Austin-Sparks.net

Jalan Roh Kudus

oleh T. Austin-Sparks

Bab 2 – Jalan Kemuliaan

Saya senang karena memiliki kesempatan ini teman-teman, untuk bertemu dengan saudara dan berbagi dengan saudara sesuatu yang telah Tuhan sampaikan kepada hati saya sendiri. Dan saya percaya ini akan menjadi sarana berkat-Nya bagi saudara juga.

Saya akan meminta saudara untuk membuka Firman bersama saya, dan hanya melintasi jalan di dalam Injil oleh Yohanes. Bagian dasarnya akan ada di pasal 17. Pasal 17, ayat satu: “Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.”

Ayat 4: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi”, 5, “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”

Sekarang kembalilah kepada pasal 7, ayat 39, “Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”

Pasal 11, ayat 4, “Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”

Pasal 12, ayat 16: “Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia.” Ayat 23: “Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”

Pasal 13 pada ayat 31: “Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.”

Pasal 16, ayat 31, “Jawab Yesus kepada mereka: “Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.”

Kembali ke ayat 14 dari pasal itu, “Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.”

Saudara akan mencatat kata umum yang terdapatkan di semua bagian-bagian itu yang bagaimanapun, hanyalah beberapa pilihan-pilihan. Ada yang lain yang mengandung kata yang sama yang bisa ditambahkan. Kata ini membentuk jalan melalui Injil oleh Yohanes. Ini adalah jalan menuju kemuliaan. Dan saudara akan memperhatikan bahwa bahkan dalam pilihan ayat-ayat tentang perkara ini yang telah kita buat, bagaimana Tuhan Yesus menempatkan segala sesuatu, segala sesuatu di atas dasar Ia yang dipermuliakan. Dari awal sampai akhir, itu bagi-Nya adalah dasar segalanya: Ia yang dipermuliakan. Kita seharusnya terkesan dengan itu tanpa penjelasan apa pun tentangnya, atau perluasan akan-nya, faktanya ditunjukkan, dinyatakan dan diverifikasi dengan sangat di dalam kitab ini, bahwa bagi Tuhan Yesus segala sesuatu bertumpu pada dasar Ia yang dipermuliakan.

Ungkapan yang Ia gunakan beberapa kali, Ia tampaknya sangat diatur di dalam hidup-Nya dengan kalimat ini: saatnya, saat-Ku, saat-Ku, “telah tiba saatnya”, “saat-Nya belum tiba.” Ada satu saat yang mengatur seluruh hidup-Nya, pentingnya suatu waktu, waktu yang mengatur segalanya di dalam segala sesuatu. Dan saat itu, saat tertentu itu ada di dalam pikiran-Nya, muncul berulang kali saat Ia berjalan.

Ia menyebutnya saat-Nya, itu adalah saat-Nya dipermuliakan. Ini seolah-olah Ia sedang membawa keluar sesuatu dari masa depan, yang mengatur situasi saat ini, apa pun itu, dari waktu ke waktu. “Nah,” saudara bertanya, “Apakah kemuliaan Tuhan Yesus itu? Apa artinya memuliakan Tuhan Yesus?” Jawabannya di seluruh Alkitab hanyalah ini: kemuliaan Allah selalu merupakan ekspresi dari kepuasan-Nya yang penuh. Ketika Allah dipuaskan secara sempurna, dipuaskan sepenuhnya, maka kemuliaan Allah selalu muncul keluar. Saudara dapat melacak itu melalui Perjanjian Lama dan Baru.

Dan Tuhan Yesus hidup dalam terang suatu waktu yang Ia sebut, “saatnya,” ketika kepuasan penuh Bapa akan diwujudkan, Bapa-Nya dipuaskan sepenuhnya – kemuliaan kepuasan Allah. Ia hidup di dalam terang itu, dan membawa itu ke dalam setiap detail kehidupan-Nya. Kami akan menunjukkan itu sebentar lagi. Tetapi saudara perhatikan Ia diatur berulang kali oleh urusan “saatnya” ini; apa pun itu.

