Austin-Sparks.net

Dipenuhi Sampai Sesuai Dengan Kepenuhan Allah

oleh T. Austin-Sparks

Bab 8 – Bapa Anak

“Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih” Kolose 1:13.

“Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya” Efesus 1:5, 6.

“Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya” Yohanes 3:35.

“dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita” Roma 1:4.

“tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.” Ibrani 3:6.

Saat kita melanjutkan untuk merenungkan Anak Bapa, ini bukanlah tujuan kita saat ini untuk berurusan dengan seluruh subjek tentang Pribadi Tuhan Yesus. Untuk satu alasan, ini adalah masalah yang terlalu besar untuk mencoba dibahas dalam ruang yang singkat ini dan untuk alasan yang lainnya, ini mengarah keluar ke segala macam poin-poin yang kontroversial dan diperdebatkan, tetapi yang terutama, karena kita memiliki satu hal yang secara spesifik-nya ada dalam pandangan pada saat ini dan apa yang harus kita lihat dalam kaitannya dengan satu hal itu. Kita prihatin dengan jemaat sebagai sebuah keluarga, dan apa yang harus kita lihat akan sangat terkait dengan tujuan itu. Jadi kita meninggalkan dunia kontroversi dan kebingungan tentang Pribadi Tuhan Yesus, dan hanya untuk tujuan kita sekarang, mencari kasih karunia kesederhanaan untuk mencapai hati, daripada kepala, dalam hal-hal ini. Kita dapat membuat posisi kita berkaitan dengan Pribadi Tuhan Yesus menjadi sangat jelas dan sangat empatik, sebagai yang menyeluruh dalam arah ke-Tuhanan-Nya, dalam ketidakberdosaan-Nya dalam segala aspeknya, dan seterusnya, tetapi objek yang sekarang ada dalam pandangan tidak memanggil kita ke dalam wilayah itu.

Ini jelas di luar pertanyaan bahwa meskipun ada bagian-bagian Kitab Suci yang demikian besar seperti Yesaya 9:6: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita …” yang tampaknya menjadi final dalam hal ini, orang-orang bangsa Yahudi tidak mencari Mesias mereka untuk dimanifestasikan dalam ketentuan status Anak. Mesias bagi mereka diharapkan datang di sepanjang garis alami keturunan Daud; benih Daud secara bersejarah. Di alam itulah mereka mencari dan menunggu Mesias mereka. Dan sangat jelas bahwa mereka tidak dapat merekonsiliasi gagasan yang Tuhan Yesus bawa masuk dari status Anak dengan sang Mesias. Mereka selalu mencari di alam yang alami dan bersejarah untuk bukti dari Mesias.

Ketika Ia berulang kali menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah, itu tidak menyampaikan apa-apa kepada mereka mengenai Mesias. Istilah “Kristus” bagi mereka hanya berarti “orang yang diurapi,” yang diurapi dengan cara yang khusus – benar, tetapi saudara tidak menemukan jejak tanggapan dari pihak orang-orang bangsa Yahudi atas saran bahwa Mesias adalah Anak Allah. Jika mereka telah mengharapkan itu, atau jika mereka telah memiliki hubungan itu di dalam pikiran mereka, saudara akan secara alami berharap menemukan di suatu tempat beberapa indikasi di masa hari-hari Tuhan Yesus bahwa setidaknya mereka terbuka terhadap gagasan itu. Namun, saudara menemukan bahwa mereka sepenuhnya tertutup terhadap gagasan itu, dan itu tidak dapat ditempatkan semata-mata pada perhitungan prasangka bahwa bahkan jika Mesias adalah Anak Allah, mereka tidak akan menerima yang Satu ini. Tidak! Itu lebih dari itu. Mesias adalah tokoh bersejarah, datang untuk tujuan di Israel saja, dan saudara perhatikan bahwa setiap kali nama Mesias itu disebutkan, nama itu terkait dengan beberapa kepentingan yang duniawi dan terbatas saja, kepentingan Israel di bumi.

Ketika Petrus membuat deklarasi agung-nya di Kaisarea Filipi itu, ia menyatukan keduanya: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”, dan segera setelah itu Kristus menjelaskan bahwa itu adalah wahyu dari Bapa, bahwa Kristus adalah Anak Allah yang hidup, dan itu mengikuti penyelidikan para murid oleh Tuhan Yesus tentang siapakah kata orang Dia itu. Penyelidikan itu memiliki poin ini: Apakah ada orang yang belum melihat bahwa Kristus adalah Anak Allah? Pernahkah engkau mendengar seseorang berkata, Inilah Mesias, Anak Allah? Ada orang-orang yang mungkin siap untuk mengakui kemungkinan keberadaan-Nya sebagai Mesias, tetapi itu bukanlah pertanyaannya.

