Austin-Sparks.net

Dipenuhi Sampai Sesuai Dengan Kepenuhan Allah

oleh T. Austin-Sparks

Bab 7 – Bapa Keluarga

Apa yang akan menempati kita dalam meditasi kita saat ini, sehubungan dengan keluarga, adalah sebutan:

Bapa

Barangkali tidak perlu untuk menunjukkan bahwa sebutan seperti itu melambangkan penyataan Allah yang baru. Meskipun ide dan nama keluarga lazim dalam Perjanjian Lama (Israel dipanggil oleh Allah sebagai “anak”-Nya, “anak sulung”-Nya dan konsepsi umat Tuhan sebagai sebuah rumah tangga dan sebuah keluarga, cukup umum dalam Perjanjian Lama) namun cukup anehnya, dan cukup signifikan, dengan semua yang dikatakan Perjanjian Lama tentang umat Tuhan sebagai sebuah keluarga, secara praktikal-nya tidak ada yang berbicara tentang Allah sebagai Bapa. Umat Tuhan di dalam Perjanjian Lama tidak pernah berbicara tentang Dia sebagai Bapa mereka, tidak juga mereka menyebut Dia sebagai Bapa mereka. Tidak ada wahyu untuk berbicara, secara langsung, tentang Allah sebagai Bapa di dalam Perjanjian Lama. Saudara mungkin di sini dan di sana menemukan sesuatu yang menyiratkan itu, atau menyarankan itu, tetapi tidak banyak. Sebutan Allah banyak tetapi “Bapa” sangat jarang sekali.

“Bapa” adalah sebutan dispensasional, dan itulah sebabnya sebutan itu tidak dikembangkan di dalam Perjanjian Lama. Itu milik sebuah dispensasi, dan oleh karena itu, sebutan itu harus dicadangkan dalam pembukaan penuhnya untuk dispensasi khusus itu. Ini adalah hal yang sangat penting dan bermanfaat untuk mengenali bahwa dispensasi telah ditandai oleh sebutan ilahi selama ini. Dispensasi adalah periode waktu di mana hal-hal yang spesifik dan khas, di bawah kedaulatan dan pemerintahan Allah, sedang berlangsung. Pada periode waktu tertentu ini, Tuhan ditemukan sibuk dengan beberapa hal spesifik, dan hal itu berarti bahwa Ia dikenal pada masa itu dengan sebutan khusus.

Untuk sebagian besarnya, Perjanjian Lama mewakili tiga bagian besar dari kegiatan ilahi yang diatur oleh tiga sebutan ilahi. Di dalamnya, saudara akan menemukan hal-hal yang jauh lebih kecil, yang adalah milik hanya bagian-bagian waktu tertentu yang membawa keluar beberapa sebutan-sebutan Tuhan lainnya; tetapi mengambil keseluruhannya, ada tiga sebutan besar yang mengatur tiga periode besar kegiatan ilahi di dalam Perjanjian Lama. Tiga sebutan Allah itu adalah: Allah Yang Mahakuasa, Tuhan Allah, dan Tuhan Semesta Alam. Jika saudara melihat ke dalam sejarah Perjanjian Lama di mana sebutan-sebutan itu diperkenalkan, dan periode-periode yang diatur oleh sebutan-sebutan itu, saudara akan melihat bahwa beberapa aktivitas-aktivitas Allah yang tergambar sangat jelas sedang terjadi.