Mulailah dalam pasal 2, perkawinan di Kana yang di Galilea, air dan anggur. Kami akan kembali ke sana sebentar lagi, tetapi dikatakan tentang itu, “Hal ini dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya.” Tetapi perhatikan apa yang mengarah kepada itu, perayaan itu: kegagalan anggur, dan ibu-Nya cemas, khawatir, berpaling kepada-Nya dan berkata, “Mereka kehabisan anggur.” Yesus berpaling kepadanya dan berkata, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba. Saat-Ku belum tiba.” Tetapi kemudian Ia bertindak setelah pemberhentian sebentar itu, menunggu sesuatu, berkata pada dasarnya, “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri. Aku hanya dapat melakukan apa yang Aku lakukan sebagaimana dimungkinkan oleh Bapa, memberi-Ku izin-Nya untuk melakukannya, dan ketika ini berasal dari Bapa, ini akan baik-baik saja, Bapa akan dipermuliakan! Aku tidak berada di sini untuk mempermuliakan diri-Ku sendiri dengan apa yang Aku lakukan, Aku ada di sini untuk mempermuliakan Bapa.” Dan di dalam hati-Nya Ia berkata, “Bapa akankah ini mempermuliakan-Mu jika Aku melakukan hal ini?” dan Ia mendapat jawabannya kembali, “Baiklah!” dan menunjukkan kemuliaan-Nya.

Saat-Nya, saat kepuasan Bapa yang agung di masa depan itu, datang, dan dibawa ke depan. Dan itu bukanlah imajinasi dan penafsiran yang dipaksakan, sebab saudara memiliki kesempatan yang sebenarnya ketika Ia berkata, “Bapa, muliakanlah …” dan terdengar suara: “Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi.” Hidup, saudara lihat, dalam sentuhan itu dengan Bapa.

Kesempatan lain, ketika saudara-saudara-Nya menurut daging berkata, “Ini adalah waktu perayaan di Yerusalem. Semua orang pergi ke Yerusalem ke perayaan itu, Kamu pergilah.” Dan Yesus berkata, “Pergilah. Aku tidak pergi, saat-Ku belum tiba.” Pada dasarnya mengatakan, “Aku tidak diatur oleh apa yang dilakukan oleh orang lain. Aku tidak diatur oleh penerimaan umum, pendapat populer, hal yang modis untuk dilakukan. Aku harus mendapatkannya dari Bapa bahwa kepergian ini, dalam beberapa cara akan memuaskan Bapa. Kamu pergilah!” Dan ketika mereka sudah pergi, lalu Ia pergi. Perilaku yang aneh, bukan? Tapi apa yang sedang terjadi di dalam? Ini adalah demikian, selalu: “Bapa apakah Engkau akan mendapatkan sesuatu dari hal ini? Apakah ini akan menyenangkan Engkau? Aku tidak bisa melakukannya di atas dasar lain selain memuliakan-Mu! Jika Engkau tidak akan menemukan kepuasan dalam hal ini, baiklah, biarkan mereka mengadakan segala perayaan yang mereka suka, Aku tidak akan berada di sana! Biarkan mereka melakukan apa yang selalu mereka lakukan, tetapi Aku tidak akan berada di dalamnya, kecuali ada sesuatu untuk kemuliaan atau kepuasan dan kesenangan Bapa.”