Ketika orang yang buta sejak lahirnya (Yohanes 9) melintasi jalan yang berliku-liku itu dengan terang yang bertumbuh dari mata batiniah yang terbuka dan akhirnya berhasil mencapai hal tertinggi, melampaui “nabi”, melampaui “manusia agung” sampai kepada “Anak Allah”, ia mewakili tindakan tertentu: tindakan supranatural iluminasi ilahi yang berhubungan dengan penyataan Petrus di Kaisarea Filipi, “… bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku …”.

Rahasia itu tentang Anak, makna yang lebih dalam dan lebih lengkap dari Mesias sebagai Anak Allah, menunjukkan dengan jelas sebagai fakta dalam dirinya sendiri, bahwa Allah adalah Bapa – sesuatu yang lebih dari restorasi dan rehabilitasi bangsa Yahudi. Jika Kristus, yang Diurapi, adalah Mesias Yahudi yang terbatas dan hanya itu saja, maka segalanya adalah untuk umat bangsa Yahudi. Tetapi realitas dan makna yang lebih dalam dari Mesias sebagai Anak Allah membawa dengannya sesuatu yang jauh melampaui kepentingan bangsa Yahudi. Ini menunjukkan bahwa Allah memiliki pandangan yang jauh lebih besar daripada itu. Itu berarti bahwa Allah telah datang, tidak hanya sebagai Mesias, tetapi sebagai Anak dalam hubungan – bukan kepada umat dari satu bahasa dan bangsa – tetapi untuk sebuah keluarga dari setiap bangsa-bangsa dan setiap bahasa-bahasa. Itu adalah hal yang lebih mendalam.

Realitas yang lebih dalam ini menunjukkan kesadaran yang lebih dalam tentang tujuan di dalam Kristus, yang membuatnya menjadi mungkin bagi-Nya untuk menolak Israel. Di sini adalah Kristus, Mesias, dan Mesias telah datang, Ia dapat menolak Israel. Tentunya Mesias, menurut gagasan Israel, telah datang untuk Israel dan seluruh tujuan-Nya terikat dengan Israel! Jika Ia tidak menyelamatkan Israel, maka mengapa Ia datang? Bukan untuk menyelamatkan Israel, sebagaimana Israel tampaknya dengan jelas menunjukkan bahwa sebagai Mesias, Ia adalah kegagalan total! Tentunya, tidak mungkin bahwa Mesias telah runtuh! Dan namun Mesias, yang di dalam pikiran Israel hanyalah terbatas pada Israel untuk keselamatan Israel dan tidak bisa jatuh, menolak Israel dalam istilah yang begitu kuatnya dan dengan cara yang begitu menyeluruhnya seperti kutukannya kepada pohon ara sehingga pohon itu layu dan mati; itu adalah agama bangsa Yahudi. Mesias melakukan itu kepada Israel! Maka Mesias pasti telah datang untuk sesuatu yang lebih dari itu! Sesuatu yang lebih itu ditemukan dalam Siapa Mesias itu:

Anak Allah

Nama itu, sebutan itu, “Anak”, adalah hal yang sangat besar. Itu jauh melampaui batas dan keterbatasan Israel, itu berbicara tentang sesuatu yang lebih; dan jadi itu menunjukkan kesadaran yang lebih dalam akan tujuan di dalam Kristus. Kristus memiliki kesadaran akan tujuan di dalam hati-Nya yang jauh lebih dalam dari Israel dan pengetahuan-Nya tentang status Anak-Nya membawa-Nya jauh melampaui batas-batas Israel.