Saudara akan menemukan bahwa “Allah Yang Mahakuasa” adalah sebutan Allah yang datang bersamaan dengan para leluhur. Allah telah meletakkan tangan-Nya pada beberapa orang-orang tertentu yang akan menjadi bapa dari umat-Nya. Orang-orang ini hanyalah unit-unit di dunia besar yang terasing dari Allah dan tidak mengenal Allah. Ketika Allah meletakkan tangan-Nya di atas unit-unit ini – satu orang di sini dan yang lainnya di sana, di dunia yang berada di luar sentuhan dengan-Nya dan di luar kesadaran akan-Nya – Ia harus melakukan sesuatu yang istimewa di dalam orang-orang itu untuk membentuk mereka menjadi bapa dan dasar dari umat-Nya. Dan kepada para leluhur, Allah membuat diri-Nya dikenal sebagai “Allah Yang Mahakuasa”, yaitu, Tuhan Seluruhnya-mencukupi. Ini adalah kombinasi dari ide-ide yang berarti Tuhan dalam segala kepenuhan yang mencukupi, memberi kepenuhan-Nya ke dalam kuasa tangan orang lain. Ini adalah Yang Mahakuasa Penuang-keluar kepenuhan-Nya, Yang Seluruhnya-mencukupi, yang kecukupan-Nya adalah untuk mereka yang memiliki hubungan tertentu dengan diri-Nya sendiri; dan dengan demikian, dalam arti sebutan itu, Ia membentuk bapa-bapa umat-Nya dan membangun di dalam mereka suatu ketergantungan pribadi kepada-Nya. Seluruh pekerjaan-Nya dengan para leluhur adalah untuk membawa mereka ke suatu tempat di mana mereka bergantung sepenuhnya kepada-Nya dan menemukan Dia seluruhnya-mencukupi. Itu diperlukan sebagai dasar bagi umat-Nya; ketergantungan pada Tuhan dalam kecukupan-Nya, sebagai pertolongan mereka. Dan jadi Ia muncul kepada mereka, dan menyatakan diri-Nya kepada mereka sebagai Allah Yang Mahakuasa. Itu mengatur suatu periode di mana hal yang spesifik itu sedang dilakukan.

Ada periode kedua yang diperintah oleh sebutan “Tuhan Allah”. “Tuhan Allah” adalah Tuhan Yang Mahakuasa, Yang Ada-Sendiri, Mutlak. Ada suatu kalimat dalam pasal 1 dari kitab Wahyu yang merupakan definisi pasti dari sebutan itu: “yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang”, atau Yang Selalu-Akan-Datang, Yang Mahakuasa, Yang Abadi, Yang Cukup. Periode yang diatur oleh sebutan itu adalah periode di mana Allah sedang berurusan, tidak dengan individu-individu, tetapi dengan suatu umat; membentuk suatu umat untuk diri-Nya. Dan mereka dibentuk atas dasar supremasi Allah yang mutlak dalam kuasa dan kemampuan. Israel mengenal Dia dengan Nama itu. Sebagai suatu bangsa dan suatu perkumpulan, mereka ada berdasarkan fondasi itu sendiri: Tuhan yang Mutlak dalam kuasa dan kemampuan, yang cukup, yang tanpa batasnya mampu. Untuk mengenal itu adalah untuk diperkenalkan pada jumlah yang luar biasa dalam kaitannya dengan tanggung jawab Israel dan dosa Israel dan kemungkinan Israel dan kegagalan Israel. “Tuhan Allah” secara khususnya berkaitan dengan pembentukan suatu umat.

Sebutan ketiga adalah “Tuhan Semesta Alam”, Panglima Balatentara Tuhan. Sebutan itu datang dengan monarki dan ada kaitannya terutama dengan jangkauan yang lebih luas dari pemerintahan dunia ini. Sebutan pertama berhubungan dengan individu; yang kedua dengan suatu bangsa; yang ketiga dengan bangsa-bangsa. Yaitu, ketika umat telah terbentuk dan telah bersentuhan dengan bangsa-bangsa dan telah menderita di tangan bangsa-bangsa dan dilanda dan diancam oleh bangsa-bangsa, dan semua bangsa-bangsa di dunia menetapkan pandangan mereka pada mereka, mata yang serakah dan jahat; ketika ini adalah masalah umat ini yang berdiam di tengah-tengah bangsa-bangsa dan membutuhkan (karena bangsa-bangsa dan permusuhan mereka) perlindungan dan pengamanan, maka Tuhan menjadikan diri-Nya sendiri dikenal sebagai Tuhan Semesta Alam, Panglima Balatentara Tuhan. Ini adalah sebutan yang datang masuk sebagai Tuhan yang mampu memerintah pasukan-Nya untuk pembebasan dan perlindungan umat-Nya ketika mereka berjalan di tengah-tengah permusuhan bangsa-bangsa.