“Saat-Ku … Saat-Ku.” Dan Ia jelas mendapatkan kesaksian dari Bapa pada saat itu, “Tidak apa-apa, pergilah, Aku memiliki sesuatu di dalam ini …” dan Ia pergi. Saudara lihat Ia memang memiliki sesuatu di dalamnya, dalam kepergian-Nya. Saudara lihat? Menempatkan segala sesuatu di atas dasar kemuliaan, kemuliaan, kemuliaan Allah di dalam Yesus Kristus, kemuliaan Kristus. Menempatkan segala sesuatu [di sana]. Itu, itu sungguh sesuatu untuk mengatur hidup, bukan? “Apakah ini benar-benar melayani kemuliaan Kristus? Apakah Aku pergi ke sini atau tidak, apa yang Aku lakukan atau apa yang tidak Aku lakukan, apakah Aku bertindak atau menahan diri dari bertindak, seberapa banyak dari semua ini yang akan melayani kemuliaan-Nya?” Itulah hal yang mengatur – sentuhan dengan sorga, “Apakah aku dapat melakukan ini? Apakah aku akan melakukannya untuk kemuliaan-ku sendiri, kesenangan diriku sendiri, kepuasan-ku sendiri, atau apakah kemuliaan-Nya memerlukannya? Apakah ini akan melayani kemuliaan-Nya?” Itulah dasar kehidupan Tuhan Yesus. Ia menyebutnya saat-Nya; diatur oleh saat kepuasan Bapa dan itu adalah kemuliaan-Nya. “Makanan-Ku dan minuman-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku” – ini hanyalah cara lain untuk mengatakan “Kemuliaan-Ku adalah milik-Nya, kesenangan-Nya.”

Jadi saudara lihat, hidup-Nya diatur oleh ini. Tetapi kemudian saudara akan melihat pada satu bagian yang kita baca, (dan ada lebih banyak lagi dari jenis yang sama dalam hubungan yang sama) mempermuliakan Tuhan Yesus ini adalah sinyal untuk perubahan dispensasi dengan kedatangan Roh Kudus. “Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.” Dengan kata lain, Yesus dimuliakan dan Roh diberikan, Roh datang. Kedatangan besar Roh terjadi, dispensasinya diubah menjadi dispensasi Roh Kudus. Inilah dispensasinya. Dan betapa banyaknya yang ditekankan Yesus pada hal itu, “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, Penghibur itu tidak akan datang!”

Jelas-jelas, seperti yang kami telah baru-baru ini tunjukkan, Ia lebih mementingkan kedatangan Roh Kudus daripada Ia sendiri yang menetap di dalam daging. Tetapi tanda kedatangan Roh, seperti yang dinyatakan dan ditunjukkan dengan jelas oleh Pentakosta, baik dalam tindakan maupun apa yang terjadi setelahnya, adalah Yesus yang dipermuliakan. Maksud saya, di dalam Kisah Para Rasul, itu adalah hari kemuliaan bukan, pada hari Pentakosta? Penuh dengan kemuliaan Tuhan, tetapi kemudian ke mana-mana mereka pergi dengan penuh kemuliaan ini, memberitakan Yesus yang dipermuliakan! Yesus di tempat tinggi! Kemuliaan menyebar ke seluruh bumi, tetapi tandanya adalah Yesus yang dipermuliakan.

Dan ini adalah hal yang sangat praktikal, teman-teman yang kekasih, apa pun yang kita inginkan tentang Roh Kudus, dan kita berdoa untuk Roh Kudus, kita menginginkan kekuatan, kita menginginkan terang, kita menginginkan bimbingan, kita meminta Roh Kudus untuk banyak hal-hal, untuk banyak tujuan. Mungkin kita terkesan dengan perlunya Roh Kudus. Ingatlah ini: Roh Kudus hanya akan bertindak dengan cara apa pun, jika motifnya adalah memuliakan Tuhan Yesus. Tidak ada yang lainnya. Saudara dapat berdoa sampai saudara tidak dapat berdoa lagi untuk Roh Kudus, tetapi Roh Kudus benar-benar tidak akan memberikan tanggapan sampai motif saudara adalah agar Yesus dipermuliakan, bukan agar aku mendapatkan sesuatu, melakukan sesuatu, menjadi sesuatu; tidak, tidak ada yang seperti itu. Yesus yang dipermuliakan mengatur seluruh perkara tentang Roh Kudus. Yesus telah meletakkannya di atas dasar itu.