Kemudian lagi, sama seperti Kristus menghubungkan “Bapa” dengan segala sesuatu, dan membuat menjadi jelas bahwa semua Dia itu dan semua yang Ia lakukan dimaksudkan untuk menyatakan Bapa, jadi Allah Bapa telah menghubungkan semuanya kepada Anak, dan tidak memiliki apa pun untuk dikatakan atau berikan kepada manusia terpisah dari Anak. Sungguh mengesankan untuk mengakui bahwa Anak tidak memiliki apa pun, tidak melakukan apa pun, tidak mengatakan apa pun selain dari Bapa. Seluruh cakrawala Anak adalah “Bapa”. Ia tidak memiliki apa pun di luar cakrawala “Bapa” itu, dan segala sesuatu di cakrawala itu adalah “Bapa.” Apa Dia dalam segala aspek-Nya, dalam semua kegiatan-Nya, dalam semua keseluruhan-Nya … “Bapa” dibawa masuk, dinyatakan, diungkapkan dan diekspresikan. Dari awal sampai akhir, Ia tidak memiliki apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak melakukan apa-apa tanpa Bapa. Ia merujuk segalanya kepada Bapa. Saudara tidak pernah melihat kesetiaan seperti itu! Saudara tidak pernah melihat pengabaian seperti itu! Ini seolah-olah, setiap kali Ia dipanggil untuk melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu, Ia berbalik dan berkata, “Bapa, apakah Aku boleh melakukannya? Apakah ini kehendak-Mu?” Setiap kali Ia ditarik keluar, Ia akan, pada dasarnya, berkata: “Aku harus bertanya kepada Bapa-Ku; Aku tidak bisa berbuat apa-apa sampai Aku telah datang kepada Bapa tentang hal itu!”

Dengan cara yang sama, Bapa menghubungkan segalanya dengan Anak. Pergi ke Bapa, dan Bapa berkata: “Pergilah kepada Anak-Ku.” Mintalah kepada Bapa, dan Bapa berkata: “Pergilah kepada Anak-Ku; Anak-Ku memiliki semua yang engkau inginkan dari-Ku. Aku telah mengikat segala sesuatu dengan-Nya, Aku tidak dapat melakukan apa pun tanpa Dia, Aku tidak akan melakukan apa pun terpisah dari-Nya.” Bapa telah membuatnya dengan sangat jelas bahwa Anak adalah cara-Nya yang penuh dan final untuk bertemu dengan manusia. “Bapa mengasihi Anak, dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.” Dan “segala sesuatu” itu adalah final.

Pikiran pertama kita, kemudian, setelah melihat semua itu, adalah manifestasi hubungan kasih timbal balik antara Bapa dan Anak, dan Anak dan Bapa. Itu mendasar untuk semuanya. Kedengarannya sederhana, tetapi ada lebih banyak hal di dalamnya daripada yang kelihatannya. Hubungan kasih timbal balik antara Bapa dan Anak, dan Anak dan Bapa, adalah dasar dari segalanya, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat datang kepada kita dari Allah kecuali atas dasar hubungan kasih timbal balik itu. Ini adalah penyingkapan yang luar biasa. Pikirkan seorang anggota keluarga yang secara mutlak dan positif menolak untuk menggerakkan tangan, mengucapkan sepatah kata, untuk ditarik ke dalam apa pun, tanpa berkonsultasi dengan anggota lain dan bekerja dalam kerja sama dan keharmonisan dan persekutuan yang lengkap dan sempurna dengan anggota lain tersebut, dan saudara melihat apa hubungan antara Bapa dan Anak, Anak dan Bapa.

Itu adalah di mana musuh mengarahkan semua serangan-nya, untuk masuk di antara itu. Itu adalah dasar untuk segala sesuatu di alam semesta ini dalam kaitannya dengan tujuan Allah, dan satu hal yang musuh coba lakukan adalah untuk masuk di antara keduanya; untuk mencampuri itu, untuk mendapatkan tindakan independen dan perhatian pribadi; apa pun hanya untuk menerobos ke dalam itu, “Jika Engkau adalah Anak …”.

Oh kemenangan tak terhingga, kemenangan tak terbatas, yang diwakili dalam kalimat terakhir yang Tuhan Yesus ucapkan di dunia ini sebelum Ia mati. Ketika saudara mengingat semua yang telah Ia lalui saat itu, dibuat menjadi dosa, dan Bapa kemudian harus memalingkan muka-Nya, dan saudara mendengar kata terakhir, kalimat terakhir, dimulai dengan: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Ku-serahkan nyawa-Ku,” ada kemenangan dalam hal itu. Ia segera kembali, dan berdiri di akhir di mana Ia selalu berdiri. Diuji, seperti tidak ada makhluk di alam semesta ini pernah diuji, dalam kaitannya dengan hubungan-Nya, kesetiaan-Nya, ketaatan-Nya; diuji dengan penolakan yang diperlukan dari sorga dan kemudian berkata: “Bapa.” Ada kemegahan dan keagungan di sana.

Apa yang ada di balik semua hal lain di alam semesta ini adalah kasih timbal balik antara Bapa dan Anak, dan Anak dan Bapa, dan apa artinya itu akan kekuatan; atau kekuatan itu dalam tindakan dalam setiap detail dan diungkapkan di sepanjang jalan, di bawah segala jenis godaan dan cobaan, tekanan dan ketegangan, keadaan dan kondisi. Melalui semuanya kasih itu menang dalam kesetiaannya yang menyeluruh. Itu adalah hal yang pertama dan mendasar.