Kita telah mengatakan bahwa sebutan “Bapa” adalah sebutan dispensasional. Dengan itu, yang kami maksud adalah sebuah sebutan yang mengatur waktu yang spesial dan bagian spesial dari sejarah dunia ini, di mana beberapa hal khusus sedang dilakukan di bawah pemerintahan Allah. Apa hal yang sedang dilakukan dalam dispensasi ini? Ini adalah pembentukan sebuah keluarga dalam arti yang belum pernah benar sebelumnya. Itu tidak pernah sebelumnya dinyatakan sebagai tujuan, niat, pemikiran atau keinginan Allah dari kekekalan. Israel, dalam semua ide dan fraseologi keluarga-nya, dalam yang terbaiknya, hanyalah sebuah jenis dari hal ini, dan bukan kenyataan-nya. Oleh karena itu, tidak mungkin ada keluaran ke dalam makna dalam penuhnya tentang makna dari “Bapa”; ini hanya bisa diisyaratkan dan dicirikan. Tetapi ketika kita datang ke waktu ketika Allah dengan pastinya bergerak untuk mengamankan keluarga dalam karakter rohaninya yang sejati, maka saudara mendapatkan Dia dinyatakan dalam kepenuhan yang besar sebagai “Bapa”. Kita akan terkesan dengan ini semakin kita melanjutkan.

Ambillah Injil dari Yohanes dan ingatkan diri saudara sendiri bahwa dalam Injil kecil itu nama “Bapa” muncul tidak kurang dari 111 kali. Itu sungguh mengesankan, tetapi ketika saudara melanjutkan untuk mencatat bahwa Tuhan Yesus mengatakan kepada kepala-kepala dan wakil-wakil bangsa Yahudi yang resmi, bahwa mereka tidak mengenal Bapa, itu adalah hal yang jauh lebih mengesankan. Kata Dia: “Kamu melakukan hal-hal ini karena kamu tidak mengenal Bapa”. Setelah berabad-abad ini, dengan akumulasi wahyu dari firman Allah tentang posisi mereka dan tentang sejarah mereka di bawah komando mereka, mereka tidak mengenal Bapa. Ini bukanlah sesuatu yang dikatakan kepada dunia kafir atau dunia pagan; ini dikatakan kepada bangsa Yahudi dalam kepala perwakilannya. Kemudian Tuhan Yesus melanjutkan untuk membuatnya sangat jelas oleh penegasan ilahi dan oleh kehidupan wahyu bahwa apa yang Ia telah datang adalah untuk membuat Bapa dikenal.

Injil oleh Yohanes dapat, dari satu sudut pandang, dikatakan sebagai wahyu banyak-sisi dari Bapa. Semua yang bisa kita lakukan adalah untuk menyentuh beberapa poin-poin-nya di mana hal itu benar. Ini sangatlah mengesankan untuk mencatat bahwa segala sesuatu yang Tuhan Yesus katakan tentang diri-Nya sendiri terhubung dalam beberapa cara dengan Bapa. Kita akan melihat, jika kita melalui Injil itu dengan bijaksana dan tenang, bahwa sebutan “Bapa” secara khusus-nya berhubungan dengan inkarnasi dan semua tujuan inkarnasi. Inkarnasi adalah untuk tujuan mengamankan keluarga rohani ini, keluarga dari mereka yang lahir dari atas dan lahir dari Allah, tetapi itu juga dimaksudkan untuk menjadi cara membawa kepenuhan Bapa ke dalam pandangan. Mari kita ulangi lagi. Inkarnasi dimaksudkan untuk mengamankan keluarga rohani, tetapi itu juga dimaksudkan untuk menjadi cara membawa Bapa dalam kepenuhan ke dalam pandangan.

