Austin-Sparks.net

Signifikan dari Pribadi dan Pelayanan Rasul Petrus

oleh T. Austin-Sparks

Bab 3 – Penderitaan Tuhan

Kami melanjutkan pertimbangan dan meditasi kami tentang, signifikan dari Rasul Petrus dan pelayanannya. Sebagaimana yang telah kita lihat, dan akan terus kita lihat, dialah yang memperkenalkan dispensasi baru, dan menggenapi di dalam diri-nya pekerjaan Tuhan Yesus dalam meletakkan dasar bagi Israel rohani dan sorgawi yang baru, yang akan menggantikan dan mengambil tempat Israel lama, sesuai dengan firman Tuhan. Petrus, sebagaimana yang telah kami katakan, dirinya sendiri merupakan representasi dari Israel rohani itu, yang adalah kita, dan di dalam pribadinya serta kehidupannya sendiri, ia dengan begitu jelas menyatakan kodrat dari Israel baru ini.

Ada satu hal yang menurut saya akan sangat membantu kita, dan kami akan menyebutkannya di sini, sebelum melangkah lebih jauh.

Penderitaan Tuhan dengan Petrus

Saya sudah katakan bahwa saya sudah mengumpulkan empat puluh kejadian di dalam kehidupan Petrus ketika ia bersama dengan Tuhan Yesus, dan di dalam banyak contoh-contoh itu ia tidak tampil dengan baik. Ini hanyalah sesekali saja bahwa ia tampil dengan cemerlang. Sering kali ia tampil dengan cara yang lebih tidak terhormat daripada dengan yang terhormat – mungkin ini adalah kata yang kuat untuk digunakan. Saya tidak akan membawa saudara melalui keempat puluh contoh-contoh tersebut, tetapi jika saya memberikan beberapa contoh, saudara akan mengerti maksud saya.

Ambil contoh yang pertama, yang cukup sederhana: Petrus datang dari ekspedisi memancing, dan Tuhan berdiri di tepi pantai, memerintahkan dia untuk menebarkan jala untuk menangkap ikan. Tuhanlah yang mengatakan hal itu, namun Petrus segera menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa” (Lukas 5:5), yang tentu saja menyiratkan bahwa ini sangat bertentangan dengan reputasi seorang nelayan yang berpengalaman untuk menebarkan jala di siang hari bolong, sebab pada malam harilah mereka melakukan bisnis mereka. Jadi, meskipun ia kemudian mentaati, ia melakukannya dengan sebuah pertanyaan, dan dengan sedikit kehati-hatian – seolah-olah ia berkata: ‘Baiklah, engkau ingin aku melakukannya, maka aku akan melakukannya.’ Dan tidak ada seorang pun yang lebih terkejut dengan hasilnya daripada Petrus! Ada beberapa kelemahan di sini di dalam sikapnya.

Kemudian di danau lagi, saat terjadi taufan, dengan Yesus tertidur di perahu, Petruslah yang datang kepada-Nya dan membangunkan-Nya sambil berkata: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Markus 4:38). Jawaban Tuhan menunjukkan bahwa sekali lagi di sini Petrus telah gagal memahami arti sebenarnya dari Tuhan Yesus: “Mengapa kamu tidak percaya?”

Sekali lagi di danau: Yesus keluar pada malam hari, berjalan di atas air. Kali ini Petrus sepertinya memulai dengan baik: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air” (Matius 14:28), dan ia melangkah keluar. Tapi kemudian, ketika ia melihat ombak dan angin besar, ia mulai tenggelam … “Tuhan tolonglah aku!” Ia telah gagal lagi di tengah-tengah.

Tuhan Yesus menegur orang-orang Farisi, dan Petrus sama saja menegur Tuhan karena melakukan hal itu. Ia kecewa karena Tuhan Yesus menegur orang Farisi. Mengapa? Tentu saja, jika ia termasuk di dalam buku-buku buruk orang Farisi, hal itu akan berdampak buruk baik bagi Yesus – dan juga bagi Petrus. ‘Jagalah hubungan yang baik dengan orang-orang ini!’ Saudara lihat prinsip yang mengaturnya? Ia cukup kesal dengan Tuhan Yesus yang mengambil sikap seperti itu terhadap orang Farisi.