Jadi, saudara bisa cukup yakin akan hal ini: bahwa begitu saudara sepenuhnya disesuaikan dengan mempermuliakan Tuhan Yesus (dan Tuhan tahu apakah kita disesuaikan atau tidak, sesungguhnya) dan kita dengan benar disesuaikan, kita telah memberikan Roh Kudus dasar yang Ia inginkan dan Ia akan bergerak secara spontan.

Baiklah, kami memiliki banyak yang harus katakan dan kita tidak boleh menetap dengan masing-masing dari bagian ini. Perhatikan lagi (dan ini adalah pintu yang melaluinya saudara masuk ke dalam kekayaan yang sedemikian rupanya di dalam Injil ini) bahwa perkara mempermuliakan Tuhan Yesus ini adalah dasar untuk membalikkan situasi dari yang tidak mungkin menjadi yang mungkin, atau menjadi yang nyata. Sekarang, ada suatu pengertian di mana seluruh Injil Yohanes ini adalah Injil situasi yang tidak mungkin, yang diubah menjadi kenyataan. Pernahkah saudara memikirkan itu? Seluruh rangkaian, dari awal hingga akhir, tentang situasi yang sama sekali tidak mungkin di dalam yang alami.

Nah, mulailah (dan kami akan bergegas) dengan perkawinan di Kana yang di Galilea. Semuanya berjalan, dan tiba-tiba semuanya rusak, runtuh. Mereka tidak punya anggur. Ini adalah kunci untuk hal itu, ini adalah dasar dari segalanya – dari sukacita dan persekutuan. Dan kerusakan di sana? Nah, itu adalah malu, itu adalah kekecewaan, itu adalah celaan. Bagian bawahnya, seperti yang kita biasa katakan, telah jatuh ketika anggur itu gagal. Ini adalah situasi tanpa harapan, apa yang akan kita lakukan? Saudara tidak dapat melakukan apa pun. Segala sesuatu ada di akhir, segalanya untuk manusia. Saya mengira mereka yang mengetahuinya saling memandang dengan ketakutan dan mungkin takut untuk memberi tahu orang-orang karena bencana yang diejanya: kehancuran total dari segalanya. Tanpa harapan. Dan perhatikanlah, Yesus sangat berhati-hati (dan saudara melihatnya muncul berulang kali di dalam Injil ini) sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa hal itu tidak ada harapannya: mereka tidak memiliki anggur. “Mau apakah engkau daripada-Ku? Aku tidak berada di sini hanya untuk menebus acara-acara sosial yang rusak. Aku tidak berada di sini hanya untuk membuat hal-hal sedikit lebih menyenangkan bagi orang-orang dan menyelamatkan mereka dari rasa malu mereka! Aku berada di sini untuk tujuan melakukan apa yang sama sekali tidak mungkin bagi manusia, itulah sebabnya Aku telah datang.”

Hidup rusak. Hidup ini penuh dengan celaan dan rasa malu, dan kekecewaan, dan keputusasaan. Di situlah saudara memulai: situasi tanpa harapan dan mustahil bagi manusia secara alami, dan Ia sedang menuju ke sana. Dan Ia mengubahnya dan Ia menunjukkan kemuliaan-Nya dengan mengubah situasi tanpa harapan ini menjadi satu, yang bukan hanya dari harapan, tetapi juga dari perwujudan.