Mengambil Injil dari Yohanes ini, saudara akan menemukan bahwa Tuhan Yesus berbicara tentang diri-Nya sendiri dalam berbagai cara dan dalam berbagai sebutan. Ia diperkenalkan, pertama-tama, sebagai Kristus; yaitu, dalam arti Mesias. Jika saudara mengambil sebutan “Kristus” itu, saudara harus kembali ke dasar dua ribu tahun dan melalui dua ribu tahun, saudara akan menandai sebuah gerakan menuju Kristus, dalam kerinduan, dengan harapan, dalam doa, dalam janji, dalam pengharapan. Selama dua ribu tahun ada, seolah-olah, sesuatu di cakrawala dan semua hati terangkat menuju cakrawala itu dan hidup untuk hari itu. Dan sikapnya adalah: Ketika Kristus datang, maka semua kerinduan kita akan terpenuhi dan semua harapan kita akan terpenuhi dan semua kebutuhan kita akan terpuaskan. Hari itu akan menjawab semua pertanyaan kita. Semuanya terikat dengan: “Ketika Mesias datang …” dan setiap orang tua di Israel untuk selama dua ribu tahun itu berharap bahwa ia tidak akan terhuyung-huyung ke dalam kuburan sebelum Mesias datang; dengan cara yang sama seperti pada hari ini, harapan yang diberkati akan kedatangan Tuhan mencengkeram hati dan yang sudah tua berpikir dan berharap bahwa mereka tidak akan pergi melalui jalan kubur. Segalanya terikat dengan kedatangan Tuhan; dan demikianlah selama dua ribu tahun sebelum Mesias datang. Ia datang; sang Kristus! Apa satu hal yang Ia bawa? Bapa! “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”; “Aku datang dalam nama Bapa-Ku”; “Aku telah menyatakan Nama-Mu …”. Satu tujuan dari inkarnasi Anak Allah yang besar, inklusif dan mendominasi, yaitu Kristus, adalah untuk membawa masuk ke dalam dispensasi, Bapa. Semua harapan, pengharapan, kerinduan dan kebutuhan Israel, harus dipenuhi oleh kedatangan Kristus. Bagaimana itu dipenuhi? Secara murninya dan hanya pada dasar bahwa Ia bawa ke dalam terang pengetahuan tentang Bapa.

Kristus datang! Ia pergi! Apakah Israel memiliki semua harapan mereka terwujudkan, pengharapan mereka terjawab, kebutuhan mereka terpenuhi? Tidak! Mengapa? Karena mereka menolak apa yang Ia bawa di dalam Pribadi-Nya sendiri: wahyu Bapa. Itu adalah argumen besar dari Injil Yohanes. Baca lagi dengan itu dalam pandangan. Apa yang Tuhan Yesus katakan di sana dengan intensitas seperti itu, adalah bahwa mereka kehilangan jalan-nya, karena mereka tidak akan percaya bahwa Ia telah datang dari Bapa, sebab kenyataan Bapa yang datang masuk oleh-Nya, telah ditolak. Tetapi di mana pun seorang Israel percaya dan menerima Kristus sebagai Anak Bapa, orang Israel itu menemukan harapan, pengharapan dan kerinduan dua ribu tahun itu terpenuhi. Dan itu adalah demikian pada hari ini.

Saudara melihat betapa jelasnya Injil Yohanes terikat dengan Israel; mengambil segala sesuatu dari Perjanjian Lama dan mengumpulkan semuanya dalam Pribadi Tuhan Yesus. Dan faktor utama tentang Pribadi itu adalah bahwa Ia adalah wahyu dan ekspresi Bapa; bahwa untuk menerima Dia, Ia berkata, adalah untuk menerima Bapa. Untuk menolak Dia berarti menolak Bapa. Semua harapan diwujudkan dalam keluarga, semua kebutuhan terpenuhi dalam keluarga. Ini datang di bawah ke-Bapa-an dalam makna yang terdalam dan paling batiniah-nya.

Kita tidak berani menetap dengan pecahan-pecahan dari itu, tetapi mari kita melihat Nikodemus. “Engkau adalah pengajar Israel …?” Jelas-jelas Nikodemus adalah seorang yang lapar; seorang dengan kebutuhan yang disadari, seseorang yang mencari Mesias. Bagaimana semua kebutuhan di dalam hati Nikodemus harus dipenuhi? “Engkau harus dilahirkan kembali (dari atas).” Ini memperkenalkan fakta agung tentang Bapa – anak Allah.