Kemudian ada karunia segala sesuatu kepada Anak oleh Bapa, penyerahan menyeluruh kepada Anak: “… dan telah memberikan (atau telah menyerahkan) segala sesuatu kepada-Nya.” Itu berbicara tentang kepercayaan yang tak terbatas. Bapa memiliki sebuah Nama, dan sungguh sebuah Nama! Apa yang terikat dengan Nama itu! Apa yang termasuk dalam Nama itu! Semua yang dimaksudkan oleh Nama Allah dalam kebenaran, kenyataan, integritas, kekudusan, kesetaraan yang tak tergoyahkan; setiap kepentingan yang dimiliki Bapa di alam semesta ini; setiap niat; ya, semua yang Allah perjuangkan – bukan hanya sebagai Makhluk dalam hubungannya dengan alam semesta, dalam tujuan dan niat dan keinginan dan pikiran – segalanya Ia telah percayakan kepada Anak.

Apakah saudara bertanya-tanya bahwa Iblis mencoba menangkap Anak? Apakah saudara bertanya-tanya bahwa ia menjadikan Anak sebagai Objek dari serangan-serangannya yang paling ganas, kejahatannya yang paling jahat, racunnya, dan segala kedalaman kelicikannya? Segala sesuatu diserahkan kepada Anak. Oh! Kepercayaan yang tak terbatas dari Bapa! Dan Sang Anak mengetahui itu, dan ini adalah atas dasar dari kepercayaan itu bahwa Anak telah melalui. Itu adalah apa yang ada di belakang jalan di mana Ia menjawab musuh. Jika saudara dapat menjelaskan kehidupan Tuhan Yesus, dan mengapa Ia mengambil jalan yang Ia ambil pada setiap kesempatan ketika ada dua jalan yang bisa diambil, mengapa Ia memilih yang satu yang Ia ambil ketika ada jalan lain yang terbuka kepada-Nya, saudara akan menemukan bahwa penjelasannya adalah ini: Bapa mempercayai Aku! Lihat kekuatan apa yang diberikan dari itu; tidak ada yang pribadi tentang hal itu. Ia berkata, pada dasarnya: “Aku memikul kehormatan Bapa; Aku memikul kepentingan Bapa. Apa yang Aku lakukan hanya pada saat ini melibatkan Bapa dan menimbulkan seluruh pertanyaan apakah Ia telah secara benar beristirahatkan kepercayaan kepada Aku.”

Lihatlah di selanjutnya dan lihat bahwa keluarga harus mengambil karakternya dari Sang Anak. Jika kita bisa mendapatkan sesuatu dari itu pada jam-jam pengujian dan percobaan, penderitaan dan kesedihan, dan berkata: “Bapa sedang menaruh kepercayaan sekarang; kepentingan Bapa dipertaruhkan!”

Sehubungan dengan itu ada desain universal yang lebih besar. Apa itu? Ini adalah untuk membuat Anak memberikan karakter penuh dan final kepada alam semesta. Kasih Bapa bagi Anak, penyerahan segala sesuatu oleh Bapa kepada Anak adalah dengan maksud Anak memberikan karakter penuh dan final kepada alam semesta. Jika kita hanya mendapatkan pandangan sekilas yang paling sederhana tentang arti dari status Anak, sebagaimana yang diwakili oleh Tuhan Yesus, pengabdian seperti itu kepada Bapa seperti yang telah kita lihat, kehormatan seperti itu dari Bapa; maka kita akan melihat sifat moral alam semesta di masa yang akan datang. Hal semacam itu akan dicap melalui alam semesta ini. Apa yang kita miliki di alam semesta hari ini? Allah tidak dihormati, Allah tidak dihiraukan, Allah dicemooh, Allah secara terbuka berontak dilawan atau secara terbuka diabaikan. Apa hasilnya? Alam semesta seperti yang kita miliki adalah hasilnya. Dan Allah tidak memiliki niat bahwa alam semesta seperti sekarang, berlanjut selamanya. Ia tidak pernah menginginkannya, dan Ia tidak akan pernah mengizinkannya. Seluruh tatanan moral alam semesta ini harus diubah, dan ketika Allah menyadari pikiran-Nya untuk alam semesta ini, ini akan dicap melalui seluruhnya dengan apa yang kita lihat di dalam Anak; di mana Bapa dihormati dengan cara ini dan dikasihi dengan cara ini dan dibawa masuk dalam segala hal. Dan tidak akan ada ruang apa pun untuk unsur yang bertentangan lainnya. Unsur-unsur yang bertentangan telah dihadapi oleh Anak.