Itulah pasal 2, bagaimana dengan pasal 3? Laki-laki ini Nikodemus. Laki-laki ini sedang mencoba untuk menemukan jalannya ke dalam kerajaan, untuk menemukan rahasia kerajaan Allah, dan ia memiliki semua yang pernah dimiliki seseorang tentang agama dan pembelajaran: “Engkau adalah pengajar Israel,” kata Yesus, pengajar Israel. Segala sesuatu dari tradisi, segala sesuatu dari warisan, segala sesuatu dari kedudukan dan martabat, dan segala sesuatu yang dapat dimiliki oleh seorang manusia, dan masih belum puas, masih berbicara seperti orang yang putus asa, kecewa. Datang kepada Yesus pada malam hari untuk mencoba dan menemukan solusi untuk masalah dalam hatinya, ini adalah masalah dalam hati dengan laki-laki ini. Dan Yesus bersusah payah untuk menunjukkan betapa putus asanya situasinya itu. Ia tidak mengambil laki-laki ini di atas dasarnya sendiri dan mendorongnya dan menghiburnya, Ia melemparkannya langsung ke arahnya: “Kamu harus dilahirkan kembali. Kecuali ia dilahirkan dari atas, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah …” tidak bisa, tidak bisa, tidak bisa! Putus asa untuk yang terbaiknya! Putus asa untuk yang terbaiknya dari dunia ini. Ini adalah situasi yang tidak mungkin secara alami, tidak peduli berapa banyak pun agama yang saudara miliki. Keputusasaan, kecuali, kecuali untuk Yesus. Ia mengubah situasi yang tanpa harapan itu, tidak hanya untuk Nikodemus, tetapi untuk berapa banyak lagi, bagi kita, tidak hanya ke dalam harapan, tetapi realisasi di dalam kerajaan, di dalam kerajaan.

Ini adalah hal yang mustahil, saudara lihat. Maksud saya adalah bahwa Yesus terus-menerus membuatnya sangat jelas bahwa kecuali bagi Dia situasinya tidak mungkin, tetapi dengan-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Itu adalah pasal tiga. Pasal empat: apakah pernah ada contoh keputusasaan yang lebih jelas daripada perempuan dari Sikhar itu? “Engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu …” Dan ketika ia mulai berbicara, saudara mendengar nada putus asanya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air …” seruan seorang perempuan yang telah menghabiskan hidupnya dari segala harapannya dan masih berada dalam keputusasaan. Saudara tahu apa yang Ia lakukan dengan itu, tetapi Ia menarik keluar situasi yang tanpa harapan ini, bukan, membuatnya sadar akan hal itu, bersusah payah untuk memberitahunya. Kedengarannya kejam bagi-Nya untuk mengungkit-ungkit masa lalunya, tetapi Ia membiarkan dia melihat bahwa keadaannya sendiri adalah keadaan yang tanpa harapan agar Ia dapat menunjukkan bahwa Ia adalah harapan bagi yang putus asa. Pasal 4.

Pasal 5 [4]: Ketika Yesus kembali lagi ke Galilea, ada seorang pegawai istana di Kapernaum yang datang kepadanya dan berkata, “Tuhan, datanglah, anak-ku terbaring di ambang kematian. Datanglah, sembuhkanlah dia!” Dan sekali lagi, kedengarannya sangat kejam, Yesus mengambil ayah yang malang, putus asa, patah hati ini, yang seluruh hidupnya terbungkus dalam anak laki-laki yang hampir mati itu, Yesus berkata, “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” Apa itu? Apakah itu ketidak-baikan? Kekejaman? Kurang simpati? Tidak, Ia menarik orang ini keluar sampai ke ujungnya dan membuatnya mengenali dan mengakui bahwa hanya, hanya di dalam Yesus ada harapan. Ia berkata, “Tuhan! Datanglah, datanglah, sebelum anakku mati, datanglah!” Ini adalah tangisan, hampir putus asa, bukan? Seolah-olah ia telah tiba ke pilihan terakhir. Hanya Yesus; itulah yang Yesus inginkan. Hanya Yesus; tidak ada harapan lain. Dan Yesus tidak pergi, Ia berkata, “Pergilah, anakmu hidup.” Saudara tahu sisa kisahnya. Ini adalah satu lagi dari contoh hal-hal yang tidak mungkin ini. Pasal 5.