Wahyu pertama Tuhan Yesus dalam Injil oleh Yohanes kemudian, adalah sebagai Kristus. “Mungkinkah Dia Kristus itu?”, adalah kesaksian dan interogasi seorang perempuan dari Sikhar, yang hanya beberapa saat sebelum itu telah berkata kepada yang Satu itu: “Apabila Ia datang.” Ia telah menemukan semua kerinduan dan harapan historis-nya dijawab di dalam Dia. Sebuah dispensasi baru datang masuk oleh inkarnasi. Ini adalah dispensasi Bapa di mana semua kebutuhan dispensasi-dispensasi sebelumnya terpenuhi.

Ambillah beberapa dari sebutan lainnya ini yang Tuhan ambil untuk diri-Nya sendiri. “Akulah roti hidup”. Lihatlah hubungan dari itu, dalam pasal 6 ayat 35-38 “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Ku-buang. Sebab Aku telah turun dari sorga …”. Bapa terkait dengan sebutan itu dan dikatakan: Ini adalah minat Bapa dalam keluarga-Nya – membuat persediaan untuk kehidupan keluarga dan memberi Roti. Tuhan Yesus adalah ekspresi kepedulian Bapa terhadap kehidupan keluarga-Nya. Inkarnasi dimaksudkan untuk menjadi wahyu akan Bapa, dan di sini wahyu itu adalah kepedulian Bapa akan kehidupan keluarga rohani-Nya itu sendiri.

Ini sangat sederhana, tetapi ini sangat mencolok dan merupakan bukti dari apa yang ingin kita katakan, bahwa dengan Tuhan Yesus, dalam dispensasi baru, ada hal khusus ini yang Allah sedang lakukan. Di Israel Ia memberi manna, yang hanyalah suatu jenis – karena mereka binasa di padang gurun, mereka mati meskipun mereka telah memakan manna – tetapi di sini adalah Bapa dalam kaitannya dengan Anti-tipe, keluarga sejati, memberikan Roti sehingga mereka tidak akan pernah mati dan tidak pernah binasa. Bapa tidak peduli hanya dengan mempertahankan sebuah perkumpulan orang-orang di bumi ini untuk jangka waktu tertentu, tetapi untuk melestarikan sebuah keluarga rohani selamanya dengan memberi mereka hidup yang tidak dapat binasa. Hidup yang tidak dapat binasa itu adalah Tuhan Yesus.

Bapa memiliki kepedulian yang sedemikiannya terhadap keluarga-Nya, sehingga keluarga itu akan disediakan oleh-Nya dengan apa yang akan memelihara mereka dalam hidup untuk selama-lamanya, dan Ia memberikan Tuhan Yesus untuk itu. Tuhan Yesus harus datang, harus ada di sini, dan harus datang sendiri untuk menyatakan bahwa itu adalah sikap Bapa dan untuk menunjukkan bahwa itu adalah seperti apakah Bapa itu, itulah yang ada di dalam hati Bapa; itu adalah Ke-Bapa-an. Untuk berbicara tentang Ke-Bapa-an Allah dan persaudaraan manusia dan meninggalkan inkarnasi dan Salib Tuhan Yesus di luar adalah untuk berbicara omong kosong. Alkitab tidak tahu apa-apa tentang itu. Wahyu Bapa menuntut inkarnasi dan Salib untuk membentuk sebuah keluarga, atas dasar suatu kehidupan yang tidak pernah bisa menderita korupsi dan kematian.