Kekuatan musuh ditetapkan untuk mendobrak kesetiaan itu, untuk datang masuk antara Anak dan Bapa oleh ketidak-taat-an, kepentingan pribadi, dan seterusnya. Semua yang diatasi oleh Anak, dalam kebajikan kasih dan pengabdian menyeluruh-Nya kepada Bapa; dan iblis tidak berdaya oleh itu. Kemenangan kasih untuk Bapa akan mengisi alam semesta. Tidak akan ada ruang untuk iblis saat itu. Ini adalah hal moral. Dapatkan hal itu melalui alam semesta; dapatkan hal itu direproduksi dalam keluarga besar untuk bertahan melalui waktu; dan saudara lihat alam semesta seperti apa yang akan saudara miliki. Kristus, Anak, adalah alam semesta dalam keadaan moral. Oh! Keajaiban status anak ini menurut pemikiran Allah. Alam semesta ditandai, dicap dan mengambil karakternya dari Sang Anak!

Ini, dengan alasan kejadian-kejadian yang sebelumnya tidak direncanakan tetapi diperkirakan, kejadian-kejadian dari kejatuhan, pemberontakan, dosa … mengharuskan pelaksanaan seluruh rencana penebusan dalam Perwakilan, Pengganti. Sehingga niat Allah bagi alam semesta dan untuk realisasinya, menuntut seluruh kegiatan penebusan karena dosa; dan Anak menjadi itu. Di dalam kompas itu, kita menemukan yang paling indah dari semua wahyu dari makna status anak. Saya bisa mengerti mengapa gerbang Kota adalah dari mutiara. Apa mutiara itu? Keindahan mutiara hanyalah hasil dari pendarahan, menderita penderitaan luar biasa dari tiram ketika beberapa pasir bekerja mencari jalan masuk dan memotong daging yang sensitif dan mengalirkan keluar darah kehidupan, yang proses kimia-nya membentuk kemuliaan mutiara itu. Dengan cara itu, wahyu yang paling berharga dari status anak datang melalui penderitaan yang dituntut oleh perwakilan dan pekerjaan pengganti karena dosa.

Apakah Kitab Suci, yang dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan Yesus dinyatakan sebagai Anak Allah oleh kebangkitan dari kematian, pernah membuat saudara mengajukan pertanyaan-pertanyaan? Apakah saudara pernah mengalami kesulitan dalam mendamaikan kedua hal itu; bahwa Ia adalah Anak sebelum Ia mati, bahwa Ia adalah Anak oleh kelahiran, namun Firman dengan jelas mengatakan bahwa Ia dinyatakan sebagai Anak Allah melalui kebangkitan? Pemazmur, yang tiga kali dikutip dalam ucapan khusus ini dalam Perjanjian Baru yang dimaksudkan (sebagaimana referensi-referensi Perjanjian Baru membuat sangat jelas) untuk merujuk kepada kebangkitan Tuhan Yesus ketika ia memasukkan kata-kata ini ke dalam mulut Bapa: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” Itu, dalam Perjanjian Baru, jelas berhubungan dengan kebangkitan. Bagaimana saudara merekonsiliasi hal-hal ini? Ada status Anak yang khas untuk kebangkitan. Ini tidak membatalkan status Anak dari kelahiran, atau status Anak abadi, tetapi ini menunjukkan bahwa keluarga benar-benar dan hanya datang melalui penebusan.

Saudara lihat apa yang Anak ini sekarang sedang lakukan: Ia sekarang mengambil tempat sebagai Perwakilan dari sebuah keluarga yang tidak dilahirkan sebagai anak-anak Allah secara alami. Kita hanya bisa menjadi anak laki-laki Allah, atau anak-anak Allah, atas dasar penebusan; dan penebusan berarti bahwa Salib telah selesai dan kebangkitan telah tercapai. Dibutuhkan kebangkitan untuk menyegel penebusan. Kebangkitan adalah meterai pada karya penebusan, jadi sekarang, sebagai Wakil – bukan apa Dia dalam diri-Nya sendiri sebagai Anak Abadi, tetapi apa Dia secara representatif bagi kita – Ia adalah Anak melalui kebangkitan. Ini adalah jenis status Anak khusus yang berhubungan dengan penebusan dan disegel dalam kebangkitan; sebab di sanalah bahwa keluarga diperkenalkan: di tanah penebusan.