Pasal 6. “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Lima ribu orang, roti seharga dua ratus dinar! Jika beberapa atau siapa pun di antara saudara yang ingin melihat ke dalam Alkitab saudara dan menghitungnya, saudara akan menemukan bahwa itu mewakili upah satu tahun untuk seorang pekerja, seorang pekerja. Dua ratus dinar – tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ini. Yesus telah mengajukan pertanyaan untuk menguji: bagaimana hal ini dapat dilakukan? “Tidak, ini tidak bisa dilakukan!” kata rasul, “Ini tidak bisa dilakukan, ini tidak ada harapan, ini tidak mungkin!” “Suruhlah orang-orang itu duduk …” yah, saudara tahu kelanjutan kisahnya, tapi ini dia; cukup putus asa, sangat tidak mungkin, bukan? Tetapi diubah menjadi kenyataan yang nyata. Pasal 6.

Pasal 8, orang yang buta sejak lahirnya. Buta sejak lahir. Bahasa yang aneh, jenis argumen yang aneh, banyak yang telah dibuat tentang ini, segala macam hal telah dikatakan tentangnya. Murid-murid bertanya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, melainkan bahwa Anak Manusia harus dimuliakan.” Yah, dilahirkan buta. Bahasa orang itu sendiri tentang hal ini, tandailah, menunjukkan bagaimana ia menyadari keputusasaan posisinya. Ketika para penguasa menyerangnya, menantangnya tentang siapa dia yang telah memberinya penglihatan, dan mengatakan bahwa orang ini adalah orang berdosa, laki-laki itu berkata, “Aneh juga! Ini adalah hal yang aneh: Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta?” Dari dahulu sejak dunia ada! Idenya tentang hal itu, saudara lihat, adalah salah satu di mana tidak ada pertanyaan tentang ini dengan dia, ini adalah hal yang putus asa! Ini adalah hal yang putus asa; tidak pernah terdengar sejak dunia dijadikan. Itu cukup putus asa bukan? Ya, Yesus bermaksud seperti itu untuk kemuliaan, untuk kemuliaan. Situasi tanpa harapan; pasal 8 dan 9.

[Pasal] 11: Lazarus. Saudara tahu sikap-Nya terhadap itu, mereka berkata kepada-Nya, “dia yang Engkau kasihi, sakit” dan tidak membantah pernyataan kasih-Nya itu, namun Ia menetap di mana Ia berada – empat hari. Dan ketika akhirnya Ia datang, dan bergerak menuju kubur, saudara perempuan-nya berkata, “Tuhan, ia sudah berbau.” Tuhan telah dengan sengaja, dengan sengaja memaksanya sampai tahap itu secara alami, secara alami, untuk membuat situasinya menjadi paling putus asa secara alami. “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”

Saudara pergi sampai ke akhir, di pasal terakhir, apa itu? “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa …” Semua ketajaman seumur hidup, dan pengetahuan, dan kemampuan seorang nelayan: terkuras habis. Tidak ada apa-apa adalah keputusan akan hal itu: tidak ada apa-apa! Nah, saudara tahu kisah selanjutnya, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu …” situasi yang tidak mungkin diubah menjadi kenyataan yang mulia untuk kemuliaan-Nya. Ia meletakkan segala sesuatu di atas dasar kemuliaan-Nya.

Ada banyak penghiburan dalam hal ini bagi kita, saudara tahu, teman-teman, bukan? Oh, betapa seringnya kita putus asa; merasakan keputusasaan. Selama Yesus hidup, tidak ada yang namanya ketidak-mungkinan dan keputusasaan. Kita dapat mengatakan itu, saya dapat mengatakan itu, mungkin tidak perlu banyak untuk mengatakannya, tapi oh, kadang-kadang ini adalah hal yang paling menguji bahwa kita dapat mengetahui dan percaya bahwa ini, ini adalah mungkin, setelah semuanya. Tapi ini mungkin. Dan banyak dari kita yang memiliki pengalaman yang cukup, sebab Ia telah bersusah payah untuk membawa kita ke tempat di mana kecuali karena Tuhan … yah, ini adalah akhirnya, kecuali karena Tuhan, tidak ada lagi yang mungkin. Tetapi bagaimana, berulang kali, Ia telah mengubah situasi yang tanpa harapan dan mustahil itu menjadi sesuatu untuk kemuliaan-Nya sendiri! Ia mempertaruhkan segalanya pada kemuliaan-Nya; segala sesuatu pada kemuliaan-Nya.