Kemudian sekali lagi: Yesus berbicara tentang kepergian-Nya ke Yerusalem dan tentang apa yang akan terjadi pada diri-Nya di sana. Ia akan dikhianati ke dalam tangan orang jahat dan disalibkan. Petrus menarik Dia ke samping dan mulai menegur-Nya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau” (Matius 16:22). Sekali lagi ada seluruh gagasan untuk mempertahankan diri ini, dan Yesus menegurnya: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku.”

Sekali lagi: di Gunung Transfigurasi, dengan segala keajaibannya. Petrus yang malang! “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia” (Matius 17:4), meletakkan mereka semuanya di atas sebuah dasar yang setara. Jelas-jelas suara dari sorga yang menegur dia menyatakan hal itu; “Inilah Anak yang Kukasihi, … dengarkanlah Dia” … ‘ia tidak dapat disejajarkan bahkan dengan orang-orang terhebat dari masa lalu. Kamu, dengarkanlah Dia!’ Petrus ditegur, sebab di sini adalah anggapan. Ya, ia gagal selama ini.

Petrus bertengkar dengan murid-murid lainnya mengenai siapa yang akan menjadi Primata, manusia utama di dalam Kerajaan. Mereka bertengkar demi keunggulan, menunjukkan kurangnya kerendahan hati, dan, sekali lagi, ambisi. Ia memiliki gagasan yang salah dan keliru tentang Kerajaan.

Mari kita lanjutkan. Yesus berkata: “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai” (Matius 26:31). Petrus berkata: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.” … “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” … “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Intinya, tentu saja, begitu jelas sehingga kami tidak perlu menyebutkannya: rasa percaya diri Petrus, harga dirinya, kesombongannya tentang apa yang mampu ia lakukan.

Di Taman Yesus berkata: “Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku” (Matius 26:38). Maka Ia maju sedikit menjauh, mendoakan doa penderitaannya yang besar, dan kemudian kembali – dan mereka tertidur. Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?”

Kemudian datanglah gerombolan massa, para prajurit, dan Yudas. Itu adalah saat yang gegabah bagi Petrus – mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinga Malkhus. Ditegur lagi! Kemudian di aula, menyangkal Yesus. Yesus muncul dari sidang – sedemikian disebut – dan mereka semua meninggalkan Dia dan melarikan diri.

Bahkan itu bukanlah akhir dari segalanya dengan Petrus. Kita bertemu dengan sesuatu sesudahnya. Saudara tentu ingat bahwa Paulus pernah berkata: “Aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah” (Galatia 2:11).

Sekarang mengapa semua ini? Saudara berkata: ‘Sayang sekali jika menunjukkan kesalahan-kesalahan laki-laki tersebut. Apakah ini adil untuk membicarakan dia seperti ini? Akankah Tuhan Yesus melakukan apa yang kamu lakukan, menunjukkan dengan tepat semua kerusakan di dalam kehidupan laki-laki ini?’ Nah, teman-teman yang kekasih, bukan itu intinya.

Intinya adalah satu yang sangat mulia, yang penuh berkat. Saya merasa yakin, dan tidak ragu sama sekali, bahwa ketika Tuhan Yesus membungkuk (jika kami boleh berbicara seperti ini) dan melihat Petrus menuliskan Suratnya yang pertama, dan melihat apa yang dituliskannya, kalimat demi kalimat, dan klausa demi klausa, Ia berkata: ‘Itu tidak sia-sia. Kesabaran-Ku, ketabahan-Ku, dan kepanjang-sabaran-Ku dalam segala hal yang harus Ku-tanggung di dalam diri laki-laki itu, dan kasih-Ku kepadanya sampai akhir, tidaklah sia-sia. Ini layak semuanya, dan lebih dari apa yang Aku derita dari laki-laki itu.’

Ketika saya memikirkan hal itu, satu bait kecil dari sebuah himne yang terkadang kami nyanyikan terlintas di benak saya:

“Dan oh, apa yang Ia genapi, semoga terlihat
Penderitaan jiwa-Nya di dalam diriku,
Dan puaslah dengan pekerjaan-Nya,
Seperti aku puas dengan Juruselamatku yang kekasih.”

Saya cukup yakin bahwa Tuhan merasa puas, dan puas, ketika Ia melihat hasil kerja keras-Nya di dalam diri laki-laki ini.