Untuk melihat itu akan selamanya menyingkirkan ide-ide fiktif tentang Allah yang menjadi Bapa kita semua; semua menjadi anak-anak Allah. Tidak! Salib sangat diperlukan! Pekerjaan representatif dan substitusi dari Tuhan Yesus sangat diperlukan, dan pernyataan-pernyataan itu tentang dinyatakan sebagai Anak Allah oleh kebangkitan tidak dapat dijelaskan, ditafsirkan atau dipahami kecuali atas dasar bahwa Ia bertindak secara representatif sekarang, dan tidak sebagai dalam Pribadi-Nya sendiri yang unik.

Ini telah dilambangkan di Israel. Firman Allah kepada Firaun adalah: “Biarkanlah anak-Ku itu pergi …”. “Engkau telah menolak untuk membiarkan dia pergi; lihatlah, Aku akan membunuh anak-mu, anak-mu yang sulung.” Bagaimana Israel menjadi dalam tipe anak Allah, anak sulung Allah? Melalui darah Paskah, Laut Merah; melalui Salib, pada dasarnya. Allah melihat pada Israel dalam terang darah yang telah dicurahkan itu, dalam terang domba yang telah disembelih itu, dalam terang baptisan itu di awan dan di Laut; dan Tuhan berkata tentang Israel pada malam Paskah: “Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu” dengan kata lain: Ini adalah hari ulang tahun-mu. Anak-Nya, anak sulung-Nya, atas dasar penebusan. Jadi Israel melambangkan kebenaran ini.

Setelah itu, kita melihat bahwa rasa sayang dari anak sulung menunjukkan rasa sayang keluarga. Jika Bapa mengasihi Anak, jika Ia adalah Anak dari kasih-Nya, yang Dikasihi, maka rasa sayang dari Anak Sulung menetapkan rasa sayang seluruh keluarga. Yohanes 3:16 adalah deklarasi yang tiada bandingan-nya dari itu: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya …”. Allah mengasihi keluarga dengan kasih yang Ia miliki untuk Anak-Nya. Ia mengasihi kita bahkan seperti Ia mengasihi Kristus.

Ilustrasi klasik tentang itu ada dalam Kejadian pasal dua puluh dua. Allah berkata kepada Abraham: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, … dan persembahkanlah dia.” Itu adalah beberapa cerminan hati Allah dalam hubungannya dengan Anak-Nya sendiri: “Anak-mu, anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi …” sebuah bayangan Yohanes 3:16. Apakah saudara mengenali masalahnya? Kenapa begitu? Apa yang ada dalam pandangan? Apakah itu sepotong sejarah yang terisolasi, beberapa bagian dari percobaan kehidupan, disiplin seorang manusia, sesuatu yang terikat dengan seorang individu, sebuah unit? Tidak! Itu karena Abraham adalah bapa Israel, dan bahwa keluarga itu harus datang melalui Ishak kepada dasar penebusan, dan oleh karena itu, kematian dan kebangkitan diperlukan. Mereka harus dilambangkan di sana. Dan tipe itu sendiri menarik masuk penderitaan hati seorang bapa atas anak-nya. Keluarga ada dalam pandangan.

Allah tidak memanggil untuk semua kesakitan dan penderitaan yang merupakan bagian dari kasih seperti itu, untuk objek yang tidak berharga atau untuk sesuatu yang tidak terlalu diperhatikan oleh-Nya. Allah tidak memberikan Anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya untuk sesuatu yang Ia lebih rendah hargai. Objek pemberian-Nya harus sama-sama disayangi oleh-Nya seperti hadiah itu. Jadi Injil mengenai Anak-Nya adalah Injil yang luar biasa ini, bahwa kasih Bapa bagi Anak adalah kasih yang dengannya Ia mengasihi kita; “Ia telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”, kata rasul itu. “Ia mengasihi Jemaat dan menyerahkan diri-Nya untuk Jemaat.” “Jemaat Allah, yang Ia beli dengan darahnya sendiri.” Kasih yang sama untuk keluarga seperti untuk Kristus, Sang Anak, adalah pameran kasih Bapa bagi keluarga; pertama, dalam mengamankannya dengan penebusan.