Sekarang saudara lihat, apa yang Ia lakukan dalam semua ini? Ia menempatkan hidup kita di atas dasar yang sama dengan milik-Nya. Ia datang dan meletakkan hidup-Nya di atas dasar itu: kemuliaan Bapa. Tidak ada yang tidak untuk kemuliaan Bapa. Semuanya adalah untuk kemuliaan Bapa! Semuanya diuji dan ditantang oleh ini: seberapa banyak hal ini melayani kemuliaan Bapa? Jika tidak, tidak ada tempat untuknya; hanya jika ada, Aku akan melayaninya. Sekarang Ia membalikkannya dan menempatkan hidup kita ke dalamnya, saudara mengerti? Ia menempatkan orang-orang di Kana di atas dasar itu. Ia menempatkan perempuan Samaria di atas dasar itu. Ia menempatkan Nikodemus di atas dasar itu.

Saya meninggalkan satu kasus: laki-laki di kolam Betesda – sungguh suatu kisah keputusasaan, yang ada di pasal 4, di akhir pasal 4 [kolam Betesda di pasal 5]. Ia akan memberi tahu saudara bahwa ia merasa situasinya tidak ada harapan, tidak ada harapan, untuk laki-laki itu. Ia sudah berada di sana selama 38 tahun dan setiap kali ia mencoba masuk ke dalam air, seseorang lain mendahuluinya. Seruan keputusasaan … Yesus mengubahnya. Ia menempatkan hidup orang ini di atas dasar yang sama dengan hidup-Nya sendiri; di sepanjang jalan hal ini demikian.

Ini adalah posisi yang sangat aman, teman-teman yang kekasih, untuk memiliki hidup saudara di atas dasar yang sama seperti yang dimiliki Tuhan Yesus, bukan? Dan saudara tahu, itulah takdir jemaat. Apa itu yang dikatakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, pasal 3, ayat 21: “bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya.” Bagaimana? Bagaimana kemuliaan di dalam jemaat sampai selama-lamanya? Hanya begini: bahwa kehidupan jemaat telah menjadi kehidupan situasi yang tidak mungkin, yang diubah menjadi kenyataan yang mulia. Bukankah itu sejarah jemaat yang sejati? Di sepanjang jalan, lihatlah itu: berulang kali, lihatlah dari awal. Sangat tidak mungkin: Nero, Nero membantai 10 juta orang Kristen – ini menunjukkan sebagaimana banyaknya jemaat telah bertumbuh, seberapa cepatnya dan kuatnya, tetapi telah dihitung bahwa ia telah membantai tidak kurang dari 10 juta orang Kristen. Jadi itu banyak, itu meninggalkan hal-hal sangat kecil, dan sangat putus asa.

Dan berulang kali, jemaat telah pergi ke arah itu, bukan? Melalui sejarah, jemaat telah pergi ke arah itu, tetapi jemaat terus berjalan. Terus berjalan, lebih besar dari sebelumnya pada hari ini. Tanpa harapan? Ya. Mustahil? Ya, kecuali karena Yesus. Dan apa objeknya, apa itu yang mengatur ini? Oh, ini bukanlah karena jemaat adalah sesuatu, atau saudara dan saya adalah sesuatu; kemuliaan-Nya mengatur segalanya. Ini adalah untuk kemuliaan-Nya, “bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus.”