“Akulah terang dunia”. Baca pasal 8, ayat 12, 16, dan pasal 16 ayat 32. Tuhan Yesus menghubungkan Bapa dengan diri-Nya sendiri dalam setiap detail dan setiap hubungan. “Akulah terang dunia”; “Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.” Apa hubungan kedua hal itu berkata kepada kita? Itu berkata demikian, bahwa Bapa, dengan Tuhan Yesus dalam kapasitas spesifik dari Terang dunia dan Terang Hidup, berkepentingan untuk memiliki keluarga yang tercerahkan secara rohani; sebuah keluarga yang tercerahkan mengenai diri-Nya sendiri dan semua yang ada kaitannya dengan diri-Nya sendiri. Dikatakan, sebaliknya, bahwa dunia berada dalam kegelapan dan bahwa keluarga-Nya, sementara berada di tengah-tengah kegelapan di dunia ini, diterangi dan berada dalam Terang. Sama seperti Israel dalam jenis di Mesir memiliki terang di tempat tinggal mereka ketika ada kegelapan di seluruh negeri, jadi dalam Anti-tipe, keluarga Allah. Ini adalah keluarga yang memiliki terang ketika seluruh dunia berada dalam kegelapan dan Allah peduli bahwa keluarga-Nya harus menjadi keluarga yang diterangi dan tercerahkan. Inkarnasi adalah cara melalui apa apa yang ada dalam hati dan pikiran Bapa harus diketahui. Hubungan Bapa dengan Anak itu sendiri dalam koneksi itu menunjukkan apa yang dipikirkan Bapa: sebuah keluarga yang diterangi. “Kamu semua adalah anak-anak terang.”

Sebuah dispensasi baru telah datang masuk, dicirikan oleh “Bapa”, dan Allah sedang melakukan hal yang spesifik dalam dispensasi ini di bawah sebutan itu. Ia sedang membentuk sebuah keluarga atas hidup-Nya sendiri, yang telah Ia berikan di dalam Kristus sebagai Roti. Ia membentuk sebuah keluarga oleh Terang-Nya sendiri sebagaimana yang diwakili di dalam Tuhan Yesus.

Kemudian: “Akulah gembala yang baik” (pasal 10:14-15). Sangat mengejutkan bagaimana setiap saat Bapa dikaitkan dengan sebutan ini. “Akulah gembala yang baik … Aku mengenal domba-domba-Ku … sama seperti Bapa mengenal Aku …”. Itu mengatakan dengan cukup jelas dan sederhana bahwa Bapa memiliki pengetahuan pribadi tentang milik-Nya dan perhatian pribadi untuk milik-Nya sendiri, Ia berada dalam hubungan yang erat dan cerdas dan itu diungkapkan oleh inkarnasi. Tuhan Yesus sebagai Gembala yang baik, adalah wahyu tentang hubungan Allah dengan keluarga-Nya sendiri: yaitu, pengetahuan yang pribadi dan cerdas tentang masing-masing dari mereka.

Bisa dianggap remeh bahwa seorang bapa akan mengenal milik-nya sendiri dan ada dalam sentuhan cerdas dengan semua milik-nya sendiri. Tuhan memiliki keluarga yang sangat besar – pikiran manusia, tentu saja, seluruhnya dikesampingkan dalam hal ini, karena ketika saudara turun ke tingkat itu, saudara hanya akan berkata: “Yah, di antara ratusan ribu, mungkin jutaan, yang adalah anak-anak Allah sendiri, praduga apa bagi-ku untuk berpikir bahwa aku dapat mengajukan permohonan pribadi kepada-Nya dan bahwa Ia akan memindahkan langit dan bumi atas nama-ku!” Saya ingat beberapa tahun yang lalu, pergi ke puncak menara yang sangat tinggi, yang di atas tempat pameran yang dipenuhi orang-orang, dan ketika saya melihat ke bawah dari menara yang sangat tinggi itu, ratusan kaki di atas, mereka tampak seperti semut hitam yang merangkak di bumi. Dan hal ini datang kepada saya dengan kekuatan yang luar biasa: Mengapa, ada beberapa ribu orang di bawah sana dan Allah memandang ke bawah kepada jutaan dan jutaan, dan kemudian saudara berkata kepada saya bahwa Allah memiliki minat pribadi yang cerdas dan asosiasi dengan setiap orang dari mereka … dan bukan hanya mereka, tetapi dengan semua yang telah berlalu dan semua yang akan menjadi! Itu adalah Ke-Bapa-an! Itu adalah Ke-Bapa-an dalam dimensi-dimensinya dan itu adalah apa yang Kristus telah datang untuk nyatakan: “Aku mengenal domba-domba-Ku”, dan tidak hanya memiliki pengetahuan tentang keberadaan mereka, tetapi kepentingan pribadi dalam setiap individu. Kristus membawa pengetahuan itu kepada terang, bahwa Allah tidak berurusan dengan massa, tetapi Allah berurusan dengan individu-individu. Bapa ini tidak mengabaikan salah satu pun dari anak-anak-Nya yang terkecil.