Urusan Allah dengan Israel atas dasar seorang Bapa dan seorang anak, adalah ilustrasi tentang memperanakkan menurut pikiran Allah. Kita semua telah terkagum-kagum dengan kesabaran Allah dengan Israel, kesabaran yang sabar itu. Melalui semua ketidakjujuran dan ketidaksetiaan mereka, melalui semua sejarah di padang gurun itu dan setelahnya selama berabad-abad; dan kemudian di zaman nabi-nabi saudara mendengar seruan Allah, seperti isakan melalui suara nabi: “Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim”; “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia …”. Ungkapan kenabian Allah ini yang merasa hati sanubari-Nya tercabik-cabik untuk menyakiti Israel, bagaimanapun juga, dengan semua penghakiman yang telah Ia jatuhkan, dan semua hal-hal keras yang tampaknya datang masuk, tampaknya datang masuk: “Oh, jikalau saja Aku tidak harus melakukan ini; Oh, jikalau saja Aku bisa terhindar dari ini!” Itu adalah sikap Allah.

Bacalah nubuatan Hosea dan yang lainnya, dan lihatlah apa yang diwakili oleh itu tentang kasih Allah terhadap umat yang nakal, sebuah umat yang, dari segala umat, mungkin telah dikatakan telah menghabiskan sampai tetes terakhir kasih apa pun yang dapat diharapkan atau bahkan dibenarkan. Namun Ia mengasihi dan masih mengasihi, dan akan memulihkan Israel. Kita melihat pada Israel hari ini, dan dalam hati manusia siapa, ada kasih untuk Israel? Mengetahui apa yang kita lakukan terhadap orang Yahudi saat ini, ini membutuhkan kasih ilahi. Ada orang-orang di antara mereka yang mungkin saudara kasihi dan merasa tertarik pada, tetapi berbicara secara umum, tidak ada kasih dalam hati manusia bagi mereka. Namun kasih Allah terus berlanjut! Mengapa? Apa penjelasannya? Bahwa Allah telah memilih Israel sebagai sarana untuk menunjukkan kasih seorang Bapa bagi seorang anak. “Anak-Ku”, “Anak Sulung-Ku!” Allah telah sendiri-Nya memilih istilah-istilah itu untuk menyatakan hubungan-Nya kepada Israel. Jadi Israel membawa keluar makna dari status anak. Israel tampaknya menyeret keluar dari Allah, isi dari kasih Bapa itu sendiri bagi seorang anak. Itu adalah ilustrasinya.

Bawalah itu ke dalam kenyataan rohani. Jangan sampai diperlukan di antara kita untuk menyeret pameran itu keluar dari Allah; tetapi kita harus lebih banyak menanggapi Dia, menjadi lebih setia dan lebih berbakti, jika kita melihat sekilas kasih dan kesabaran yang tak terbatas dari Allah. Apa itu yang mengherankan kita lebih dari apa pun? Ini adalah kesabaran panjang lebar Allah dengan kita. Begitu banyaknya, sehingga berulang kali, kita harus kembali kepada-Nya dan berkata: Tuhan, aku tidak berharga; satu-satunya harapan-ku adalah dalam kesabaran yang sabar itu. Itu adalah satu-satunya harapan kita. Ah! Tapi sungguh sebuah harapan! Israel adalah alat dalam sejarah untuk membawa keluar pameran dan penunjukkan dari kasih seorang Bapa bagi seorang anak. Tuhan Yesus tidak menyeret keluar pameran itu seperti yang dilakukan Israel, tetapi kita harus ingat bahwa Tuhan Yesus mengambil tempat Israel secara representatif dan substitusi, bersama dengan semua yang bukan dari Israel, dan memiliki semua itu diletakkan di atas-Nya. Apakah itu berarti bahwa Allah mengasihi Dia bahkan ketika Ia dibuat menjadi dosa dan dibuat menjadi kutukan? Ya! Ia tidak mengasihi dosa – Ia tidak pernah mengasihi dosa Israel – tetapi Ia mengasihi Dia. Dan sementara Ia mungkin membenci dosa kita, Ia mengasihi terus dan terus dan terus. Saya tidak yakin tetapi salah satu penderitaan yang terdalam dari kondisi kehilangan selamanya tidak akan menjadi penemuan dari apa yang diartikan dari kasih Allah dan itu terlewatkan; untuk bangun tidur suatu hari dan menemukan bahwa saudara telah dikasihi dengan kasih yang supranatural dan saudara telah melanggar itu, terus menerus berdosa melawan itu, dan sekarang semua yang mungkin telah berarti bagi saudara berada di luar tangkapan atau jangkauan saudara. Itu akan membuat kesengsaraan, untuk membawa itu ke dalam yang tak terbatas, ke dalam kekekalan.

