislah aku ke dalam kasih-Mu, curahkanlah kasih-Mu!” ini adalah satu-satunya cara. Kita tidak akan menyelesaikan masalah hubungan atau persekutuan kita dengan diskusi dan argumen dan hal-hal bulak balik seperti itu. Hal ini hanya bisa terjadi oleh kasih Allah, namun ini bisa terjadi oleh kasih Allah. Apakah kita akan memberi kasih Allah suatu kesempatan, ataukah kita akan berdiam diri dan menunggu sampai kasih itu datang kepada kita? Apakah kita akan mengambil perkara ini, bahwa atas dasar kasih Allah, kita akan menjadi agresor dalam perkara ini? Ya Tuhan, jadikan kita agresif dalam kasih!

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.