Itu adalah hal yang sederhana untuk dikatakan, tetapi jika itu datang masuk ke dalam hati kita, itu mungkin membantu kita sedikit lebih banyak dari waktu ke waktu. Apakah saudara berpikir bahwa Tuhan telah melupakan saudara? Kita semua telah berpikir demikian kadang-kadang. Seperti seseorang dari dahulu kala, kita telah mengatakan: “sudah lupakah Allah menaruh kasihan?” Kita perlu mendapatkan apresiasi yang lebih dalam, lebih dekat dari kenyataan bahwa Allah adalah Bapa kita. Betapa banyak sekali bantuan yang dapat diperoleh dari hal itu, jika kita benar-benar dapat mengatakannya, dengan arti sebenarnya: “Bapa”.

Musuh berusaha untuk menghancurkan kata itu, untuk menghancurkan nilai dan makna dari itu bagi kita. Ia tidak keberatan kita memiliki sebutan: “Tuhan yang Mahatinggi adalah dahsyat, yang memerintah angin perkasa kereta-Mu, dan petir pedang-Mu,” tetapi “Bapa” ia tolak. Segala jenis konsepsi akan Allah daripada itu! Dan itulah sebabnya iblis menggerak-kan para pemimpin orang Yahudi ini melawan Tuhan Yesus, “Sebab Ia menjadikan Allah Bapa-nya”. Oh, untuk kemenangan Kalvari di dalam hati kita dalam hal ini, kemenangan nyata atas musuh untuk mendapatkan kenyataan akan Bapa ditetapkan di dalam kita!

“Akulah kebangkitan dan hidup” (pasal 11 ayat 25-26, 41). “Akulah kebangkitan dan hidup … Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.” Ini bukanlah hal yang menegangkan untuk menjembatani kesenjangan dari ayat-ayat yang mengintervensi itu. Jika saudara akan kembali ke pasal 5, saudara akan melihat bahwa itu sangat benar: “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkan-nya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya” (ayat 21). Kedua hal itu adalah satu. Bapa dan Anak adalah Satu dalam kuasa dan aktivitas kebangkitan. Anak adalah penyataan dari kenyataan bahwa Bapa membangkitkan, sehingga kematian tidak dapat menghancurkan keluarga-Nya. Bapa memiliki keluarga-Nya, dan sekali Ia memilikinya, maut tidak dapat merampok Dia dari anggota-nya mana pun. Ia adalah Tuhan atas maut, Tuan atas maut, Penakluk maut, dan esensi dari ke-Bapa-an ini adalah bahwa Ia dapat melindungi keluarga-Nya dari kematian. Itu membuka lebih banyak lagi kebenaran dari Perjanjian Baru, tetapi kita hanya mencatat faktanya di sini.