Pekerjaan dari segala sesuatu di dalam Anak ini terlihat juga dalam menjadi sempurna melalui penderitaan. Tuhan Yesus dikatakan sebagai Kapten atau Pemimpin dari keselamatan kita, dan dengan demikian, Ia diperlakukan untuk menjadi sempurna melalui penderitaan. Ia disempurnakan. Sebagaimana Ia adalah Anak yang Kekal, jadi Ia secara kekal disempurnakan. Tetapi di sini adalah pernyataan yang lainnya yang terkait dengan fakta bahwa Ia dinyatakan sebagai Anak oleh kebangkitan. Sekarang, Ia dikatakan telah dijadikan sempurna melalui penderitaan secara representatif. Itu semua dikerjakan di dalam Dia. Itu semua dilakukan di dalam Dia. Allah telah menyempurnakan kesempurnaan kita di dalam Kristus, Anak, sebagaimana Ia telah menyempurnakan penebusan kita. Sebagaimana Ia telah menunjukkan kasih-Nya dalam status anak, jadi Ia telah menyempurnakan kita selamanya di dalam Kristus. Anak-Nya menjadi alat di mana segala niat kekal itu dibuat menjadi baik – penebusan, wahyu, kesempurnaan.

Apa itu status anak? Ini adalah dibawa ke dalam kebaikan dari apa yang benar tentang Tuhan Yesus. Apa yang benar tentang Tuhan Yesus? Ia dijadikan sempurna melalui penderitaan. Status anak adalah dibawa masuk ke dalam kebaikan dari hal itu dalam cara yang hidup, vital, organik. Untuk mengakui bahwa kita telah disempurnakan selamanya di dalam Anak sebagai bagian dari status anak kita adalah salah satu kemuliaan dari status anak. Allah tidak akan pernah memiliki anak-anak yang tidak sempurna. Jika saudara pernah bersujud di hadapan Tuhan dan berkata bahwa saudara adalah anak Allah yang sangat tidak sempurna, Tuhan akan memahami apa yang saudara maksudkan, tetapi Ia tidak akan setuju dengan saudara. Tuhan tidak pernah memiliki anak-anak yang tidak sempurna. Semua anak-anak-Nya benar-benar sempurna; keluarga-Nya adalah keluarga yang sempurna – itu tidak bercacat. Allah tidak melihat pada siapa kita dalam diri kita sendiri; Ia melihat pada siapa Kristus itu sebagai Perwakilan kita: “Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.” Itu dalam bentuk lampau. Ia sedang membuat kita apa kita itu di dalam Kristus, menjadikan kita sesuai dengan gambar Anak-Nya.

Jika Tuhan mengambil tanggung jawab memanggil kita pulang, jauh dari dunia di mana Ia mengerjakan penyesuaian di dalam kita, dan memotong waktu penyesuaian diri kita menjadi sesuai dengan gambar Kristus, itu semua telah selesai di dalam Kristus, tidak ada yang belum dilakukan. Tuhan telah mengambil tanggung jawab itu. Tanggung jawab yang menjadi milik kita sementara berada di sini hanyalah ini: untuk berjalan terus dalam terang yang kita miliki. Kita bertanggung jawab untuk patuh pada terang yang kita miliki. Jika kita tidak taat pada terang apa pun yang kita miliki, kita akan kehilangannya. Jika Allah mengambil tanggung jawab untuk mempersingkat kita sebelum kita mendapatkan lebih banyak terang, itu adalah tanggung jawab-Nya dan Ia memiliki segala yang lainnya untuk telah menjadikan-nya baik di dalam Anak-Nya, dan Ia dapat melakukannya sekaligus. Jika Tuhan akan muncul hari ini, Ia tidak akan menemukan satu pun dari kita sepenuhnya dan akhirnya sesuai dengan gambar Anak-Nya, tetapi pada saat kita akan melihat-Nya, kita akan menjadi seperti Dia dan semuanya akan selesai pada saat itu. Itu adalah nilai status anak: “Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita …”.

Apa yang berlaku dalam semua cara ini berlaku untuk memuliakan. Ia telah memuliakan dan meninggikan Anak-Nya, tetapi Anak ada di sana, telah dimuliakan sebagai kita, dan kita dimuliakan di dalam Anak. Status anak adalah itu. Lihatlah apa yang telah Ia jadikan Anak-Nya! Semua yang datang keluar dari penderitaan yang diperlukan karena dosa. Itu adalah mutiara-nya. Itu adalah jalan menuju Kota. Ini adalah kemuliaan warisan kita di dalam Kristus, tempat kita di dalam Tubuh, Kota, jemaat; dalam sebutan apa pun yang itu mungkin diketahui dengan. Ini adalah status anak: Injil tentang Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita.

Tuhan berikan kepada kita kesenangan batin yang baru di dalam Anak-Nya, dan menyebabkan untuk bertumbuh di dalam kita realitas status anak.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.