Sekarang, mengapa? Mengapa, untuk saudara dan untuk saya. Saya memikirkan itu berulang kali, di dalam tiga tahun kehidupan Petrus bersama Guru itu, saudara dan saya akan berkata: ‘Ini tidak baik! Laki-laki itu tidak baik. Ia adalah seorang yang gagal, dan tidak ada gunanya mengharapkan atau berharapkan apa pun darinya. Kamu sebaiknya menyerah!’ Saya pikir itulah yang akan kita rasakan – sebab kita memang merasa seperti itu tentang orang-orang, ketika mereka berulang kali berperilaku seperti ini. Kita berkata: ‘Ya, mereka tidak baik. Apa yang kamu harapkan? Jangan memperhitungkan apa pun dari laki-laki atau perempuan itu!’

Lihatlah pada Petrus sekarang! Wah, ia telah benar-benar menyerapi Tuhan Yesus. Semua yang kita miliki di dalam Surat pertamanya ini mengatakan: Tidak ada seorang pun yang tiada harapannya. Jika laki-laki seperti itu mampu melalui sampai kepada ini, masih ada harapan bagi saya, dan bagi siapa pun. Apakah itu tidak benar? Pilihlah satu saja dari kegagalan besar Petrus – dan itu sudah cukup untuk membuat kita patah hati! – ia yang menyangkal Tuhan tiga kali. Seandainya saudara telah melakukan hal itu sekuat yang ia lakukan (dan ini sungguh menakjubkan bahwa seseorang yang pernah berada di Gunung Transfigurasi, dan melihat semua mukjizat-mukjizat dan keajaiban-keajaibannya, dapat berkata dengan begitu berapi-api: ‘Aku tidak kenal orang itu, aku beritahu kamu!’), saudara akan berkata: Itulah akhirnya. Tidak ada yang mungkin lebih dari itu.’ Tapi tidak: di sinilah dia.

Bukankah itu sebuah kata penyemangat? Kadang-kadang kita berputus asa terhadap diri kita sendiri, namun hal ini bertujuan agar kita dapat belajar bahwa Tuhan tidak berputus asa terhadap kita, atau terhadap siapa pun. Dan di sini adalah seorang yang seperti itu, yang meresmikan Israel baru berdasarkan hidup, pekerjaan dan pengajaran Tuhan Yesus – bukan sebagai cetak biru, atau sebagai buku biru yang berisi instruksi, doktrin dan teknik – tetapi atas dasar bahwa hidup, pekerjaan dan pengajaran itu telah masuk ke dalam diri laki-laki ini sendiri.

Cara Hidup di Israel Baru

Sekarang kita mungkin bisa membahas lebih jauh mengenai Israel baru ini, apa Israel baru itu dan apa kodratnya. Kita akan membaca dari pasal pertama Surat ini, ayat 13 sampai 17, sebab menurut saya hal berikutnya yang harus kita perhatikan ada di sini:

“Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.”

Dua klausa untuk saat ini adalah: “di dalam seluruh hidupmu” dan “selama kamu menumpang di dunia ini.” Petrus sekarang mengacu pada alam baru, dan cara hidup baru yang ditempati oleh Israel baru. Ia berkata: ‘Kami, Israel baru milik Allah ini, berada di alam yang sama sekali baru, dan oleh karena itu di alam itu, ada cara hidup yang menjadi miliknya – cara hidup yang adalah milik masa penumpangan kita di dunia ini. Cara hidup, atau gaya hidup, di masa penumpangan kita di dunia ini.’ Dan kemudian, melanjuti sampai kepada akhir Suratnya, ia menyinggung banyak hal praktikal di dalam cara hidup.

Saya membayangkan bahwa beberapa poin di atas mungkin tidak berlaku bagi siapa pun di sini, namun saya akan menyebutkannya karena satu alasan: untuk menunjukkan betapa praktikalnya cara hidup di Israel baru ini. Saya menggunakan ungkapan: ‘Israel baru’, ‘Israel rohani.’ Bagi saudara, mungkin itu adalah sesuatu yang objektif, sesuatu yang ada di luar sana, sebuah ide, sebuah konsepsi, seperti kebanyakan ajaran lainnya, namun Petrus tidak meninggalkannya di sana. Ia membawanya sampai ke titik paling praktikal di dalam hidup kita. Ia menjadikan urusan Israel baru ini berhubungan dengan begitu banyak hal-hal yang ia sebut, di dalam ungkapan yang inklusif ini, “di dalam seluruh hidupmu.” Sungguh ungkapan yang komprehensif!