Allah bertindak dalam dispensasi ini untuk mendapatkan sebuah keluarga, dan aktivitas dispensasional Allah yang sekarang ini tidak akan dikalahkan oleh kematian, dan Ia tidak akan ditipu oleh kematian. Ia akan mendapatkan sebuah keluarga, dan akan menipu maut dari keluarga itu. Ini bukanlah Allah, yang Tak Terbatas dan Perkasa, seperti itu, ini adalah Bapa; dan ini adalah keluarga yang tidak dapat mati yang Ia inginkan. Keluarga ini tidak pernah terbagi oleh kematian, keluarga ini tidak pernah dipatahkan oleh kematian, keluarga ini tidak tahu apa pun tentang berkabung karena kematian, keluarga ini tidak akan pernah kehilangan seorang anak karena kematian. Tentu saja, sebagai keluarga, ketika kita masuk ke dalam penghargaan akan itu, itu adalah kenyamanan kita: bahwa di dalam keluarga ini, kita tidak kehilangan siapa pun. Maut dapat menyentuh hal-hal di sini, tetapi keluarga rohani tidak lebih terpisah dalam realitas rohani dan dalam kesatuan kekal dari rumah Bapa, daripada jika mereka masih ada di sini. Ini adalah sisi manusiawi alami dari kita yang menderita kehilangan dan mengetahui semua rasa sakit itu. Tetapi apakah kenyamanan orang percaya? Kita berduka bukan seperti mereka yang tidak memiliki harapan. Apa harapan kita? Sebab kita memiliki seorang Bapa yang telah memiliki sebuah keluarga yang tidak pernah dapat dihancurkan oleh kematian dan tidak pernah kehilangan seorang anggota pun oleh kematian. Harapan kita adalah bahwa seluruh anggota keluarga akan bersama tanpa ada seorang pun yang hilang. Harapannya adalah bahwa kita tidak kehilangan siapa pun. Ini adalah milik kita untuk harus bersama selamanya. “Seluruh keluarga di sorga dan di bumi …”. Itu adalah sebuah bagian dari makna ke-Bapa-an, dan itu adalah apa yang Bapa sedang lakukan dalam dispensasi ini; mendapatkan sebuah keluarga semacam itu.

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya” (pasal 15). Keduanya pergi bersama-sama sepanjang waktu. Ini mengatakan hal yang lain. Ini adalah cara figuratif untuk mempersembahkan kebenaran rohani yang besar dari keluarga. Ini mengatakan secara simpelnya bahwa Bapa prihatin atas pelayanan keluarga-Nya. Pasal 15 berkaitan dengan pelayanan orang percaya: berbuah. Itu adalah kehidupan pelayanan. Jangan biarkan kita membuat klise; jangan menempatkan pelayanan ke dalam kompartemen kedap air dan menganggap pelayanan sebagai pelayan atau misionaris dalam sebutan resmi itu. Ini mungkin mengambil berbagai bentuk dan melalui saluran-saluran yang berbeda, tetapi pelayanan adalah ekspresi dari hidup Bapa, ini menjawab keinginan Bapa.

“Bapa-Kulah pengusahanya”. Untuk mendapatkan buah, Ia mengambil suatu jalan tertentu. Ada buah, tetapi Ia melihat bahwa dengan mengadopsi metode tertentu, Ia dapat memperoleh lebih banyak buah, dan Ia prihatin dengan ranting tertentu itu bahwa ranting itu harus dikembangkan untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Jadi Ia mengadopsi metode tertentu: “Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya” adalah kata-kata dalam surat Ibrani yang menyatakan hal ini. “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai.” Bapa memangkas dan menghajar, demi mengembangkan kesuburan dalam ukuran maksimalnya. “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya”, dan dengan begitu Ia memperhatikan satu hal, dan itu adalah ukuran buah yang paling penuh.

Apakah kita mengaitkan pemangkasan dan penghajaran kepada Allah, atau kepada Bapa? Ini membuat banyak perbedaan. Mentalitas akan “Allah” terkadang berat. Kita tidak pernah bisa memiliki mentalitas yang berat dalam suasana yang benar akan “Bapa”. Semua hal ini harus dibawa ke dalam alam itu; urusan Tuhan dengan kita sekarang adalah urusan Bapa dan berada di sepanjang garis keluarga. Itulah apa yang sedang terjadi dalam dispensasi ini.

Injil oleh Yohanes ini adalah satu pembukaan yang luar biasa dari apa yang ada dalam pikiran, hati, kehendak, perhatian Bapa bagi sebuah keluarga.

Wahyu di atas semua wahyu Allah dalam sejarah dunia, adalah wahyu di mana kita sekarang hidup; wahyu Bapa, dibawa kepada kita oleh Anak, Yesus Kristus. Di masa depan, ketika kita mengatakan “Bapa kami,” semoga perkataan itu memiliki arti yang lebih penuh bagi kita.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.