Ada lebih banyak lagi dalam bagian-bagian yang telah saya baca, ingatlah satu kesempatan, hari raya, menjelang akhir, hari raya, Paskah. Ada di Yerusalem, di antara banyak orang di sana, orang-orang Yunani tertentu yang datang ke perayaan itu. Dan berkeliling melihat-lihat pemandangan Yerusalem, baik pribadi maupun material, mereka memasukkan ke dalam perjalanan mereka ini satu orang ini yang dibicarakan oleh semua orang: Yesus dari Nazaret. Mereka datang kepada para murid dan berkata, “Kami, tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus. Yesus!” “Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus …” apa yang Yesus katakan? Segera: “Telah tiba saatnya. Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Bagaimana Yesus dipermuliakan di sana? Bagaimana Yesus benar-benar terlihat? Mereka berkata, “Kami ingin bertemu dengan Yesus” dan Yesus berkata pada dasarnya, “Engkau tidak bertemu dengan-Ku hanya ketika engkau melihat Aku secara jasmani, engkau akan bertemu dengan-Ku ketika engkau melihat kumpulan besar yang tidak dapat dihitung oleh siapa pun dari setiap suku dan kerajaan, bangsa, dan bahasa. Satu biji gandum setelah mati, mereproduksi dirinya sendiri dalam panen yang besar – itu yang akan menunjukkan kemuliaan-Ku! Itu akan membuat-mu tahu siapa Aku ini, bukan hanya salah satu pemandangan di Yerusalem, melainkan salah satu pemandangan di sorga!” Sebuah wahyu dan pengetahuan yang baru, yang baru tentang Tuhan Yesus, saudara lihat. Itulah pemikiran yang ada di sana, bagaimana Yesus benar-benar dikenal, diketahui, dalam bagaimana Ia dihasilkan di dalam biji-bijian gandum lain: di dalam saudara dan saya dan banyak orang lainnya. Begitulah bagaimana Ia dimuliakan. Ia menempatkan hidup kita di atas dasar itu.

Maka Ia berkata kepada kita bahwa ini akan sama dengan kita, seperti halnya dengan-Nya: jatuh ke tanah dan mati. Ia segera menambahkan, “Kecuali ia kehilangan nyawanya karena Aku, ia tidak akan memperolehnya. Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya; barangsiapa menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Ini adalah dasar yang sama dengan-Ku.” Saudara menyerahkan nyawa saudara untuk Kristus, saudara mencurahkan hidup saudara sampai mati demi kepentingan-Nya, dan kemuliaan akan datang di sepanjang garis itu. Itulah jalan kemuliaan.

Saya pikir saya sudah mengatakan cukup banyak untuk memperjelas poinnya. Ini adalah Firman. Saya bisa melanjutkan, tentu saja, selama berjam-jam, tetapi ini tidak perlu, kita telah mendapatkannya di sini. Tuhan Yesus telah meletakkan segala sesuatu dari hidup-Nya sendiri dan hidup kita di atas satu dasar ini: kemuliaan-Nya – menantang segala sesuatu sesuai dengan itu. Menguji segala sesuatu sesuai dengan itu. Mengatur segala sesuatu dengan itu, berkata kepada kita, “Sekarang, hal ini harus benar bagimu, seperti halnya dengan-Ku, bahwa hidupmu diatur oleh satu motif dan satu kepentingan: seberapa banyak hal ini melayani kemuliaan-Ku?” Seberapa banyak? Oh, itu menolak semua pembicaraan tentang, “Ya, haruskah aku?” Atau, “Bolehkah aku tidak? Apakah aku harus melakukannya?” Tidak ada tempat untuk pembicaraan seperti itu, teman-teman yang kekasih, ketika kita dikuasai oleh kemuliaan-Nya. Jika ini tidak melayani kemuliaan-Nya, maka lepaskanlah. Jika jalan ini dapat menuju kemuliaan-Nya, tidak peduli apa artinya bagi-ku, maka itulah jalan yang aku tempuh. Ini adalah jalan kemuliaan sepanjang waktu, dasar kemuliaan.

Semoga Tuhan menuliskan kata ini jauh di lubuk hati kita dan menjadikan kita laki-laki dan perempuan yang berkomitmen, berkomitmen untuk kemuliaan Tuhan kita Yesus.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.