Pertama-tama, saudara akan melihat bahwa ia memiliki sesuatu untuk dikatakan tentang perempuan yang harus hidup dengan suami yang belum diselamatkan. Saya tidak tahu apakah itu berlaku bagi siapa pun di sini. Bisa jadi seseorang harus hidup dengan suami yang belum sepenuhnya diselamatkan – seorang laki-laki yang sulit. Namun Petrus sedang berbicara tentang hubungan pernikahan yang terjalin sebelum salah satu pasangannya diselamatkan, dan kemudian timbul pertanyaannya: Apa yang harus dilakukan oleh perempuan yang telah diselamatkan sejak pernikahannya? Karena ia sudah diselamatkan, dan suaminya belum diselamatkan, haruskah ia berpisah? Haruskah ia mencari alasan untuk bercerai? Haruskah ia menjalani kehidupan yang terpisah dan mengisolasi suaminya? Apa yang akan ia lakukan? Itu adalah masalah yang praktikal, saudara tahu. Ini mungkin tidak ada di dalam hidup saudara, dan ini tidak ada di dalam hidup saya, tetapi saya terus-menerus dihadapkan dengan masalah itu sendiri. Saya baru saja menemuinya dalam beberapa hari terakhir – sebuah kasus yang sangat serius mengenai hal ini: kesulitan dalam hubungan pernikahan karena yang satu berjalan terus dengan Tuhan dan yang lainnya tidak. Ini menimbulkan kerumitan, ketegangan dan kesulitan bagi ia yang berjalan terus bersama Tuhan. Jadi apa yang akan saudara lakukan?

Sekarang Petrus berkata bahwa di dalam Israel baru, perempuan yang telah diselamatkan itu harus hidup bersama suaminya, dan di hadapan suaminya, di dalam kasih karunia Allah, sehingga sang suami dapat dimenangkan melalui cara hidupnya; bukan diusir menjauh dari Tuhan karena ia mengucilkan-nya, atau mengomeli dia, atau terus-menerus berusaha menyerang dia, memberi tahu dia bahwa dia belum diselamatkan, melainkan hanya hidup. Oh, ini adalah masalah yang praktikal, karena tidak mudah untuk hidup di hadapan orang seperti itu sedemikian rupa sehingga jika ia akan datang kepada Tuhan, ia akan melakukannya atas dasar ini: ‘Mengapa, aku telah melihat apa yang Allah dapat lakukan. Ia telah melakukannya di dalam isteriku. Kesadaran akan keberdosaanku telah datang oleh kesucian, kesabaran dan kebaikan isteriku.’

Sekarang, seperti yang saya katakan, itu mungkin tidak berlaku bagi saudara, tetapi apa yang saya katakan adalah ini: Israel baru ini bukanlah sekedar mitos, gagasan atau hal yang abstrak. Ini sangat praktikal, dan langsung hadir di sini.

Kemudian Petrus melanjutkan dengan hubungan pernikahan ini, namun kali ini ia tidak sedang berbicara tentang suami dan isteri yang belum bertobat, salah satu atau keduanya. Ia mengatakan hal lain: ‘Suami, hormatilah isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah.’ Sekarang, tentu saja, sang isteri mungkin tidak berpikir bahwa dirinya adalah kaum yang lebih lemah. Itulah masalahnya yang sering terjadi! Namun bagaimana Petrus meliputi itu? Ia melakukannya dengan cara yang sangat indah. Saudara harus tahu bahwa pada saat Petrus menulis, ada perbedaan yang sangat besar dalam hubungan antara suami dan isteri ini, isteri dan suami ini, secara sosial, dan isteri dipandang rendah sebagai kelas inferior, dan tidak dihormati oleh laki-laki. Bagaimana Petrus membahas masalah ini? “Sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan.” Saya selalu menyesal karena terjemahan bahasa Inggris kami sering kali gagal untuk memberikan kepada kita arti sebenarnya dari kata-kata aslinya. Berkali-kali saudara hanya tidak bisa menerjemahkannya, dan itulah sebabnya kita memiliki begitu banyak versi-versi. Kita memilik versi Phillips, Amplified, dan Inggris Moderen, dan begitu banyak yang lainnya – seluruh rak buku penuh dengan terjemahan. Mengapa? Untuk mencoba mendapatkan arti sebenarnya dari aslinya, dan saya tidak tahu apakah mereka telah berhasil.

“Teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan.” Kata majemuk Yunaninya hanya berarti: ‘Karena kamu, suami dan isteri, isteri dan suami, keduanya telah menerima hidup Tuhan di dalam keselamatanmu, maka tidak ada diskriminasi di dalam hidup itu. Kamu berada di atas satu dasar, satu tingkat. Kamu adalah teman pewaris. Ada kesatuan yang sempurna dalam kehidupan yang telah dibentuk secara mendasar, dan untuk meremehkan yang satu berarti meremehkan kehidupan Tuhan dan mengatakan bahwa kehidupan yang satu lebih rendah daripada yang lain.’ Apakah saudara mengerti maksudnya? Betapa mustahilnya untuk menerjemahkan itu ke dalam bahasa Inggris! Di sini diterjemahkan sebagai ‘teman pewaris’. Petrus sedang mengatakan hal yang indah, dan ini sangat berarti pada masa itu dengan kuatnya perbedaan sosial, terutama di lingkungan rumah tangga. Ini adalah sebuah alam hal-hal yang baru, sebuah cara hidup yang berbeda sama sekali, bahwa suami harus menghormati isteri sebagai kaum yang lebih lemah, menyadari bahwa, bagaimanapun juga, baik laki-laki lebih kuat dan perempuan lebih lemah, mereka berdua berbagi satu hidup dan harus hidup berdasarkan satu hidup itu yang mereka berbagi. Itu indah, bukan? Tapi bukankah itu sangat praktikal?

Petrus melanjutkan, dan poin kami selanjutnya, sekali lagi, mungkin tidak berlaku bagi saudara, namun hal ini sangat berlaku di dalam Kekristenan. Ia memiliki sesuatu yang ingin dikatakan tentang bagaimana perempuan harus bersikap, dan berpakaian. Sekarang, tentu saja, saudara di sini tidak akan datang di bawah penghukuman mengenai apa yang saya katakan: tetapi bagaimana Petrus mengatakannya? Sayang sekali bahasa Inggris kita gagal total pada poin ini sendiri! Perhatikan bahwa dikatakan: “Yang perhiasannya (berbicara tentang perempuan-perempuan Kristen) perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas …” Saudara akan melihat bahwa kata “perhiasan” dicetak miring, dan di dalam kasus ini, ini tidak berarti bahwa tidak ada kata di sana di dalam bahasa aslinya, seperti biasanya kata-kata yang dicetak miring. Ini berarti bahwa para penerjemah tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan kata tersebut! Saudara akan langsung melihat kesulitannya jika saya menunjukkannya. Apa kata aslinya di sana? ‘Kosmos’, kata Yunani. ‘Yang kosmosnya janganlah dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas …’. Apa ‘kosmos’ itu? ‘Dunia siapa – dunia di mana kamu hidup.’ Apa dunia saudara? Petrus tidak mengatakan bahwa mengepang rambut itu salah, dan saya tidak tahu apakah ia mengatakan bahwa memakai perhiasan itu salah. Itu bukanlah intinya. Ia berkata: ‘Apakah rambutmu adalah dunia tempat kamu tinggal? Apakah perhiasan ini duniamu?’ Apakah ini bukan suatu usulan untuk zaman kita? Kata saya – rambut! Nah, paling sedikit dikatakan lebih baik, menurut saya! Dan perhiasannya, dandanannya, riasannya, apa pun itu di zaman sekarang! Itu adalah dunia bagi banyak orang. Mereka menghabiskan begitu banyak waktu untuk hal itu – bagaimana penampilan mereka, kesan apa yang mereka buat, dan sebagainya. Sekarang jangan percaya bahwa Petrus mengatakan: ‘Berpenampilanlah yang jorok. Sembronolah dalam berpakaian.’ Jangan sampai! Banyak perempuan, saya khawatir, sungguh bertindak ke ekstrem yang lainnya dalam hal ini dan mengecewakan Tuhan karena kecerobohannya, tetapi Petrus berkata: ‘Di dunia manakah kamu tinggal?’ ‘Kosmos’ memiliki beberapa arti, dan salah satunya adalah ‘cara hidup’, dunia yang menyibukkan saudara dan mengambil saudara. Apakah ini dunia saudara?

Petrus mengatakan bahwa di Israel baru, saudara berada di alam lain, dan tidak hidup di dunia itu. Itu adalah dunia dunia, dan tempat tinggal orang lain yang di luar Israel di sepanjang waktu. Kadang-kadang saya berpikir jika saja beberapa dari orang-orang di zaman kita yang berpenampilan seperti ini dapat melihat Izebel, isteri Ahab, mereka akan merasa takut. Namun mereka meniru Izebel, dengan kelopak mata mereka, bulu mata mereka, dan sebagainya. Oh, ini menakutkan, sebab ini telah datang dari sana. Ini adalah dunia itu. Petrus mengetahui semuanya tentang hal itu dan berkata: ‘Saudari-saudari yang kekasih, jangan biarkan hal itu menjadi duniamu! Para perempuan suci di zaman dahulu yang berharap kepada Allah tidak melakukan hal itu. Mereka tidak berperilaku seperti itu’; dan ia mengutip Sara. Keindahan hidup bukanlah keindahan yang kita coba wujudkan. Petrus mengatakan: ‘Perhiasan yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.’ Itulah dunia Israel baru.

Ketika Petrus telah menunjukkan dengan tepat berbagai hal ini (saya berasumsi bahwa ia menganggap bahwa tidak perlu untuk membagi nasihatnya ke banyak hal-hal praktikal lainnya), ia mengumpulkan semuanya dan berkata: ‘Hendaklah kamu semua.’ Apakah itu suami, isteri, hamba dan tuan, pada khususnya, dan hubungan-hubungan ini pada khususnya, masalah-masalah khusus mereka, dan cara hidup, tingkah laku dan perilaku mereka yang khusus di hadapan dunia … ia mengatakan ‘kamu semua.’ Semua suami, semua isteri, semua hamba, semua tuan, kamu semua, apapun kamu itu, kamu semua termasuk dalam alam baru dengan perilaku baru dan cara hidup yang baru.

Petrus mengumpulkan semuanya dengan cara ini, tandailah, sebuah singgungan lain terhadap Israel lama yang telah gagal dan kini harus diambil di dalam yang baru: “Supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Itulah objek yang seluruhnya-inklusif yang ada di dalam pandangan Allah, yang untuknya bangsa Israel lama dibawa keluar dari kegelapan Mesir ke dalam terang Allah – untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil mereka keluar. Jadi Petrus mengumpulkan semuanya ke dalam ini: Kita telah dibawa keluar dari segala kegelapan ini ke dalam terang dengan satu tujuan dan satu objek – sebagai Israel baru yang menjadikan baik apa yang hilang dari Israel Lama, menggenapi apa yang gagal digenapi oleh Israel lama – memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.

Ini sangat menuntut dan sangat menguji, bukan? ‘Aku harus berhati-hati bagaimana aku hidup di dalam rumahku di hadapan keluargaku, di tengah-tengah umat Tuhan, dan di hadapan dunia ini ketika aku melewatkan waktu penumpanganku di dunia ini, supaya perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil aku keluar dari kegelapan kepada terang-Nya tidak diselubungi, tidak dikaburkan, tetapi dilihat. Bahwa mereka dengan siapa aku hidup tidak akan terlalu sering melihat diriku, secara alami. Mereka pastinya akan melihat sedikit sebelum aku disempurnakan, tetapi tidak menonjolkan diri, atau memaksakan diri, sehingga itulah yang mereka temui, dan mereka berkata: “Itu hanyalah dia – atau dia. Ia telah mengambil keputusan untuk melakukan hal itu dan tidak ada yang dapat menghentikannya” … dengan demikian menyelubungi perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil aku keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.’

Saya harap tidak ada yang menyedihkan tentang ini, tetapi, saudara tahu bahwa kami harus mempertahankan ajaran kami. Kita telah benar-benar menerima begitu banyak pengajaran, dan ini penting bagi kita untuk menjadi sepadan dengan apa yang telah ditunjukkan kepada kita. Ini sangatlah praktikal di dalam kehidupan sehari-hari dan hubungan sehari-hari, dan ini semuanya berjumlah demikian: ‘Apakah mereka yang sedang mengamati-ku melihat diriku secara alami, atau – jika mereka peka terhadap nilai-nilai rohani apa pun dan memiliki mata untuk melihat – apakah mereka mampu membedakan kasih karunia Allah di dalam diriku, menetralkan diriku dan membuat Kristus di dalam keberhargaan-Nya dinyatakan?’ Jika sesuatu seperti ini muncul dari waktu yang pendek kita bersama, kita tidak akan telah bertemu dengan sia-sia – ini telah bermanfaat. Tuhan menjadikannya demikian!

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.